24. KEPUTUSAN

648 68 49
                                    

SELAMAT MEMBACA^^

•••

Renald mengamati wajah cewek di depannya ini dengan lekat-lekat. Mulutnya merasa ngilu untuk berbicara, manik mata itu menatapnya dengan sendu dan dalam.

"Ra?"

Raisa mengerjapkan matanya sekali, ia berdehem pelan, menjawab panggilan Renald.

"Gue--"

"Raisa mau ngomong sama Angkasa," potong Raisa.

Renald menelan ludah susah payah, untuk pertama kalinya Raisa mengajak ketemuan di taman. Biasanya Renald yang mengajak. Renald rasa ada sesuatu hal yang benar-benar ingin Raisa ungkapkan.

"Iya?"

Raisa mengembuskan napas gusar. Menatap Renald, lalu membuang muka.

"Angkasa sama Rere ada hubungan apa?"

Jantung Renald berpacu cepat, tidak menyangka pertanyaan seperti itu terlontar dari Raisa. Seakan Renald dibuat kicep, bingung harus menjawab apa. Renald juga heran, ke mana Raisa yang polos?

Raisa menoleh ke Renald yang diam saja. Memiringkan wajahnya, menelusuri wajah Renald dalam-dalam.

"Kok Angkasa diem? Jawab dong!"

Renald menarik napas dalam-dalam, ia sudah salah langkah. Membiarkan dirinya dekat dengan Rere dan lupa akan Raisa. Sekarang Renald harus jawab apa?

Mengatakan bahwa mereka hanya temanan saja, kenapa rasanya Renald tidak bisa?

"Gue sama-- tunggu, kok lo tanya gituan?"

Raisa mengigit-gigit bibir bawahnya. Bola matanya mengedar ke sekeliling, lalu kembali menatap Renald.

"Raisa disuruh Mauren tanya gitu." Renald mengembuskan napas panjang, benar dugaannya. "Katanya Raisa harus waspada dan tanya begitu ke Renald. Raisa juga bingung kenapa Mauren nyuruh gitu. Raisa pusing."

Renald memijat pelipisnya yang nyut-nyutan. Teman-teman Raisa benar-benar membawa pengaruh buruk untuk gadis polos ini.

Renald menepuk pundak Raisa.

"Ra, jangan dengerin mereka. Sesat."

Raisa hanya mengangguk sekananya, meski tidak paham dengan semua ini. Dan Renald rasa, ia harus benar-benar meyakinkan perasaannya sekarang.

Tangan Renald menggenggam kedua tangan Raisa. Mengelusnya dengan lembut, bola matanya menatap dalam manik mata Raisa. Tapi, kenapa detak jantungnya normal? Tidak seperti saat bersama Rere.

"Ra, untuk ke dua kalinya gue mau ungkapin hal ini."

Raisa mengangguk-angguk. Sedangkan Renald menarik napas dalam-dalam dulu.

"Gue harap lo mau jadi pacar gue."

Raisa membulatkan matanya terkejut, ia menggigit-gigit bibir bawahnya. Jantungnya merasa berdegup kencang.

"Angkasa ..."

"Gue tahu papa lo ngelarang. Tapi kita bisa diem-diem kan? Sampai gue bisa dapetin restu papa lo. Ra?"

Raisa menatap ke atas, seolah mengawang-awang dan berpikir. Mengingat sesuatu. Lalu melepaskan tangan Renald dan membuang muka, memungguin lelaki itu.

"Angkasa, apa Angkasa yakin sama perasaannya angkasa sekarang?"

Renald menelan ludahnya dahulu, sebelum mengangguk kaku.

"I-iya. Gue yakin, Ra."

Raisa mengembuskan napas panjang, lalu menatap Renald lagi. Menatap manik mata Renald dengan dalam.

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang