“halo,”
“perempuan itu sudah celaka tuan,” Papar seseorang.
“bagus, lalu bagaimana keadaannya?”
“dia selamat, namun keadaannya belum sadarkan diri. Dia sudah celaka sebelum kami melukainya. Ada seseorang yang sengaja menabraknya dan melarikan diri.”
‘siapa orang yang ingin mencelakai wanita itu? tapi baguslah, aku tidak perlu mengotori tanganku untuk menyingkirkannya.’ Gumam laki-laki itu sambil merapikan dasinya.
“kalian awasi terus perempuan itu! jangan sampai Alfanso tau keberadaan kalian.” Perintahnya lalu mematikan panggilan telfon secara sepihak.
Senyum mengerikan terlukis diwajah laki-laki itu, yang mengisyaratkan kebencian teramat dalam. “aku akan menghancurkanmu Alfanso, tidak akan kubiarkan kau hidup bahagia dengan SIAPAPUNN!!!”
“Kau boleh senang anak dan istrimu selamat, tapi besok akan kuantar lebih dulu nyonya Alfanso ke alam baka. Aku ingin kau merasakan apa yang dirasakan dia. Tidak akan pernah kubiarkan jalang itu hidup bahagia denganmu. Tunggu pembalasan dendamku!”
Tok tok tok…
Seorang sekertaris muda memasuki ruangan itu. “permisi pak, saya hanya ingin memberi tahu. Bapak ada meeting dengan perusahaan ARS Corporations siang ini.”
“siapkan berkasnya, dan kita berangkat sekarang juga! Aku tidak mau ada kesalahan kali ini. Kita harus mendapatkan proyeknya.” perintahnya dingin.
“baik pak.”
“kita lihat saja, apakah kau akan datang?”
**
Alfanso memasuki ruang rawat Alexa. menatap wanita itu dengan hati yang hancur. Gadis itu sudah menjadi wanita sekarang, meski dia tidak tau bahwa dirinya tidak lagi menjadi ibu. Karna anak yang dikandungnya sudah tiada.
“maaf..” tak henti-hentinya Alfanso melontarkan kata maaf. Meski Alexa tak akan mendengarnya. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menebus kesalahannya. Dia tidak akan pernah bisa hidup tenang sebelum menerima permohonan maaf dari Alexa dan Rosa.
“aku mohon bangunlah, aku janji tidak akan menyakitimu lagi.”
“akan kuceritakan semuanya, aku tidak akan membohongimu.”
“kumohon dengarkan aku Lexa,,,” pintanya lirih, hanya dia yang dapat mendengar suara itu. sampai detik ini belum ada tanda-tanda Alexa akan sadar dari koma. Meski Alfans terus menuntut agar istrinya disadarkan, namun tim medis hanya bisa berusaha sesuai kemampuan. Tapi Alfanso tetaplah Alfanso, dia mendesak pihak rumah sakit bahkan sampai mengancam akan menuntut rumah sakit jika istrinya tidak juga sadar.
Dua jam berlalu Alfans menemani Alexa sampai dirinya terlelap. Matanya mengerjab saat ada suster masuk untuk mengganti infus Alexa. suster itu sudah sepuluh menit memperhatikan Alfans yang terlelap disamping istrinya namun dia tidak berani membangunkan. Dia sangat terkesan melihat penampilan Alfanso yang kusam namun masih terlihat sangat tampan. ‘seandainya saja tuan muda ini belum mempunyai istri,’ gumamnya..
“apa yang kau katakana suster?”
“tidak ada tuan, saya sedang mengganti infus nyonya Alexa. maaf sudah mengganggu tidurmu.” Jawab suster terbata.. dia benar-benar merasa bersalah pada istri pria itu. salahkan wajahnya yang rupawan yang membuat semua wanita selalu terhipnotis karna ketampanannya. Tidak ada salahnya menikmati pahatan sempurna dari ciptaan tuhan. Meski tak mungkin bisa memiliki hanya sekadar mengagumi. “Maafkan aku nyonya..”
“tolong jaga istriku, aku akan pergi sebentar!” setelah menerima pesan dari seseorang, Alfans bergegas keluar ruangan Alexa.
‘aku akan menemukanmu hidup atau mati!’
Saat sedang berjalan, Tomy menelfon. “ada apa Tom?”
“Fans, lo ada meeting sama klien penting hari ini.”
“urus semuanya, aku tidak bisa datang.”
“tapi…………….?”
“…………………..”
“Alexa dan Gilang sedang sekarat kau malah memerintahku?”
“mereka ingin bertemu dengan pimpinannya langsung.”
“untuk apa aku membayarmu?”
Damnn.. kalimat dingin yang tak dapat dibantah lagi. Tommy hanya bisa menghela nafasnya kasar. Apa yang akan dia katakana kepada pihak perusaan itu nanti? Lagipula apa peduli Alfanso? Dia hanya ingin yang terbaik. “urus semuanya!” titah itu sudah biasa bagi Tommy. Sejak kapan bos kejam seperti Alfanso perduli pada keluarga? Apa ini hanya alasan saja. Entahlah Tommy pusing memikirkannya. Perasaannya tak tenang belakangan ini. Sejak kemarin dia belum bertemu Gilang dan Alexa.
“dasar Tommy sialan, tidak bisaa diandalkan.” Umpat Alfans setelah memasuki mobilnya.
Sekarang fokusnya hanya satu, mencari orang yang telah membuat anak dan istrinya celaka. Orangnya mengatakan bahwa pelakunya adalah seorang wanita. Alfans sudah tidak sabar ingin melenyapkan orang itu.
**
Malam telah larut, heningnya membisukan suasana bumi. Dokter di rumah sakit itu baru saja memeriksa keadaan Alexa bersama dua orang suster. Wanita malang itu masih belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Sementara Gilang Geraldian Smyth, anak yang diselamatkannya waktu itu sudah bisa berjalan mengikuti sang dokter kemanapun ia pergi. “ayo keluar, biarkan dia istirahat.” Ajak dokter Raymond.
“apa aku boleh pindah kamar?” tanya Gilang polos. Membuat dokter Raymond terkekeh.
“untuk apa kau pindah kamar? Kau sudah mendapat kamar rawat yang dekat dengan ruanganku. Kurang apa lagi?” tanya dokter Raymond heran. Anak itu menganggapnya super hero setelah sadar dari pingsan. Karna ada kejadian tak terduga yang membahayakan keselamatannya. Beruntunglah sang dokter datang tepat waktu saat ada seseorang yang ingin melenyapkan nyawa anak itu. Sejak saat itu dia jadi sangat posesif, dia tidak mau ditinggal sendirian, bahkan ruangannya minta dipindahkan ke ruangan sang dokter.
“aku ingin dirawat disini saja, disini lebih aman.”
“ini ruang ICU, anak kecil sepertimu tidak boleh ada disini. Pasian butuh perawatan khusus.” Dokter Raymond menjelaskan dan Gilang mendengarkan dengan saksama.
“tapi disini lebih aman, Daddy selalu menjaganya. Aku juga ingin ditemani seperti dia.”
Jawaban Gilang berhasil membuat dokter itu terharu. Sejak Gilang kecelakaan, bahkan dia tidak pernah melihat Alfanso menanyakan keadaan Gilang. “Daddy mu menjaganya karna dia adalah super hero yang sesungguhnya, Daddy tidak ingin dia terluka.”
“benarkah?” tanya Gilang antusias.
“ya, tentu. Apa kau tidak mengingatnya? Dia menyelamatkanmu waktu itu.”
Gilang terlihat sedang berfikir. “sudahlah, anak kecil mana ngerti.”
“aku bukan anak kecil!!” tegas Gilang yang hampir membuat dokter Raymond terbahak. “aku mengingatnya, dia mendorongku sampai akhirnya…”
“sudah jangan diteruskan, dia baik-baik saja. Hanya sedang tidur. Malam ini kau tidak usah khawatir, aku sudah memanggil seseorang untuk menjagamu.”
“siapa orangnya? Aku tidak mau dijaga suster, wanita terlalu lemah hanya bisa teriak-teriak saja.”
Dokter Raymond mencoleh pipi Gilang yang menggemaskan. “bukan suster, tapi dia.” Tunjuk dokter.
“uncle Tommy?” sambut Gilang antusias seraya berhambur ke pelukan laki-laki itu.
“hei, jagoan.”
“apa kau ketakutan?”
“tidak, jangan dengarkan dokter tua itu! dia bohong.”
“hei.. apa yang kau katakan? Aku bahkan belum mengatakan apapun padanya kau sudah menuduhku berbohong.” Sela dokter Raymond yang membuat Gilang menjulurkan lidahnya, mengejek sambil menempel di gendongan Tommy.
“dasar bocah.”
“dimana Daddy nya?” tanya Tommy pada dokter Raymond.
“aku tidak tau, dia sudah pergi cukup lama.”
“dasar lelaki aneh, dia berkata seolah-olah dia sangat perduli pada keluarganya tapi malah pergi dalam keadaan genting seperti ini.” Gerutu Tommy.
Dokter Raymond hanya mengangkat bahunya acuh. “mari aku antar ke ruang rawat Gilang. Karna sebentar lagi jadwalnya disuntik.”
“tidaaaak,, aku tidak mau disuntik lagi!”
~
Plakkk
“ibu mana yang tega mencelakakan anaknya sendiri?!!”
Satu tamparan mendarat di wajah wanita itu. dengan penuh keringat Anggel berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kakinya, namun sia-sia. Laki-laki didepannya ini benar-benar sudah tak punya nurani lagi dengan tatapan yang sangat mengerikan.
“seharusnya aku membunuhmu sejak dulu.”
“jangan jadi munafik, apa perdulimu pada anak itu? bukankah selama ini kau tak pernah mengakuinya? Ayah macam apa dirimu Alfanso?”
“sekarang kau balik menuduhku orang tua yang tak becus.”
“cukup!!!” bentak Alfanso. “itu semua adalah kesalahanmu Anggel. Jalang tetaplah jalang.”
“dia yang jalang!! Aku ingin membunuh Alexa bukan anakku, jadi salahkan dia jangan aku.”
“dia hanya perempuan yang tak berdosa, yang kau jadikan sasaran karna kesalahanku. Salahkan saja aku yang tak pernah bisa mencintaimu, jagan kau salahkan dua wanita yang mendapat tempat dihatiku.” Geram Alfanso, sudah cukup dia menahan gejolaknya untuk tidak menyakiti wanita ini.
“cihh, tempat di hatimu? Kenapa saat aku menjadi istrimu aku tak pernah mendapatkan tempat itu kenapaaa??? Meskipun Rosa sudah mati kau tetap menyimpan kenangannya.”
“itu karna kau tidak pantas untuk dicintai.”
Air mata terus mengalir membasahi pipi Anggel, sungguh menyesal. Dia sangat menyesal. Awalnya ingin menjatuhkan laki-laki itu agar menjadi miliknya, justru dialah yang lagi-lagi terjatuh karna cinta. ‘Kenapa hidup tak pernah berpihak padaku meskipun pecundang sudah disingkirkan?’
“Rosa tidak pernah mati dalam hatiku, selamanya!! Tapi kau yang akan mati.”
“jangan!” tangan Alfanso tertahan di udara dengan pisau digenggamnya. “jangan lakukan itu!”
“apa gunanya wanita ini hidup?”
Setelah melalui perdebatan panjang dengan Tommy yang mencoba menghalanginya, akhirnya Alfanso melepaskan pisau itu. “pulanglah, gue yang akan ngawasin mereka. Lo butuh istirahat.”
“tidak berguna,” desis Alfans lalu pergi.
“terimakasih Tom,”
“lo jadi perempuan nggak ada kapok kapoknya ya?” kesal Tommy.**
Coba lihatlah mata itu!
kau akan merasakan arti seseorang didalam sana. Dan bencimu pun seketika akan sirna.
~02.00 AM. ruang rawat Alexandra~“Alexandraa…”
Wanita itu masih setia dengan berbaringnya di tempat tidur pesakitan. Tubuhnya terlihat tenang dengan wajah damai, dia tak pernah tau akan ada bahaya yang mengintainya kapan saja setelah kembali pada laki-laki itu.
Seseorang mengusap wajah damai itu dengan tangan dingin. “istrimu memang sangat cantik. Tak kusangka kau bisa melakukan ini pada gadisku.”
“dan kau!!” menatap Alexa dengan tatapan yang sulit diartikan. “aku tidak akan pernah membiarkanmu mendapat kesempatan membuka mata.”
“setelah melihatmu mati, Alfanso akan merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Aku tidak akan pernah membiarkan kebahagiaan sedikitpun dihidup suamimu Alexandra.”
Setelah gagal menghabisi Gilang, dia tidak akan pernah membiarkan orang yang menghalanginya hidup. Tangannya merapa bantal yang menjadi sandaran Alexandra lalu menariknya dengan kasar. Cctv dan keamanan di ruangan ini semuanya sudah mati. Jangankan hanya cctv, laki-laki itu bahkan akan membuat mati siapapun juga yang menjaga wanita itu. dua bodyguard diluar sana. Nyawanya akan meregang sesaat lagi.
“katakan selamat tinggal padaa duniamu Alexandra!” ucapnya dengan senyuman sambil mengayunkan bantal untuk menutup wajah itu. tangan kirinya sudah lebih dulu mendarat di leher wanita itu, bersiap untuk mencekik.
.--- . pergerakannya terhenti. Degg…Sesaat setelah wanita itu membuka mata. Bantal yang tertahan diudara seketika jatuh ke lantai. Tubuhnya mendadak gemetar dengan desiran aneh yang melanda. Lututnya lemah seperti jelly, diapun tertunduk disana.
Ajaib, pandangan mata bisa membuat orang itu melemah seketika. “siapa kau?”
Bukannya menjawab, air mata tiba-tiba saja menetes di wajahnya. Sudah lama sekali, bahkan ini pertama kali dalam hidupnya selain di masa kecil ia meneteskan air mata. Laki-laki yang kejam, tak punya hati, sangat berbahaya dan dipenuhi dendam itu menangis?
Gagal lagi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexandra~Alfanso❤ (End)
Ficção Adolescenteistri kedua "jadi Alexa mau dijadiin istri kedua?" Alexa menjambak rambutnya frustasi. "Ini nggak mungkin. Tolongin Alexa!" "Gue nggak tau pasti tentang semua ini, tapi gue jamin info yang gue dapetin ini akurat." "Kalau memang Reonaldo Alfanso in...