Semoga Suka.
•••
Seperti yang kemarin sudah direncanakan dengan Pak Naufal, malam ini Renald dengan sangat ogah-ogahan sudah berada di ruang tamu Pak Naufal. Pertandingan bola masih dimulai beberapa menit lagi.Sejujurnya Renald malas keluar rumah seperti ini, apalagi ke rumah Rere. Jika bukan karena uang 100 ribu, Renald tidak akan mau.
"Berapa skor tebakan kamu nanti?" tanya Pak Naufal menatap Renald. Renald diam sejenak, kedua alisnya berkerut. Kedua tangannya bersedekap.
"Yang kalah nebak, kasih uang ke yang menang 100 ribu. Gimana?" tawar Renald sembari menaik-turunkan alisnya.
Pak Naufal menggeleng lirih sembari mengelus dada, anak sultan tapi kerjaannya malakin orang. Dan ini untuk pertama kalinya Pak Naufal mendapati teman Rere semacam Renald ini.
"Okee. Saya nebaknya 2-1. Saya agak ragu sama timnas, Qatar soalnya lawannya itu."
"Sama negara sendiri kok ragu," celetuk Renald sembari mengalihkan pandangannya. "Saya 3-0. Indonesia yang kalah."
Pak Naufal melotot, tebakan Renald itu juga sama saja meragukan negaranya sendiri. Padahal tadi sok-sokan mengatai Pak Naufal. Lagi-lagi Pak Naufal hanya bisa ngelus dada, mencoba sabar dengan makhluk seperti Renald ini.
"Boss!!"
Tiba-tiba suara itu membuat kedua lelaki itu menoleh. Renald mengernyit melihat sosok lelaki seumurannya ini. Lelaki itu berjalan ke arah mereka dan ikut duduk bersama Renald dan Pak Naufal.
"Oh, ternyata lo yang dibicarain Mami sama Rere tadi."
Lelaki itu manggut-manggut, sedangkan Renald kenal betul dengan lelaki ini. Siapa lagi jika bukan Rama, salah satu alumni geng Leopard. Yang sekarang juga masih berteman dekat dengannya.
"Kamu kenal, bang?" tanya Pak Naufal pada sang putra sulungnya itu. Rama mengangguk mantab.
"Boss besar aku, Dad. Ketua geng Leopard angkatan ke-7."
Pak Naufal melirik Renald, sedangkan yang ditatap malah memalingkan wajahnya dan tidak peduli dengan tatapan Pak Naufal.
"Ternyata ketua geng brandal itu toh. Doyan mainin cewek nggak kamu hah?!"
Mendengar pertanyaan seperti itu keluar dari mulut Pak Naufal, membuat Renald menoleh dengan tatapan dinginnya.
"Sorry, om. Nakal-nakal gini, saya nggak doyan cewek ya!" ucap Renald dingin. Pak Naufal tertawa kecil.
"Nggak doyan cewek berarti homo kamu hah?"
Pak Naufal tertawa mengejek Renald, ia paham maksud ucapan Renald itu. Hanya saja Renald salah pelafalan, lain dengan Renald yang tidak peduli dengan lelaki tua ini. Ia hanya bekerja keras untuk mendapatkan duit itu. Jika tebakannya salah, maka uang bensin 100 ribu dari Pak Naufal tadi terpaksa ia kembalikan.
Tiba-tiba Rere datang dan ikut duduk di samping Renald. Menoleh ke arah Rere, lalu kembali menatap layar tv dan tidak mempedulikan Rere.
Pertandingan pun dimulai, mereka menyaksikan dengan seksama dan kadang-kadang heboh. Sesekali Pak Naufal menggeplak kepala Renald karena gawang Indonesia kebobolan.
Selama 90 menit, Rere merasa bosan dan mengantuk. Pada akhirnya ia tertidur dengan kepala menyender di bahu Renald. Awalnya Renald sangat keberatan, tapi ia membiarkan saja, ia lebih memilih fokus pada pertandingan.
Dan pada akhirnya skor 3-1.
Pak Naufal dan Renald saling pandang, itu membuat Rama yang tidak tahu apa-apa mengernyit bingung. Tapi ia memilih diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaldy[Selesai]
Novela Juvenil"Sekali percaya, maka enggak akan main-main. Dan sekali dikecewakan, jangan harap kepercayaan dariku lagi." -Renata Jofaline. ••• Namanya Renaldy Angkasa. Dia tampan, kaya, ketua geng motor, dan pintar. Hatinya berkata bahwa ia mencint...