SELAMAT MEMBACA^^
•••
Rere memeluk tubuhnya sendiri, dinginnya malam menusuk tubuhnya. Apalagi malam ini ia hanya memakai pakaian pendek. Kakinya saja untuk berjalan terasa lemas.
Tubuhnya lelah. Menangis dan kedinginan. Tatapannya kosong, menatap jalanan dengan sendu. Seakan Rere tidak tahu mau jalan kearah mana. Ia hanya ingin menenangkan dirinya dulu.
"Kenapa enggak hujan? Biar lebih dramatis hidup gue," gumam Rere sembari menghapus air matanya.
Setelah daddy nya ditangani pihak rumah sakit, Rere memutuskan untuk jalan-jalan malam di sekeliling rumah sakit. Bahkan ia belum memberi tahu mami dan abangnya, Rere ingin menenangkan dirinya dahulu.
"Rere?"
Rere tersentak, ia menoleh ke belakang kala seseorang menepuk pundaknya. Bahkan ia tidak sadar jika hujan ternyata rintik-rintiknya sudah turun.
"Yaampun. Re, lo kenapa hujan-hujanan?" tanya Raffa pada Rere. "Ikut gue aja. Nanti lo sakit."
Rere menggeleng, ia mengusap wajahnya yang terkena air hujan. "Nggak. Gue mau gini aja."
Raffa menghela napas, lalu pandangan nya jatuh kala seorang gadis menghampiri mereka dengan membawa payung. "Sayang, dia siapa?"
Rere terkejut melihat gadis itu, gadis yang tidak ia kenal. Raffa merangkul gadis itu, sepertinya mereka dekat. "Namanya Rere, dia teman aku."
Gadis itu manggut-manggut, lalu tersenyum lebar dan menjabat tangan Rere. "Hai, salam kenal. Gue Arin pacarnya Raffa."
Rere tersenyum ramah dan menjabat tangan Arin. Gadis itu ramah, seperti tidak cemburu atau bagaimana.
"Re, lo basah kuyup. Pakai payung kita aja ya? Gue ambilin di mobil dulu." Saat Arin hendak pergi, tangan Rere mencekalnya. Ia menggeleng lirih. "Kenapa Re? Gapapa. Atau lo mau bareng--"
"Gue pingin gini aja," potong Rere dengan senyum tipis.
Raffa menghela napas gusar, ia mengusap punggung tangan Rere. Tersenyum lalu merangkul pundak Arin. Izin pamit lalu berbalik membiarkan Rere.
"Kamu nggak cemburu kan?" tanya Raffa pada Arin, samar-samar Rere mendengar nya.
"Haha enggak lah. Aku percaya sama kamu kok."
Jantung Rere berdetak cepat. Mendengar percakapan singkat itu membuat ia seakan seperti dejavu. Dulu ia juga sama seperti Arin, begitu percaya pada Renald. Bahkan sangat percaya.
Tapi, apa nyatanya? Kekecewaan yang ia dapat. Benar apa kata teman-temannya kala itu. Terlalu percaya tidak lah baik.
"Drama."
Rere terkejut, menoleh dan semakin terkejut kala mendapat Renald. Cowok itu menatap dingin pada Rere. Rere menghela napas panjang.
"Apa urusan anda? Saya tidak ada urusan sama anda lagi." Renald terkejut, bahasnya Rere terlalu formal. "Kenapa? Saya tanya."
Renald mengalihkan pandangannya, ia sudah tidak mau berusan lagi dengan Rere.
"Jika tidak ada urusan, silakan pergi dan tinggalkan saya sendiri."
Alis Renald bertaut, menatap sinis Rere. "Kenapa enggak lo yang pergi?"
Rere tersenyum tipis, atau lebih tepatnya senyum yang menyiratkan rasa sakit. Perlahan, ia menggeleng pelan.
"Saya sudah pernah janji, tidak akan pergi meninggalkan anda. Walaupun situasinya hanya seperti ini. Karena bagi saya, apapun situasinya, saya tidak berniat ingkar janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaldy[Selesai]
Teen Fiction"Sekali percaya, maka enggak akan main-main. Dan sekali dikecewakan, jangan harap kepercayaan dariku lagi." -Renata Jofaline. ••• Namanya Renaldy Angkasa. Dia tampan, kaya, ketua geng motor, dan pintar. Hatinya berkata bahwa ia mencint...