41. BOCIL MASIH BUTUH SAYA

795 61 35
                                    

SELAMAT MEMBACA^^
•••

Udara pagi terasa begitu dingin, oleh sebab itu pagi ini Fia mengajak teman-teman ceweknya untuk nongkrong di salah satu restauran. Setidaknya ngopi di pagi hari.

"Biar gue yang traktir ya," ujar Fia membuat semuanya tersenyum senang. "Ah tapi dompet gue ketinggalan. Gue ambil dulu ya sama Anya."

Rere berdecak kesal. "Dih, nggak usah sok-sokan traktir deh."

"Serius Re! Gue yang traktir, gue ambil dompet bentar aja ya?" Fia tersenyum lebar lalu menarik tangan Anya untuk keluar.

"Duh! Rachel, temeni gue ke toilet yuk?"

Rachel mengangguki ucapan Rania, keduanya lalu berdiri. Rere berdecak kesal, "kenapa harus berdua? Gue sendiri nih?"

Rachel nyengir. "Sebentar kok Re."

Dan setelah itu keduanya pergi, meninggalkan Rere sendirian. Rere hanya mampu diam dan menghela napas panjang. Ia memilih memainkan ponselnya saja.

"Permisi." Rere terkejut, lantas ia mendongak dan melihat Renald tengah tersenyum lebar di depannya. "Mau ditemani duduk di sini atau duduk di pelaminan mbak?"

Rere mengerjapkan matanya beberapa kali, ia masih memperhatikan Renald. Sekarang cowok itu duduk di depannya. Senyum lebar Renald terus terbit.

Rere baru sadar, iya yakin ini semua adalah ulah keempat temannya itu. Mereka semua hanya alasan saja. Sial!

"Kamu ngapain?" tanya Rere sinis.

Renald bergumam-gumam, matanya menerawang. Lalu tersenyum lagi dan menatap Rere. "Menemani kamu kan?"

"Saya tidak butuh."

Renald manggut-manggut saja, seakan tidak peduli dengan ucapan Rere. Renald masih asik memandangi wajah Rere yang baginya itu begitu cantik. Renald selalu suka jika rambut gadis itu tergerai.

"Makasih udah mau nurut sama saya." Perkataan Renald itu membuat kedua alis Rere bertaut. Melihat itu membuat Renald tertawa pelan. "Kamu tidak mengikat rambut lagi."

Rere baru paham sekarang, padahal ia tidak mengikat rambut sebab dingin. Tapi sudahlah, biarkan saja cowok itu ge'er sendiri. Lagipula Rere tidak mau terlalu berurusan dengan cowok itu.

"Mau jalan-jalan enggak? Ke menara Eiffel?" tawar Renald. Tapi tetap tidak direspon oleh Rere. Gadis itu terus sibuk dengan ponselnya.

Renald sudah jengah, ia langsung merampas ponsel Rere. Rere hendak protes, tapi tatapan Renald seakan membuat mulutnya langsung bungkam.

"Kamu itu tahu enggak sih, saya tuh rindu sama kamu!" ucap Renald menggebu-gebu, seakan sudah tidak tahan lagi. Ucapan itu membuat Rere langsung diam.

"Saya sudah mengakui salah, saya sudah minta maaf. Katanya mau memberi kesempatan pada saya, walaupun hanya sebagai teman. Tapi apa ini?"

Renald berdecak kesal. "Kamu cuek ke saya, kamu acuh sama saya. Sedangkan sama cowok itu, kamu ketawa sama dia, kamu tersenyum ke dia, kamu foto bareng dia. Katanya cinta, iya tahu saya sudah membuat kamu kecewa."

Rere menggigit-gigit bibir bawahnya, kenapa segala ucapan Renald itu tampak menggemaskan sekali?

"Tahu enggak sih, saya itu cemburu." Renald menatap sebal pada Rere. "Kamu pikir enak gitu cemburu? Apa yang harus saya lakukan sekarang? Nyatanya melupakan kamu itu sulit, malah menyiksa diri saya sendiri."

"Saya awalnya mau membiarkan kamu pergi, nyatanya saya enggak rela. Kurang apa saya sih? Tampan? Wajah saya kurang tampan memang? Duit? Saya janji saya tidak akan meminta duit kamu lagi kalau kamu bonceng saya."

Renaldy[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang