SELAMAT MEMBACA^^
•••
Setelah beberapa hari mamanya Renald dirawat di rumah sakit, akhirnya boleh pulang juga. Toh bekas luka tusuk di bagian perut Bu Nayya pun tidak terlalu parah, dan sudah mengering pula.Dan pagi ini Bu Naya sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa, walau tidak boleh terlalu capek-capek. Masalah preman-preman itu pun sudah diurus polisi.
"Ma, Randy berangkat ya?" pamit Randy setelah menyelesaikan sarapannya, ia menggendong tasnya sembari mencium punggung tangan Bu Nayya. "Mama baik-baik ya di rumah?" imbuh Randy lalu mengecup kening Bu Naya.
"Iya, sayang. Kamu juga hati-hati loh."
Randy mengangguk seraya hormat patuh. Ia melirik abangnya yang masih asik makan roti dengan gerakan slow motion. Randy sedikit lega karena hari ini abangnya masuk siang, jadi ada yang menjaga nama nya.
"Abang--"
"Permisi," ucap seorang pelayan paruh baya, membuat ucapan Randy terpotong.
"Ada apa, bi?"
"Ada tamu,Nyonya," jawab Bi Indah ramah. Bu Nayya tersenyum ramah sembari mengangguk. Saat Bu Nayya hendak berdiri, Renald mencegahnya.
"Biar Renald aja, ma." Renald lantas berdiri dan segera menuju ruang tamu. Renald yang semula datar-datar saja mendadak melotot tajam saat melihat Rere ada di sana dengan senyum lebarnya.
Melihat kedatangan Renald, Rere langsung berdiri dan menampilkan senyum lebarnya. Seolah melupakan masalah kemarin.
"Ngapain lo ke sini?!" tanya Renald langsung nge gas. Tapi Rere tetap seperti tadi, tersenyum lebar. Tiba-tiba saja Randy datang, dan mengernyit heran.
"Ngapain, Re?"
"Ah itu, nyokap lo udah boleh pulang ya?" ucap Rere dan diangguki Randy. Lain dengan Renald yang memilih memalingkan wajahnya.
"Syukurlah," ucap Rere bernapas lega. "Mama lo di mana?"
"Mau apa lo? nggak usah sok peduli!" ucap Renald dingin. Rere berdecak sembari mengerucutkan bibirnya. Nampaknya lelaki itu memang masih marah padanya.
"Eh, temennya Randy ya?"
Tiba-tiba sosok perempuan berumur matang itu muncul, tak lain adalah Bu Nayya. Rere langsung tersenyum lebar dan menyalami punggung tangan Bu Nayya.
"Pagi, tante," sapa Rere ramah. "Iya, Tante aku temennya Randy. Aku mau berangkat bareng, Tante. Boleh kan?"
"Oh, iya boleh dong."
"Ma." Renald menatap mamanya dan Rere bergantian. "Dia itu cewek yang aku ceritain itu. Yang udah buat mama masuk rumah sakit."
Rere menghela napas sejenak, sebenci itu kah Renald sampai ia mengompor-ngompori mamanya? Toh, Rere juga sudah minta maaf sebelumnya.
"Iya, tante. Aku minta maaf ya?" ucap Rere dengan puppy eyes -nya. Ia menunduk, takut-takut jika Bu Nayya akan marah seperti halnya Renald.
Tapi sepertinya tidak. Rere malah merasakan elusan lembut di rambutnya. Rere mendongak, ia melihat senyum manis Bu Nayya masih terukir di wajah cantiknya. Melihat senyuman itu membuat Rere lega.
"Gapapa, sayang. Itu--"
"Ma," ucap Renald memotong ucapan mamanya. "Gapapa gimana? Mama hampir kehilangan banyak darah. Mama bahkan sempat kritis."
Rere menatap sinis Renald, padahal sang korban saja tidaklah mempermasalahkan. Tapi mengapa Renald sebegitunya? Baginya Renald itu terlalu lebay dan menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaldy[Selesai]
Fiksi Remaja"Sekali percaya, maka enggak akan main-main. Dan sekali dikecewakan, jangan harap kepercayaan dariku lagi." -Renata Jofaline. ••• Namanya Renaldy Angkasa. Dia tampan, kaya, ketua geng motor, dan pintar. Hatinya berkata bahwa ia mencint...