34. MANTAN

779 68 40
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••

Rere menatap nanar pintu di depannya ini. Tangannya meremas erat rantai tas nya. Keberanian yang ia kumpulkan, membawa ia ke rumah MANTAN PACARNYA.

Bukan untuk bertemu dengan MANTAN, ada urusan penting yang harus ia selesaikan. Agar semua kesalah pahaman ini, bisa segera selesai.

"Permisi. Assalamu'alaikum?"

Rere mengetuk-ngetuk pintu itu, lama tak ada sahutan. Akhir pintu itu terbuka, Rere menarik napas dalam-dalam kala melihat postur tubuh Renald yang ia rindu.

Sekali lagi, POSTUR TUBUH RENALD YANG IA RINDU. Ya, Rere tak bisa bohong jika ia masih merindukan cowok itu. Luka dan kekecewaan yang Renald torehkan memang dalam dan masih terasa. Tapi, rasa rindunya tidak bisa ditepis.

"Apa?"

Rere menghela napas. "Saya tidak ada urusan dengan kamu. Saya ada kepentingan dengan mama kamu."

Renald bersidekap, mengernyit. "Mau apa lagi lo?"

"Meluruskan ini semua."

Renald tertawa remeh. "Meluruskan? Nggak ada yang perlu diluruskan lagi."

"Izinkan saya bertemu mama kamu."

"Hah?" Revan yang mendengar bahasa Rere yang mulai berubah pun heran. Saya? Terdengar formal sekali. "Sa-saya?"

Rere menganggukkan sekenanya. "Iya, bicara dengan orang asing memang harus sopan."

Revan tertawa pelan, ia merasa senang jika Rere menganggap Renald itu sudah seperti orang asing. Biar saja, agar cowok itu tahu rasa.

"Mending lo pergi."

"Saya tidak ada urusan dengan kamu. Saya ada urusan dengan mama kamu. Paham nggak sih?"

Renald menghela napas panjang, setiap kali menatap Rere perasaannya berkecamuk. Rasa benci itu muncul, bersamaan dengan rasa rindu pada MANTAN GADISNYA.

Renald memilih melepaskan gadis itu, benar-benar hanya menyisakan rasa benci. Renald masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Membiarkan Rere yang terus berteriak.

"Renald! Saya mau ketemu mama kamu!"

"Buka pintunya! Saya perlu banget!"

Rere berdecak sebal. "Oke. Kalau gitu, saya tunggu kamu menyesal Renaldy Angkasa!"

Rere berbalik badan, dadanya kembali terasa sesak. Sejujurnya ia belum bisa bertemu Renald, dalam artian, setiap ia bertemu Renald pasti rasa sakit itu muncul kembali.

Semua kata-kata Renald dan sikapnya kala itu, kembali terputar dalam memorinya. Ia ingin, sangat ingin membenci Renald. Seperti Renald membenci dirinya. Tapi, kenapa saat ia berusaha membenci Renald malah menyakiti dirinya?

"Pulang. Gue nggak akan menyesal." Rere terkejut, ia kembali berbalik dan melihat Renald yang menatapnya dingin. "Kalau pun gue menyesal, pasti gue menyesal karena pernah mencintai lo."

Sakit. Kenapa rasanya sakit bagi Rere? Sebenci itu kah Renald kepadanya? Apa masih ada harapan lagi? Apa pantas Rere berjuang kembali?

Banyak pertanyaan dibenak Rere, pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mengusik dirinya. Sepertinya, ikhlas dan melupakan adalah jalan keluarnya.

"Sekali lagi, cewek seperti lo enggak pantas untuk masuk ke dalam hidup gue."

Rere tersenyum tipis, ia benci ketika air matanya luruh karena seorang cowok. Dengan kasar ia mengusap nya. Menatap tajam pada Renald, sekarang tatapannya benar-benar penuh kebencian.

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang