3. KETEMU LAGI

993 129 69
                                    

Semoga Suka°^°
•••

Rere melangkahkan kakinya keluar dari memory cafe. Yah, memory cafe adalah kafe favorit Rere. Sehabis Maghrib tadi ia bersama Rachel, Rania, juga Fia mampir ke mari. Dan dengan sifat biadabnya, ketiga temannya itu meninggalkan dirinya sendiri. Padahal mereka tahu Rere tidak membawa mobil dan Rere ke mari bersama Fia. Tapi Fia tidak mau mengantarnya pulang.

Rere tidak mau pikir panjang. Teman yang punya sifat biadab seperti itu artinya mereka teman yang setia dan apa adanya. Suka ceplas-ceplos, seenaknya, dan terkadang tidak ada hati. Tapi ketahuilah, disaat ada salah satu yang punya masalah, maka mereka dengan senang hati akan membantu dan rela berkorban.

"Telpon supir atau pesen taxi online ya?" gumam Rere sembari mengetuk-ngetuk jarinya pada dagunya.

Lama berpikir, akhirnya Rere memutuskan menelpon supirnya saja. Lagi pula ini sudah jam setengah 9. Belum juga ia menelpon, silau motor membuat Rere menyipitkan matanya.

Tak lama lampu motor itu mati, lelaki yang tengah menaiki motor itu membuka helmnya.  Merapikan sejenak rambutnya, dan turun dari motornya menghampiri Rere.

"Malam, Rere," sapa lelaki itu dengan senyum ramahnya.

Rere mengangguk sembari tersenyum kikuk. Melihat sosok lelaki yang ia sendiri tidak kenal. Tapi kenapa ia kenal Rere? Tiba-tiba lelaki itu menyodorkan tangannya.

"Salam kenal, Gava."

Rere menarik napas sejenak, tersenyum lebar dan menerima uluran tangan lelaki itu.

"Rere, salam kenal balik," ucapnya lalu melepas genggaman tangan itu.

"Haha iya udah kenal kok."

Rere mengerutkan keningnya, seolah bertanya heran. Lelaki itu terkekeh pelan, dan mulai menggerakkan tangannya, dengan seenaknya lelaki itu mengacak-acak rambut Rere.

Mungkin jika cewek lain mendapat perlakuan seperti itu akan baper atau semacamnya. Tidak dengan Rere. Ia sangat benci jika ada lelaki lain seenaknya menyentuh-nyentuh dirinya seperti itu.

Sok kenal sok deket! Gerutu Rere dalam hatinya.

"Jelas kenal, lo murid baru di Nusa Mars yang langsung mencuri perhatian banyak cowok kan? Haha."

Rere tersenyum kikuk, ia sudah merasa risih dengan lelaki semacam Gava yang sudah bisa dilihat dari tingkat dan raut wajahnya. Jika lelaki ini play boy.

"Lo mau kan pulang sama gue? Ah! Enggak, jalan-jalan dulu deh."

Rere menghela nafas panjang, tebakannya benar. Lelaki ini selain play boy juga bad boy. Gila saja, ngajakin cewek yang baru kenalan jalan-jalan malam-malam seperti ini.

Rere benar-benar tidak suka dengan modelan cowok seperti Gava. Yang sok dekat seperti ini, mana mungkin ia akan jalan-jalan dengan cowok lain diatas jam 9 malam?

Rere membuang muka, tapi matanya menangkap seseorang yang baru datang dan turun dari motornya. Matanya membelalak melihat itu Randy. Rere berbinar-binar, ia menoleh ke arah Gava.

"Enggak deh. Gue udah ada temen. Oke daa!"

Rere langsung pergi meninggalkan Gava, ia langsung menghampiri Randy yang tampak terkejut dengan kehadirannya.

"Lo?"

"Temen-temen gue biadab semua. Pada ninggalin gue," ucap Rere kesal.

Randy terkekeh pelan, ia cukup kenal dekat dengan Rere.

"Ikut gue masuk aja dulu, Re. Sebentar aja, nanti gue anterin pulang."

Rere berpikir sejenak, sebenarnya ia ingin segera pulang. Mengingat ini juga sudah malam. Tapi sialnya, Gava masih setia duduk di atas motornya seolah menunggu dirinya.

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang