SELAMAT MEMBACA^^
•••Rere menghela nafas panjang, berat rasanya meninggalkan daddy nya yang masih koma. Tapi mami dan teman-temannya terus saja memaksanya untuk pergi liburan.
Mengingat Renald, sejujurnya Rere masih sedikit berharap jika laki-laki itu mau memperbaiki hubungannya. Tapi rasa kecewa itu masih membekas. Rere tidak mau salah langkah.
"Re, mau minum nggak?" tawar Bagas.
"Enggak."
"Lo pucet ih. Udah sarapan belum sih?"
"Udah, sama temen-temen tadi."
Bagas manggut-manggut saja, sejujurnya ia khawatir karena sedari tadi Rere banyak diam dan terlihat begitu pucat. Bagas tidak tahu apa yang terjadi, ia juga tidak ingin terlalu memaksa Rere untuk bercerita.
"Bocil."
Rere tersentak mendengarnya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia sedikit takut untuk menoleh ke belakang, walau tanpa ia menoleh pun ia sudah tahu suara siapa itu.
Fia, Anya, Rachel, Rania yang paham situasi langsung memilih pergi. Mereka mengajak Bagas dan Dani untuk pergi juga.
"Cil, gue ..."
Rere berbalik badan, menatap manik mata Renald. Mata cowok itu sudah seperti mata panda, wajahnya pucat pasi, tatapannya kosong.
Renald merasakan jantungnya kembali berdegup kencang. Rasa rindunya sudah membuncah. Ia sangat merindukan Rere. Sangat.
"Cil." Dengan sekali gerakan, Renald langsung mendekap tubuh Rere dengan erat. Wanginya, rambutnya, tubuhnya. Renald rindu. "Saya minta maaf. Saya menyesal."
Rere menahan napasnya selama beberapa detik, ia bisa merasakan degup jantung Renald. Bahkan sekarang detak jantungnya pun menggila. Ia tidak membalas pelukan Renald, tapi ia juga tidak menolak pelukan itu.
"Kamu benar, kamu berhasil membuat saya menyesal. Maafkan saya."
Renald melepaskan pelukannya, menatap manik mata Rere. Di dalam mata gadis itu hanya ada dirinya. Renald mengulum senyum tipis.
"Saya tahu berat untuk kamu memaafkan saya. Saya juga tidak memaksa. Saya yang salah, saya siap menanggung resikonya."
Rere menelan ludahnya susah payah. Bahasa Renald mulai formal. Tapi, kenapa Rere malah suka?
"Saya enggak bisa nahan kamu untuk tetap bersama saya. Saya yang sudah melepaskan kamu. Saya yang sudah mengecewakan kamu. Saya yang sudah nyakitin kamu. Saya enggak pantas untuk kamu."
Rere tidak bisa memalingkan matanya, tatapan Renald benar-benar membiusnya.
"Jaga diri kamu baik-baik. Saya janji tidak akan menganggu kamu lagi. Saya akan tanggu jawab atas daddy kamu."
Renald mengembuskan napas panjang. Lalu tersenyum lebar. "Yang harus kamu tahu, saya masih cinta sama kamu."
Renald tersenyum lebar lagi, ia mengelus lembut pucuk kepala Rere. Lalu berjalan mundur, melambaikan tangannya. Ia berbalik badan dan kembali berjalan.
"Saya juga cinta kamu!"
Renald langsung menghentikan langkahnya, diam-diam ia tersenyum mendengarnya. Ia tahu hal itu. Lalu ia kembali berbalik, memasukkan kedua tangannya disaku celana.
Rere mengigit-gigit bibir bawahnya, ia merutuki dirinya sendiri yang kelepasan. Sungguh, mulutnya tidak bisa menahan untuk tidak mengucapkan kalimat itu.
"Saya tahu." Renald kembali mendekat. Mengulum senyum lebarnya. "Memangnya kekuatan cinta kamu itu mampu mengalahkan luka kamu? Dan mampu membuat kamu memaafkan saya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Renaldy[Selesai]
Ficção Adolescente"Sekali percaya, maka enggak akan main-main. Dan sekali dikecewakan, jangan harap kepercayaan dariku lagi." -Renata Jofaline. ••• Namanya Renaldy Angkasa. Dia tampan, kaya, ketua geng motor, dan pintar. Hatinya berkata bahwa ia mencint...