Bela terdiam mencermati kedua pilihan yang di berikan Gesya, ia tak mau jatuh miskin dan orang tuanya akan kerja di mana lagi jika Gesya sudah bertindak, tapi Rasya? Ia harus mendapatkan Rasya. Namun kalau ia memilih Rasya maka jatuh miskinlah dia.
Gesya membuka lebar pintu ruangan donter keluarga mereka dan langsung mempersilahkan Bela masuk, walau Bela masih takut dan gugup.
" Sesuai janji pak Rasya yah bu" ujar sang dokter.
Memang Rasya sudah nembikin janji terlebih dahulu pada Dokter Stevani.
" dok, bisa langsung mulai?" Tanya Gesya, tak usah banyak cerita yang penting ia harus buktikkan kalau tidak salah, itu saja.
" kita periksa Atas nama Bela dulu "
" iy...iya dok, saya nggak di apa-apain kan?"
" kita laser dulu wajah kamu, ini nggak ada rasanya sama sekali, terus kita ambil sidik jari Gesya dan mencocokan dengan yang ada di wajah kamu"
" segitunya dok??" Tanya Bela, ia makin ketakutan.
" ia Mbak" jawabnya.
Setelah semuanya sudah di lakukan kini tinggal menunggu hasilnya saja, cukup lama dan membuat Gesya tidak tahan duduk berseblahan dengan Bela, sebab ia berada di tengah-tengahnya dan Rasya.
" Asya, gue takut banget sama istri lo ini" ucapnya.
" gausah lebay Bel" bisik Rasya, yang tidak enak melihat wajah Gesya sudah berubah.
" bukannya lebay sya, tapi emang dia jahat banget"
" Stop yah lo, jelek-jelekin gue! Gue nggak suka lo bilangin gue gitu!" Gesya melihat Rasya yang mengkodenya agar berhenti mengomel " Apa lo? Lo belain aja sahabat lo ini"
Rasya langsung tak bisa berkata-kata.
Tak lama dokter keluar dan memeberikan 1 kertas yang Rasya ambil dengan cepat untuk melihat hasilnya.
" cepet buka! Lama banget dah!" Suruh Gesya, sementara Bela sudah takut hasilnya negatif.
" sabar sayang" Rasya membaca hasil visum dokter tadi dan memperlihatkan bahwa bukan Gesya pelakunya.
" kok lo bengong?" Tanya Bela yang gugup.
" dari hasil visum ini bukan Gesya pelakunya Bel" Rasya, menatap marah pada Bela.
" Gue bilang juga apa? Haram hukumnya gue nyentuh manusia gila ini! Udah.. waktu gue nggak banyak di sini gue mau ngurusin dulu Bapak lo tercinta!!!" Tunjuk Gesya pada Bela yang sepertinya sudah menangis. Gesya tak ambil pusing dan langsung oergi
" plisss Gesya lo jangan buat gue jatuh miskin, gue mohonnnn"
" gue kecewa sama lo Bel, lo ngefitnah istri gue sendiri dan ngeyakinin gue buat percaya sama lo" Rasya bersiap akan meninggalkan Bela lalu memburu Gesya yang sepertinya sudah ada di parkiran rumah sakit.
Dengan santainya Gesya meninggalkan sepasang sahabat itu di depan ruangan dokter Stevani, tapi siapa yang menampar Bela hingga memar begitu? Tapi itu tidak penting bagi Gesya intinya sekarang ia harus ketemu papa Bela dulu di kantor ayahnya.
Kurang baik apa dia?? Biasanya orang-orang akan memberi hukuman melalui jalur hukum pada seseorang yang telah mencemarkan nama baiknya, tapi Gesya? Tidak. Ia tak begitu, intinya Bela harus pergi dari jakarta dan jangan bertemu mereka lagi.
Baru saja Gesya akan masuk ke mobil tiba-tiba Rasya memanggilnya, mau tak mau ia harus menerima kedatangan Rasya di hadapannya.
" Sayang, maafin aku" Rasya memeluk Gesya cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
RASYA Gesya
Teen FictionNalury Gaby Gesya Ranfi, perempuan malam (bukan berarti sering jual diri) tidak. Gesya tidak seperti itu, ia bersekolah, anak orang kaya raya, tinggal di sebuah Apartemen sendiri selama ia jadi anak SMA ia memilih untuk tinggal di Apartemen sendiri...