20. SURAT

599 68 33
                                    

HAPPY READING^^

•••

Renald melangkahkan kakinya perlahan menyusuri koridor kampus. Pikirannya kacau, ia sudah bisa menebak jika Rere marah padanya. Chat nya saja hanya di read dan pagi ini Rere tidak datang ke rumah untuk diantar ke sekolah. Renald juga tidak paham mengapa perasaannya seperti ini.

Seharusnya ia tidak usah terlalu memusingkan Rere. Renald sadar jika semakin hari ia semakin dekat dengan Rere. Ini tidak baik. Renald harus bisa menjaga hatinya untuk Raisa. Dan meyakinkan papa Raisa agar merestuinya kembali.

"Boss!"

Langkah Renald terhenti, menoleh ke samping dan mendapati sosok sahabatnya. Tak lain yaitu Revan, Rama, Gavin dan Jefri.

"Sumbangan buat bakti sosial udah lengkap. Kapan--"

"Urusin aja," potong Renald cepat.

Dirinya sedang tidak ingin mengurusi apapun itu. Rasanya malas sekali, lebih baik ia sekarang mendinginkan pikirannya saja.

Revan dan yang lainnya yang tahu situasi hati Renald hanya mengangguk saja. Revan berdehem sejenak, menepuk pundak Renald. Menaikkan satu alisnya seolah bertanya.

"Kacau gue," lirih Renald dengan suara parau.

Rama berdecak, ia menyuruh keempat temannya untuk duduk di kursi dahulu. Ia berdiri menghadap Renald, sembari berkacak pinggang.

"Kok lo yang kacau huh? Harusnya adik gue! Lo ninggalin adik gue di pom bensin dan malah pergi sama Raisa?!" sentak Rama dengan raut sok menyeramkan.

Renald hanya menatap Rama datar. Dan Revan sekarang paham situasinya. Ia berdiri, dengan tiba-tiba ia mendaratkan pukulan keras di pipi Renald.

Keempat lelaki itu melotot tajam, terkejut akan tindakan Revan. Padahal tadi Rama tidak benar-benar marah. Tapi mengapa sepertinya Revan yang marah?

"Itu hadiah buat cowok brengsek kayak lo!" tajam Rama. Ia menyisir rambutnya ke belakang dengan tangannya, seraya menghela napas. "Pesen gue tetap sama, jangan pernah kasih harapan ke cewek lain. Karena ujungnya lo juga yang bakalan hancur."

Dan setelah itu Revan berlalu pergi, lelaki itu hanya ingin menyadarkan Renald. Renald paham bagaimana situasi hubungannya dengan Raisa. Tapi bukan berarti Renald memberi harapan pada Rere.

Setelah kepergian Revan, diikuti oleh Rama, Gavin dan Jefri. Mereka bukannya ikut marah seperti Revan. Hanya ingin memberikan waktu sendiri untuk Renald.

"Sialan!"

Renald mengusap wajahnya kasar. Ia tidak merasa memberi harapan kepada siapapun itu. Dan Renald masih yakin hatinya untuk Raisa.

Tapi mengapa chat nya yang tidak dibalas oleh Rere mampu membuat ia kacau? Ditambah tadi pagi Rere tidak datang ke rumah untuk diantar ke sekolahnya.

Sebesar itukah pengaruh Rere dalam hidup Renald? Apa benar hatinya sudah berpindah tanpa sadar?

Itulah yang Renald pertanyakan.

"Renald!"

Renald menoleh, mendapati sosok Jessie yang tengah berlari ke arahnya. Setelah sampai di depan Renald, gadis itu mengatur napasnya sejenak. Lalu mengeluarkan sebuah surat.

Renald mengernyit heran.

"Tolong kasih ke Bagas," ucap gadis itu menjawab pertanyaan dari Renald.

Renald berdecak lalu menggeleng, ia paling tidak suka jika diberi amanah.

"Renald tolong lah. Lo kan sekelas sama dia."

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang