He Is Arka || 16

6.7K 324 13
                                    

Jangan lupa votment🙌

He is Arka
.
.
Bagian 19

HAPPY READING💋

______________________________________

[Dea pov]

Suara burung berkicau dan dengan sinar keemasan matahari memasuki celah celah gordeng membuat ku terbangun dari tidur nyenyaku.

Aku pun duduk diatas ranjang dan menyederkan badanku dikepala ranjang yang terbuat dari kayu.

Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 05.45, ternyata masih pagi. Aku bangun dari duduk dan berjalan menuju kamar mandi untuk menuntaskan pagiku ini.

Setelah menuntaskan ritual mandi, aku pun berjalan menuju lemari pakai seragam ku. Hari ini hari Rabu, jadi ku ambil baju batikku dan memakainya.

Setelah selesai, aku turun untuk membantu nenek membuat sarapan seperti biasanya.

"Pagi nek," sapa ku kepada nenek yang sedang memasak nasi goreng kesukaan ku.

Sebenarnya aku suka dengan makanan bulat yang disebut bakso oleh warga +62. Nasi goreng kesukaanku adalah nasi goreng yang selalu dibuatkan oleh nenekku disaat aku berumur 6 tahun sampai sekarang.

"Nenek butuh bantuan" tanyaku sambil berdiri disamping nenek yang sedang serius.

"Gak usah Dea, mendingan kamu buat teh banget buat nenek"

Aku pun segera membuat teh hangat buatku dan nenek.

Sehabis membuat teh hangat dan Nenek juga telah selesai membuat nasi goreng, aku dan nenek pun langsung memakan makanan ini hingga habis.

Nenek membuat nasi goreng hanya dua porsi untukku dan dirinya sendiri.

Setelah selesai sarapan aku pun berjalan menuju kamar untuk mengambil tas ransel ku dan langsung berjalan menuju pintu utaman untuk memakai sepatu.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 06.20 di jam tanganku.

"Nek, Dea berangkat dulu. Assalamualaikum," teriakku didepan rumah.

"Waalaikumsalam"

Setelah mendengarkan nenek menjawab salamku, aku pun melangkah kaki ku untuk menuju halte bus, seperti hari hari biasanya.

Suara klakson motor membuat ku terkaget, aku melihat siapa yang meng-klakson motornya didepan ku.

Yang pertama ku lihat adalah motor berwarna merah dan hitam, aku tidak kenal siapa dia.

"Dea bukan?," tanya dia kepada diriku.

Aku bingung, kenapa dia kenal diriku, sedangkan aku tidak kenal kepada dirinya.

"Iya, lu siapa?," tanyaku balik.

"Gua, Keano Dirgantara," ucap cowok itu sambil membuka helm fullface nya dan meletakkan helmnya.

"Hmm, gua baru lihat lu,"

Memangkan aku baru melihat dia, aku jujur, dia itu tampan memiliki mata coklat kehitaman yang memandang siapa saja dengan tajam, rahang kokoh, dan badan jangkung.

Mungkin saja kalo aku berdiri disampingnya atau didepannya, aku hanya sebatas dada nya dia.

"Tapi gua udah liat lu, di cafe Boy & Girl beberapa minggu kemarin," ucap cowok itu ke aku.

Aku hanya mengangkat alisku dengan bingung, lah emang iya aku pernah ketemu dia di cafe tempatku bekerja?

"Kapan?"

Aku melihat dia dengan intens, karena muka dia tidak asing dengan kedua mataku, kaya pernah liat, tapi dimana?

"Gak perlu tau," ucap dia sambil memakai helm nya kembali dan meyalakan motornya.

Selesai cowok itu pergi, aku terus berfikir dengan keras. Kaya gak asih sama tuh cowok, kepalaku sedikit sakit, aku melihat sedikit bayangan seorang cowok memeluk seorang gadis kecil yang sedang menangis, tetapi bayangan itu sedikit buram.

"Aiss, kepala gua sakit banget," ucap ku sambil memukul kepalaku dengan pelan.

Tin..tin...

Suara klakson bis membuatku langsung tersadar, aku pun berjalan memasuki bus itu untuk berangkat ke sekolah.

[Dea pov off.]

Skip...😊

Dea turun dari bus dan berjalan menuju gerbang yang tidak jauh halte bus.

Dea berjalan dengan senandung ria, hari ini hari yang sangat Dea suka, entah kenapa Dea suka hari Rabu.

Saat sampai di gerbang, Dea mendengar namanya di sebut dari arah belakang dengan suara yang keras.

"Dea!!"

Dea membalikkan badannya, yang pertama Dea lihat adalah seseorang gadis berbadan mungil, yaitu Shevana.

"Bareng,"

Dea menganggu kan kepalanya dan berjalan menuju kelas bersama Shevana.

"Stella mana Shev?,"

Shevana yang ditanya langsung melihat kearah Dea.

"Mana Shevana tau, kan Shevana baru berangkat," ucap Shevana polos.

Dea yang melihat kepolosan Shevana hanya bisa meringis.

Dea dan Shevana telah sampai di depan kelas X Mipa 3, dari luar kelasnya terdengar yang paling berisik.

'Udin gua gak mau tau, hari ini lu harus lunasis tunggakan lu'

'Yaelah, kan cuma 50. Ikhlasin napa sih'

'Ikhlasin lu bilang, ini juga uang buat kelas kita kan'

Dea yang mendengar ucapan nya Udin dan Fifi hanya bisa meringis, suaranya sampe kedengerannya di luar, pikir Dea.

Dea memasuki kelasnya dengan Shevana yang sudah didepannya.

✔✔✔

Bersambung:v

Arka Bagaskara
Deandra alexa
Kevan Maheswara
Shevana Aurora Xander
Kevin Maheswara
Stella vanilla Qobrin
Tino Vernandes

Tbc.

He Is Arka [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang