Alexandra - Alfanso 36

1K 43 0
                                    

Happy reading guys..
Maafkan auyhor yang jarang update ini. 😞
Abisnya tugas numpuk gara2 sekolah dirumah. Daring😀

Alfanso mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu saat ini benar-benar sangat kacau.
Ditambah lagi, dia benar-benar muak melihat melihat wanita didepannya yang sangat tidak tau malu itu. urusannya selalu berantakan karna ulah Anggel. Kalau saja dulu dia tak berurusan dengan Anggel, pasti Rosa nya masih ada disini. Dia benar-benar benci pada siapa saja yang berani mengusik kenangan tentang Rosa.
Beraninya Anggel datang dan mengacaukan meeting. “usir wanita ini, aku tidak mau ada dia lagi di kantor ku.” Perintahnya pada security. Karyawan yang lain hanya bisa menunduk takut melihat kemarahan Alfanso. Laki-laki itu benar-benar sangat marah membuat yang lain meneguk salivanya masing-masing.
Bagaimana pak Alfanso yang terhormat tidak marah, meeting hari ini berantakan. Investor penting perusahaan pergi begitu saja. Sang atasan menyalahkan mereka karna tidak bisa menghalau Anggel masuk.
“tidak boleh ada yang mengusirku dari sini, karna aku bagian dari perusahaan ini.” Tegas Anggel merasa tak terima tubuhnya dipaksa keluar oleh beberapa orang security.
“atasan kalian sekalipun tidak berhak mengusirku, karna aku masih punya hak disini.”
“dengar! Gue  bahkan gak pernah anggap lo ada di hidup gue sekalipun, jadi jangan pernah berharap kejauhan, lo Cuma mimpi bagian dari perusahaan ini.”
Kalimat sarkas Alfanso berhasil menusuk-nusuk hati Anggel. Bertahun-tahun dia berusaha demi Alfans, bahkan Alfanso sama sekali tak pernah menganggapnya ada di dunia ini. Benar-benar sangat menyakitkan tak pernah dianggap ada, apalagi oleh orang yang kita cintai. Percuma saja Anggelina, kamu hanya bagian tak penting dalam hidupnya meski bagian terpenting di hidupnya sudah kamu singkirkan dari dunia ini. Mencintai hanya membuatmu tak bisa memiliki.
“kalian semua bubar!” perintah Tommy yang membuat semua karyawan dan karyawati yang berada di ruangan itu berhamburan pergi menyisakan mereka bertiga saja.
“Anggel, lo boleh pergi.”  Kata Tommy mempersilahkan. Beginilah cara mengusir yang benar! Dia tau betul perempuan itu tidak bisa dihadapi dengan kekerasan. Tommy menyerahkan secarik kertas kartu ucapan selamat ulang tahun pada Anggel. “salam buat Gilang.”
“terimakasih Tommy, kau memang baik. Tidak seperti dia.” Menatap Alfans sinis. Namun sayang dia terlalu cinta, hingga jadi sangat ambis.
Ingin rasanya Alfanso membunuh wanita itu, kalau saja itu tidak akan mempersulit keadaan, sudah Alfanso habisi sejak tadi.
Anggel benar-benar perempuan yang nekat, itulah yang membuat dulu semuanya jadi kacau. Seandainya saja Alanso tidak terlambat menyadari sifat Anggel, tidak akan terjadi kesalahan yang membuatnya menyesal seumur hidup. Begini jadinya kalau sahabat jadi cinta, cinta akan membutakan segalanya.
“dasar brengsek! Apa yang dia kasih sampe lo belain perempuan itu?”
Tommy tak perduli, dia tetap fokus membereskan berkasnya di meja rapat. Dia tidak bisa memilih antara Anggel dan Alfans.
Alfans sahabatnya, begitupun dengan Anggel. Terlepas dari apa yang sudah Anggel perbuat, namun tetap saja Tommy tidak bisa memilih diantara mereka.
Seandainya saja Anggel menyukai dia bukan Alfanso, semuanya tidak akan seperti ini. Dulu waktu SMA, mereka bertiga adalah sahabat dekat. Anggel, Tommy dan Alfanso. Mereka saling menyayangi layaknya saudara sendiri. Sampai tak ada yang menyadari rasa cinta mulai tumbuh seiring berjalannya waktu dan perlahan membuat persahabatan mereka pecah, karna cinta Anggel tak berbalas. Alfanso mencintai gadis lain.
“itulah masalahnya, lo sendiri yang bikin dia selalu datang.” Balas Tommy acuh.
“dia akan terus ganggu hidup gue.”
“coba kalau kekayaan dan ketampanan lo itu buat gue aja. Pasti lo gak akan berurusan dengan wanita-wanita seperti Anggel dan gue yang pasti bakal dijodohin sama Alexa.” Papar Tommy.
“arrghh diem lo Tommy!” geram Alfans. Tommy tak akan membantu menyelesaikan masalah, malah menambah masalah lagi. Ngapain dia bawa-bawa Alexa, membuat Alfans jadi ingat lagi kejadian itu. Hhh dasar Tommy.
“masih marah? Anggel udah pergi. Lo marah sama gue gara-gara Alexa, lo selalu beruntung dapetin cewek cantik. Bagi-bagi makannya.”
“Memang begini nasip wajah pas-pasan.” Curhat Tommy. “dari dulu sampe sekarang gue gak kecipratan ganteng lo, tapi kecipratan masalah lo terus.”
“serah lo dah, ambil aja kalo lo mau.” Berlalu meninggalkan Tommy. Sementara sang sahabat tersenyum jail, seperti berfikir mendapatkan lampu hijau dari Alfans.
“serius? Berarti gue jemput Alexa pulang sekolah.”
“……”
Hanya diam sambil terus berjalan. Tommy pun mengekor dibelakangnya. Sepertinya mereka akan ke ruangan para bos.
“belakangan ini lo keliatan murung, lo kurang fokus ke perusahaan.” Ucap Tommy sambil menekan tombol lift khusus CEO. Dan kini mereka berdua sudah berada didalamnya.
“ada masalah apa lagi sama Alexa?” tanya Tommy, semua masalah memang sangat menumpuk belakangan ini. Terutama soal Alexa. Dan itu berimbas ke perusahaan.
Alfanso menatap lurus kedepan dengan pandangan mata yang kosong. “dia datang.” Kalimat Alfans yang berhasil membuat Tommy diam mencernanya dengan susah payah. Rupanya Alfans masih belum bisa melupakan masa lalunya.
“bukannya lo udah janji untuk menjaga Alexa?”
Alfanso kembali bingung dengan sorot mata yang masih sama. Dia tidak mungkin lupa dengan janjinya pada Rosa. Meskipun Rosa tak akan pernah kembali lagi. Tapi mimpi itu sudah cukup membuktikan kalau cinta Rosa masih untuknya. “tapi Rosa datang Tom, dia pasti nunggu gue.”
“lo masih percaya kalimat itu setelah apa yang udah lo lakuin ke Rosa?”
Hanya diam. Tapi pikirannya memikirkan kejadian kelam sebelas tahun yang lalu yang membuat Rosa menghilang.
“lo udah lupa gimana dulu lo nyakitin dia sampai akhirnya Rosa pergi untuk selamanya?” tommy pergi meninggalkan Alfans dengan pikirannya yang Tommy tau laki-laki itu pasti sedang mengutuk dirinya sendiri.
“terus gue harus gimana?” Tanya Alfans yang berhasil menghentikan langkah Tommy.
Terus dia harus jawab apa? Ingin menyuruh laki-laki itu kembali kepada Anggel rasanya tidak akan mungkin terjadi. Walau Tommy sangat kasihan pada perempuan itu. inilah yang paling sulit dilakukan oleh seorang sahabat, saat sahabatnya bertanya. Oh iya dia lupa akan misinya soal Alexandra.
“menurut lo sendiri gimana? Ingat mata Rosa masih tetap hidup, dan lo diamanahkan untuk menjaganya.”
“dia Cuma bikin bayang-bayang Rosa jadi menakutkan dalam mimpi gue Tom, lo gak tau gimana rasanya hidup dengan bayangan itu.” hati Alfans sakit mengucapkan kalimatnya sendiri. Mengatakan ini membuatnya kembali ingat pada Alexa yang marah saat Alfans sedang memikirkan Rosa nya. Meski dia tau Alexa membutuhkannya saat ini, namun dia sendiri bingung apa yang harus dia lakukan. Gadis itu benar-benar membawa kembali kenangan tentang Rosa saat Alfanso ingin melepaskannya.
“sekalipun dia Cuma bayangan, dia gak salah apa-apa Fans, gak seharusnya lo marah sama dia karna dia gak tau apapun.”
Tommy pun berlalu melanjutkan langkahnya yang tadi terhenti.
Ngomong-ngomong tentang Rosa terus, Alfans jadi semakin rindu. Sudah lama dia tidak berkunjung, sepulang dari kantor dia berjanji akan ke sana.
Disini Alfanso sekarang, didepan pusara yang bertuliskan nama orang yang sangat dia cintai. Menaburinya dengan mawar, serta tak lupa karangan bunga indah diatas batu nisan.
Rosalina Megantara, gadis sederhana yang mampu meluluh lantahkan hatinya. Yang berhasil membuatnya mencintai sekali seumur hidup.
“Rosa… jawab aku harus bagaimana?”
“aku butuh kamu Rosa, seandainya saja kamu masih ada. Aku gak akan merasa kesepian.” Alfans terus meracau berharap ada seseorang yang dia harapkan menjawab semua kalimatnya. Meskipun itu mustahil tapi Alfans tak akan pernah menyerah untuk menyampaikan permohonan maaf atas kesalahannya dulu.
“maafin aku sayang, aku tau kamu gak akan memaafkan kesalahanku yang sangat besar. Tapi kamu harus tau, aku benar-benar menyesal.”
“aku bahkan gak bisa memaafkan diriku sendiri. Bagaimana kamu yang harus menangung semua ini?”
“karna kesalahan aku, pergi.” Racau Alfans tiada henti. Tak terasa air matanya terus mengalir, mengingat sakitnya ditinggalkan Rosa. “akhirnya kamu mau datang sayang, terimakasih terah hadir di mimpiku.”
Bayangan masa lalu terus menghantuinya. Sampai akhirnya dia terlelap.
Flash back.
“aku mencintaimu Rosalina Meegantara.”
“aku sayang kamu Rosa!”
“udah ihh…” gadis itu menyumpal mulut Alfans dengan makanan di sendoknya. Mereka benar-benar jadi pusat perhatian orang saat ini karna ulah cowok itu. meski tak menampik, Rosa sangat senang sampai ingin terbang.
Rosa mengulum senyumannya, saat Alfans kesusahan mengunyah makanan di mulutnya. Berada didekat Alfanso hanya akan membuat jantungnya berdetak tidak normal.  Please berhenti lompat-lompat didalam sana, nanti jantung Rosa bisa copot. Kekehnya dalam hati sambil terus mengulum senyum.
“udah makan dulu.”
“aku udah gak nafsu makan.” Alfans meletakkan semangkuk bakso didepan gadisnya. Membuat Rosa menatapnya heran.
Ah ekspresi gadisnya benar-benar sangat menggemaskan. Membuat Alfans ingin segera menghalalkan.
“kenapa gak dimakan?”
“aku kenyang.”
“kamu belum makan apapun udah bilang kenyang.”
“liatin kamu aja, udah cukup menggantikan semangkuk bakso ini mengenyangkan perutku sayang.”
Pipi gadis itu sudah memerah seperti kepiting rebus. Rasanya ingin menghilang saja, daripada meleleh digombalin terus.
“Rosa.”
“iya.”
“akum au ngomong sesuatu.” Jeda Alfans sambil mengumpulkan keberaniannya. Sudah lama dia mempersiapkan semua ini namun belum berani mengungkapkan karna waktu yang selalu tidak tepat.
“will you marry me?”
“All!” satu jitakan keras mendarat di kening Alfans.
“kenapa sih Sa?”
“jangan bercanda, kita masih sekolah.”
Alfans mengerucutkan bibirnya. Susah payah dia mengumpulkan keberanian. “aku serius Rosa.”
“jangan mikir yang aneh-aneh dulu All.”
“kalau kita udah nggak sekolah berarti kamu mau kan?”
“aku akan jawab nanti di malam prom night.”
Wajah Alfans kembali berseri. Gadisnya akan menerimanya? Ahh entahlah yang penting masih ada harapan.
“aku tunggu Sa.”
“apa kamu akan men---“
“Alfans.”
Ucapan Alfans terpotong saat kedatangan seorang gadis memanggil namanya.
“eh Nggel.”
Angel tersenyum kepada Alfans. Tak perduli dengan gadis disamping cowok itu.
“berduaan aja, boleh gabung gak?”
“boleh,”
Rosa mengigit bibir bawahnya yang bergetar. Saat cewek bernama Anggel datang lagi disaat dia sedang bersama Alfanso. Ingin marah saat Alfans mempersilahkan orang lain bergabung dengan mereka namun Rosa tak ingin dibilang egois.
“All kita jadi kan kuliah bareng?” tanya Anggel tanpa memperdulikan kehadiran Rosa.
“jadi dong Nggel.” Jawab Alfans sembari tersenyum.
“gak sabar gue bisa bareng sama lo terus.” Ucap Anggel sambil menyandarkan kepalanya di pundak cowok itu. membuat Rosa mendongak menatap gadis itu.
Rosa taku, sangat takut kalau Alfanso akan melupakannya.
“siapa dia?” tanya Anggel menatap sinis kearah Rosa.
“kenalin Rosa, pacar gue.” Jawab Alfanso mengenai ulu hati Anggel yang paling dalam. Timbullah perasaan tidak terima.
“oh,”
“All lo jadi kan kerumah nanti malam?” tanya Anggel pada Alfanso sambil sekilas menatap sinis kearah Rosa.
‘ngapain Alfans kerumah Anggel?’ pertanyaan itu tiba-tiba muncul dalam benak Rosa. Rasanya tidak bisa menerima jika Alfanso akan pergi kerumah gadis lain.
“jadi dong nggel.” Jawab Alfans sambil tersenyum tanpa memikirkan perasaan Rosa.
“All aku udah selesai, aku lupa harus ke perpus sekarang.”
Alfans mengangguk. “yaudah.”
-Malam prom nigt-
Rosa sayang :
“tunggu aku di lorong!”
Seulas senyum tak henti-hentinya terpasang di wajah Alfanso. Waktu yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
Cowok itu sudah tidak sabar menunggu jawaban dari gadisnya. Dia bahkan datang lebih awal hanya untuk momen ini. Rosa pasti senang melihat hadiah yang akan dia berikan. Momen ini akan jadi momen yang tak kan terlupakan seumur hidupnya.
Alfanso mengeluarkan Kotak cincin berwarna merah yang ia simpan di saku celana dasarnya. Cincin itu sengaja ia beli untuk melamar Rosa.
“All lo disini?”
Sesaat Alfanso terpaku dengan pemandangan didepannya. Tepat di ujung lorong itu. seorang gadis dengan dress diatas lutut tersenyum dan berhambur memeluknya. Mata gadis itu sembab, mungkin karna terlalu banyak menangis.
“Nggel,” Alfanso mengelus kepala gadis yang bernama Anggel, sahabatnya.
Angel benar-benar kacau, dia takut kehilangan orang yang sangat dicintainya. Apa yang harus ia katakana? Anggel bahkan sudah tak mampu berkata-kata. Segala cara tidak akan mampu membuat Alfanso menetap. Rasa sayang Alfanso tak bisa lebih dari seorang sahabat. Bertahun lamanya menyadarkan Alfans semua hanya sia-sia.
“jangan nangis Nggel, lo masih punya gue.”
“gue takut lo pergi All, gue Cuma punya lo sekarang. Gue takut hikss..”
Alfanso menangkup kedua pipi Anggel. Dia tau gadis itu sedang kacau. Kedua orang tuanya bercerai. Dia tidak boleh egois. Gadis itu membutuhkannya.
“lo tenang aja, gue akan selalu ada buat lo.” Anggel kembali memeluk cowok itu. “gue sayang sama lo Alfanso.”
“due juga sayang sama lo Nggel.”
------------“
“All!!”
Prakk..
Kotak kecil berwarna merah itu jatuh, saat Alfanso tak sengaja melepaskannya. Dia benar-benar terkejut, sangat terkejut. Saat gadisnya tiba-tiba datang melihat kejadian itu.
Rosa menggeleng-gelengkan kepalanya tidak menyangka dengan air mata yang sudah luruh. Ssenyuman yang tadinya mengembang ingin segera bertemu Alfanso kini hilang digantikan dengan rasa sakit.
Manik coklatnya bertemu dengan manik mata Alfans, dadanya bergemuruh menahan gejolak amarah yang bercampur dengan kekecewaan.
“Sa.” Alfanso mendorong kasar tubuh Anggel yang sudah lancing menciumnya. “aku bisa jelasin Sa.”
Belum sempat Alfanso melanjutkan kalimatnya Rosa sudah lebih dulu berbalik dan berlari meninggalkan lorong itu. dadanya sesak, seperti dihantam oleh batu yang menghancurkan harapannya berkeping-keping. Malam prom night yang sudah dipersiapkan untuk menerima Alfanso berubah setelah melihat kenyataan. “kamu jahat All!!”
“Rosaa!”
Alfanso mengusap wajahnya kasar matanya menatap tajam kepada Anggel yang berdiri disampingnya.
“puas lo?!” bentak Alfans berhasil membuat Anggel ketakutan.
Alfanso benar-benar tidak tau kalau kejadiannya akan seperti ini. Dia tidak pernah tau kalau Anggel akan bersikap se lancang itu. karna syok Alfanso tak bisa menghindar tak disangka Rosa datang disaat yang bersamaan.
Alfanso menatap Anggel dengan tajam, tatapan yang tak pernah Anggel dapatkan dari cowok itu. seolah mereka adalah orang asing. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca membuat kalimat yang sudah lama terpendam keluar begitu saja. “gue cinta sama lo Alfanso,”
Kalimat yang berhasil membuat Alfans merasa ambigu. Anggel mencintainya? Perasaannya kepada Anggel selama ini tak lebih dari seorang sahabat. “nggak Nggel, lo udah keterlaluan.”
Alfanso berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
Dia harus menjelaskan semuanya. Dia sangat mencintai Rosa, dia tidak boleh diam saja. Alfanso mencari gadisnya ditengah keramaian acara prom night malam itu. jangan tanyakan bagaimana perasaannya saat ini. Yang pasti alfanso sangat menyesal.
Belum sempat Alfanso memperbaiki kesalahannya, Rosa sudah  pergi. Kecelakaan tunggal baru saja terjadi di jalan tak jauh dari sekolah mereka. Mobil yang dikendarai Rosa menabrak pohon.
“Rosa!!!!” Alfanso tak bisa lagi menahan tangisannya. Saat jenazah Rosa terbaring lemah di atas brankar. Saat tubuhnya di Tarik oleh Tommy menjauh dari jasad itu, terbayang semua kenangan indah yang pernah dialami bersama Rosa. “udah Fans, Rosa udah tenang.”
Penyesalan terus menghantui hidupnya. saat mengingat dia menyakiti Rosa. Kalau saja Rosa tidak melihat semua itu, pasti kejadiannya tak akan seperti ini.
Dia bukan hanya kehilangan Rosa, tapi juga sudah kehilangan separuh nyawanya.
Hari-harinya setelah itu, hanyalah kelabu dengan bayang-bayang masa lalu.
Flash back off..

Alexandra~Alfanso❤ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang