22. ANAK AYAM

602 71 56
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••

"Woy!"

Semua mata langsung mengarah pada sumber suara. Diambang pintu mereka terkejut karena melihat sosok Rere tengah berkacak pinggang.  Rambut panjangnya yang tergerai, terbang oleh angin.

Gadis itu terlihat menyeramkan kali ini dari rautnya.

"Widihh!!! Cari si boss ya?" celetuk Andi. "Boss--"

"Diem lo!" potong Rere cepat.

Perlahan tapi pasti, ia menghampiri abangnya yang ada di pojokan ruangan. Dengan cepat Rere menjambak rambut Rama. Lelaki itu meringis kesakitan, sedangkan yang lainnya meringis ngeri.

Tak hanya sampai di situ. Rere menampar pipi Rama 2 kali berturut-turut. Membuat semua orang tercengang. Rere kembali berkacak pinggang di depan Rama.

"Mana kunci gue?!

Rama meringis kesakitan, ia merogoh sakunya guna mengambil kunci kamar sang adik. Biasanya Rere tak sebruntal ini.

Rere seperti ini juga sebab mood nya buruk. Sebab  Renald yang begitu membuatnya kesal sepulang sekolah tadi. Jika bukan karena kunci kamarnya, maka Rere tidak akan sudi ke mari.

"Dahlah. Sana pulang. Adik enggak tahu diuntung."

Rere melotot tajam ke arah Rama. Ia merampas kunci kamarnya dan hendak pergi. Sebelum pergi ia menatap beberapa cowok yang ada di sini. Tatapan tajam Rere membuat sebagian dari mereka memilih menunduk atau buang muka.

Tatapannya jatuh ke arah Renald yang menatapnya datar sembari bersedakap. Tapi Rere tidak peduli, ia sudah menganggap bahwa ia tidak lagi kenal dengan Renald.

"Awas!"

Rere meminta anak-anak cowok untuk menyingkir agar ia bisa berjalan. Saat ia baru melangkah, tidak sengaja ia menginjak tali sepatunya sendiri. Menyebabkan dirinya terjatuh dan lututnya yang tidak tertutup kain berdarah.

"Aww." Ringisnya sembari mengipas-ngipasi lututnya.

Rama segera mendekati Rere. Berjongkok di depan Rere. Bukan membantu, tapi malah tertawa nyaring. Tidak takut jika Rere kembali mengamuk.

"Hiks sakit ... to-tolong aghh ..."

Tawa Rama langsung meredam, melihat adiknya yang meringis kesakitan dengan air mata yang menetes. Rama melupakan satu fakta, bahwa adiknya itu cengeng.

Renald ingin menghampiri Rere, tapi telat. Sebab Rama sudah menggendong Rere ala bridal style. Rama mendudukkan Rere di atas meja kebesaran milik Renald. Tepat di samping Renald yang juga duduk di atas meja.

"Bentar, gue ambil P3K dulu."

Rere menelan salivanya sejenak, ia sudah berusaha menghindar Renald. Tapi abangnya itu malah mendekatkan dirinya dengan Renald.

Renald berdehem sejenak, mencoba menjadikan suasana antara ia dan Rere seperti dulu.

"Bocil cengeng."

Rere membulatkan matanya, menoleh ke Renald yang menatap ke depan dengan lurus. Tapi Rere tidak mempedulikannya, ia sibuk mengipasi lututnya yang berdarah.

Renald yang melihatnya menghela napas jengah, ia turun dari atas meja. Membungkuk kan tubuhnya di depan Rere. Dan meniup-niup lutut Rere.

"Ck, lo ngapain sih jok?"

Renald menatap ke arah Rere, hanya sekadar menatap dan kembali lagi pada aktivitas nya. Rere membiarkan saja, setidaknya bisa mengurangi rasa sakitnya sampai Rama datang.

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang