30. JEMPUT RAISA

638 67 33
                                    

SELAMAT MEMBACA^^
•••

Renald membuka pintu rumahnya, bersamaan dengan bu Nayya yang juga ikut masuk. Keduanya duduk di sofa. "Ma, boleh tanya?"

"Iya?"

Renald melepaskan bajunya dahulu, merasa sangat gerah. Lalu menatap Bu Nayya kembali. "Hubungan mama sama papa nya Rere apa sih? Deket ya?"

Bu Nayya tersenyum lebar, tangannya mengelus-elus lengan Renald. Pikirannya kembali membayangkan kenangan dahulu bersama Pak Naufal juga suaminya, Nolan.

"Sangat dekat," jawab Bu Nayya dengan senyum lebarnya. "Mama sama Naufal dulu, seperti kakak adik. Tapi dia membuat kesalahan pada daddy kamu, tapi mama dan daddy kamu udah memaafkan semua itu. Dan hubungan kami kembali lagi seperti dulu."

Alis Renald bertaut, masih merasa bingung. Sejujurnya sampai detik ini Renald tidak tahu penyebab pasti Daddy nya meninggal. Bu Nayya hanya bilang, bahwa itu sudah takdir sang Maha Kuasa.

Tapi Renald yakin, pasti ada penyebab dari kematian daddy nya. Yang sampai sekarang pun, Renald tidak tahu pastinya apa.

"Jangan-jangan, dulu itu mama jadi rebutan daddy sama om Naufal ya?" terka Renald membuat Bu Nayya tertawa pelan.

"Ih Ma!" rengek Renald. "Malah ketawa. Iya kan? Mama aku kan cantik, udah punya anak aja masih cantik gini. Pasti lah banyak yang mau. Iya kan?"

"Masa iya mama cantik?" goda Bu Nayya.

"Iya dong ma. Kan mama nya Renald. Pasti cantik. Anaknya aja seganteng ini," gelak Renald membuat keduanya tertawa kecil.

Bu Nayya mengelus-elus rambut Renald, setiap kali melihat putranya ini. Selalu teringat Nolan. Teringat masa-masa jahilnya Renald terhadap daddy nya itu. Renald kecil yang selalu manja dengan Daddy nya.

"Sayang, prestasi kamu kan bagus," kata Bu Nayya. "Mama pindahin kuliah di Harvard, Amerika Serikat gimana?"

Mata Renald langsung menyipit, ia tahu tempat itu adalah universitas terbaik di dunia. Banyak orang yang ingin kuliah di sana. Tapi Renald, rasanya cukup kuliah di Indonesia saja.

Satu yang Renald pikirkan. Gadisnya. Tentu saja Renald tak sudi untuk berjauhan dengan gadisnya itu.

"Ma." Renald menggeleng lirih. "Renald nyaman di sini. Mama paham ya?"

Bu Nayya terkekeh pelan, mencubit pipi Renald dengan gemas. "Iya mama paham. Rere kan alasan kamu stay di sini?"

Renald hanya tersenyum tipis, memang gadisnya alasannya. Renald tidak akan tenang bila berjauhan dengan gadisnya itu. Bagaimana caranya menahan rindu? Gadisnya itu begitu merindukan untuk Renald.

Tanpa sadar, sudut bibirnya tertarik lebar. Ketik mengingat bagaimana gadisnya itu.

Bocil lagi apa ya? Batin Renald merindukan gadisnya.

•••

Setelah pulang sekolah, Renald membawa Rere jalan-jalan keliling Jakarta. Renald tahu gadisnya itu pasti lelah, Rere mengikuti ekskul karate. Dan gadisnya Renald itu habis ekskul.

Renald menghentikan motornya di tepi taman. Rere turun diikuti oleh Renald. Renald kembali duduk di atas motor dengan kedua kaki lurus dan tangan dilipat di depan dada.

"Kenapa ke taman?" tanya Rere berdiri di samping Renald.

Renald terkekeh pelan, tangan kirinya merangkul pundak Rere. Dan tangan kanannya merapikan rambut Rere yang terbang karena angin.

"Capek ya? Gue beliin minum di supermarket dulu."

Saat Renald hendak pergi, Rere menarik tangan cowoknya itu. "Beliin es cincau pinggir jalan itu ya." Rere menunjuk seorang bapak-bapak paruh baya yang berjuang es cincau. "Kasihan bapaknya, dagangannya masih banyak. Bayarnya dilebihi ya."

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang