28. NGAMBEK?

653 66 40
                                    

SEMOGA SUKA^^

•••

Renald memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa, ia mencari di lantai satu dan tidak mendapati sosok Rere. Ia tidak mau buang waktu, segera ia naik lift menuju lantai 2. Segala ruangan sudah ia cari, namun tidak juga terlihat Rere.

"Bocil ya gini, mudah banget keselipnya," gumam Renald sembari berkacak pinggang.

Ia menyipitkan matanya, melihat pintu kamarnya sedikit terbuka. Segera ia masuk kamar. Matanya terbelalak ketika melihat kamarnya sudah seperti rumah pecah. Selimut ada di atas almari, baju-baju terlentang di lantai, nakas ambruk di lantai. Benar-benar kacau parah.

Renald segera membuka ponselnya, mencari kontak nama Rere. Segera ia menelpon Rere, tidak dijawab. Renald juga sudah menduganya. Bahkan ia spam chat juga tidak dibaca.

"Gimana rasanya? Enak enggak kalau nggak di respon pacar sendiri?"

Renald menoleh ke arah suara itu, ia terkejut mendapati rere tengah menyender di depan pintu kamar mandi. Dengan kedua tangan dilipat di depan dada dan sorot mata tajam.

"Lo ...."

"Kenapa? Udah puas mainnya?"

Renald meneguk ludahnya susah payah. Mencoba mendekati Rere, tapi dicegah gadis itu. "Cil, maaf."

"Buat apa? Toh, kamu tetap bakalan ulangi lagi kan?"

Renald kicep. Gadis yang ia anggap bocil, kalau marah menyeramkan.

"Kamu buat salah, minta maaf dan aku maafin, terus diulangi lagi. Apa begitu seterusnya?" tanya Rere menohok.

Renald benar-benar dibuat diam. Sorot mata indah berubah menjadi tajam dan dingin. Gadis itu menatapnya seolah ingin menelan hidup-hidup.

"Maaf, Re. Tapi gue tadi nggak bisa ninggalin tawuran."

"Kamu enggak bisa ninggalin tawuran, tapi kamu bisa ninggalin aku?"

Renald langsung menggeleng keras. "Enggak gitu, Re."

Rere menyipitkan matanya, mencium bau alkohol dari mulut Renald. Sorot matanya langsung berubah tajam. Ia berkacak pinggang, selangkah lebih dekat dengan Renald.

Sungguh, Renald si ketua geng dengan keganasannya itu kini benar-benar dibuat takut. Jika saja ada anak buahnya, sudah diejek habis-habisan ia.

"Kamu mabuk?!"

Renald semakin lemas, tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Rere jika tahu ia mabuk. Jelas saja kecium baunya, ia sudah habis banyak gelas.

"Re--"

"Kamu enak-enakan mabuk di sana? Mengabaikan aku?" Rere terkekeh sinis. "Kamu bilang enggak ngerokok, tapi mabuk. Mungkin aja kamu juga main cewek di belakang aku. Sama Raisa? Atau yang lebih hot?"

Renald terbelalak. "Kok lo nuduh gue setega itu?!"

Nada bicara cowok itu mulai tinggi. Tapi Renald segera mengontrol dirinya. Renald tidak boleh marah, jika keduanya sama-sama emosi hanya akan membuat suasana semakin kacau.

Renald mengusap wajahnya frustasi. Baru juga jadian, Rere sudah begini. Memang salahnya.

"Lebih tega aku apa kamu?" tanya Rere skiptis. Renald diam, membuat Rere menghela napas panjang. "Apa kamu bisa janji sama aku?"

"Iya ... janji nggak bakalan mengabaikan lo lagi. bakalan prioritaskan lo di atas apapun."

"Bisa dipegang janjinya?"

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang