LIMA PULUH

251 42 5
                                    


2212 kata.


Mobil sport warna hitam telah terparkir rapi di rerumputan hijau yang rata. Air mancur yang melengkung serta terdapat beberapa ikan mas yang sedang menyelam didalamnya. Mereka baru saja turun dari dalam mobil dengan menyampingkan tas ransel yang mereka kenakan. Kancing kemeja yang sudah terbuka semua yang menampakkan kaus hitam dalamnya membuat kesan tampan yang semakin melekat didirinya, Arkan.

"Ngapain ke villa?" Tanya Arkan sesudah berdiri disamping Ayla. Ayla menoleh melirik kearah Arkan lalu membuang nafasnya gusar "yuk," Ayla menarik lengan Arkan untuk masuk kedalam villa.

"Ngapain sih ay?"

"Ikut aja udah,"

"Apa salahnya kasih tau gue dul__"

"Apa salahnya ikut aja gitu,"

"Ya bukan gitu," Arkan menghentikan langkahnya membuat Ayla juga ikut menghentikan langkahnya "ini sepi Lo ay, Lo ga__"

"Mama nyuruh kesini dulu," potong Ayla cepat, lalu kembali melanjutkan langkahnya. Menaiki anak tangga yang menuju kelantai tiga.

"Berasa main film horor bareng Prilly gue mah," gumam Arkan pelan yang melihat sekelilingnya. Ayla mengambil ponselnya mengetik beberapa angka lalu meletakkannya ditelinganya. Tersambung tapi tidak diangkat. Berkali-kali Ayla melakukannya tapi tetap tidak diangkat.

"Lo nelfon siapa?"

"Mama, tapi ga diangkat-angkat," Ayla mendaratkan bokongnya diubin lantai yang dingin. Menyila kakinya lalu kembali menelfon mamanya.

"Gue kebelet," cicit Arkan yang masih dapat didengar oleh Ayla.

"Gue beneran kebelet ay," Ayla mendongakkan kepalanya lalu mengacuhkan bahunya

"Lo mau gue ngompol disini?!"

"Ih jorok Lo!"

"Yauda gue kebelet ni,"

"Ya terus? Hubungannya sama gue apa?"

"Toiletnya dimana sayang..." Ujar Arkan sambil memegang dadanya mencoba bersabar.

"Ya mana gue tau, baru pertama kesini juga, cari sendirilah,"

"Lo ga ikut?"

"Gaklah ngapain juga ngikuti Lo ke toilet," Arkan melangkahkan kakinya entah kemana Ayla gak tau, ia terus menghubungi mama dan papanya tapi tetap tidak diangkat.

"Ish kemana si.. Abang tau gak ya?" Ayla mencoba menelfon Galih tapi sayangnya telfonnya tidak aktif.

"Ini Arkan mana? Lama banget.. boker kali ya..."

Ayla berdiri lalu menyusuri setiap pintu yang berada di villa ini. Hingga ia merasakan ada sesuatu yang menggelitiki kakinya.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

"HUAAAAA MAMAAA KECOAAAAA" Ayla menghentak-hentakkan kakinya agar kecoa itu tidak semakin naik.

"MAMAAAAA INI KECOA NYA GAMAU PERGI IH HUAAAAAAAA MAMAAAA" Ayla berlari dengan kaki yang terus dihentak-hentakkannya sambil melihat kearah kakinya dimana tadi ada seekor kecoa.

"Mana hisk hisk udah hisk pergikan hisk hisk.." Ayla memelankan langkahnya mengibas-ngibas roknya mungkin saja kecoanya masih ada tapi ngumpet gitu.


Bruk!


"Astagfirullah, itu apa?" Ayla tersentak ketika mendengar suara yang terdengar kuat diindera pendengarannya. Ia menelan salivanya susah payah, mencari kontak Arkan lalu menghubunginya.

"AYLA" ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang