SELAMAT READING^^
•••
Rere melangkah kan kakinya dengan senang, ia berjalan di tepi jalan bersama ke empat temannya. Mumpung hari minggu, mereka memilih jalan-jalan bersama tanpa pasangan masing-masing.
Bisa dikatakan, girls time.
"Cil cil! Odong-odong noh!" teriak Rachel menunjuk sebuah odong-odong dipinggir jalan.
Rere berdecak kesal, lalu berkacak pinggang di depan Rachel. "Dibilang juga, yang boleh panggil gue bocil cuma Renald ya!"
Anya menepis tubuh Rere. "Halah. Sok banget," cibirnya.
"Iri bilang kambing!"
Seketika Rere mendapatkan tatapan tajam dari ke-empat temannya. Fia, Rachel, Rania, dan Anya. Mereka menatap tajam gadis imut itu.
"Cowok gue lebih romantis ey!" kata Rania sembari menyibakkan rambutnya.
"Eh, bang Rama lebih manis ya!" peringat Rachel.
Sekarang mereka mulai mendebat kan pasang masing-masing. Fia yang malas menghela napas lalu menarik Anya untuk duduk di tepi taman. Pergerakan Fia dan Anya itu diikuti oleh 3 cewek itu.
"Capek," keluh Rere. "Sok-sok an banget pada ngajak lari pagi. Endingnya juga cuma jalan, nggak ada tuh lari dari tadi."
"Ngaca Re! Lo juga ngikut jalan!" desis Anya.
Fia lagi-lagi menghela napas, ia menatap teman-temannya satu persatu. "Kalian kalau nantinya disakiti gimana?"
Pertanyaan Fia itu membuat mata ke-4 cewek itu membulat kaget. Cewek itu tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Sakiti? Haha gue hajar lah!" seru Rachel.
Rere menatap Fia, lalu mengawang ke atas. "Gue sih percaya sama Renald. Kepercayaan itu penting dalam suatu hubungan, mbing!"
Anya merangkul pundak Rere. "Iya, lo bener. Tapi terlalu percaya itu nggak baik."
Rere terdiam, seakan diberi peringatan. Perasaannya seakan dibuat goyah, akan rasa percaya nya pada Renald. Tapi, tak bisa dipungkiri. Apa yang Anya katakan itu memang benar.
"Orang yang udah percaya banget, ati-ati Re. Nanti kalau sekali dikecewain, duhh nyesek banget tuh!" celetuk Rania.
Rere menatap tajam kearah teman-temannya itu. "Jangan pengaruhin gue ya!"
Fia tertawa pelan sembari menepuk pundak Rere. "Jangan dengerin kita-kita Re. Kita itu biadab dan sesat."
Rachel, Rania dan Anya mengangguki ucapan Fia. Mereka tahu, mereka dikatakan biadab dan sesat. Namun, mereka mengangguki ucapan itu.
"Bener! Ucapan kita tuh jangan di dengerin. Kalau sesat kita gamau nolong ya?" ujar Anya meminta persetujuan yang lainnya, dan mereka mengangguk.
Tak lama mereka berlima tertawa. Seakan hal itu lucu. Mengejek, membicarakan satu sama lain di depannya, bertengkar kecil. Adalah kegiatan dipertemanan mereka.
Jika tidak suka antar satu dan lain. Akan di ejek dan dihina di saat itu juga, di depan orangnya. Tidak ada yang baperan, karena begitulah pertemanan mereka.
Apa adanya dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Satu hal, jika ada yang punya masalah. Maka mereka akan mati-matian membantu. Itu lah mereka.
•••
Rere berjalan untuk pulang, di tengah jalan tadi ia berpisah dengan teman-temannya. Dan akhirnya sekarang ia pulang sendiri. Peluh bercucuran di keningnya, ia tidak suka olahraga. Tapi teman-teman biadabnya itu memaksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaldy[Selesai]
Fiksi Remaja"Sekali percaya, maka enggak akan main-main. Dan sekali dikecewakan, jangan harap kepercayaan dariku lagi." -Renata Jofaline. ••• Namanya Renaldy Angkasa. Dia tampan, kaya, ketua geng motor, dan pintar. Hatinya berkata bahwa ia mencint...