SELAMAT MEMBACA^^
•••
Rere merasakan badannya gerah sekali, padahal AC di kamar hotelnya juga sudah menyala. Tapi rasanya ia sangat ingin keluar kamar. Rere menatap ke empat temannya yang sedang asik sendiri.Rere memilih keluar kamar saja. Sebelum itu ia mengambil cardigan rajut berwarna ungu milikya. Lalu ia segera keluar kamar, rambutnya sengaja ia ikat sebab gerah.
"Eh?"
Rere tersentak kala tiba-tiba ikat rambutnya ditarik seseorang dari belakang. Ia langsung menoleh, ia semakin terkejut kala melihat Renald.
"Apa yang kamu lakukan?" Rere berdecak kesal kala Renald malah membuang ikat rambutnya. "Kenapa kamu di sini? Kamu ngikutin saya."
Renald tertawa kecil, lalu kembali mengelus-elus rambut Rere. Atau lebih tepatnya merapikan rambutnya. Renald melirik kamar di sampingnya, lalu kembali menatap Rere.
"Kita sebelahan kamarnya."
Rere membulatkan matanya, ia melirik kamarnya dan kamar Renald bergantian. Lalu menatap Renald, cowok itu tersenyum lebar.
"Enggak apa sekarang sebelahan dulu. Suatu saat juga bisa sekamar ya?" goda Renald.
Rere meneguk ludahnya, ia memalingkan pandangannya. Ia hendak pergi, namun tangannya ditahan oleh Renald. "Apa lagi?"
"Jangan ikat rambut kamu lagi."
"Saya gerah."
Renald berdecak kesal, ia mendekatkan dirinya pada Rere. Atau lebih tepatnya di belakang tubuh gadis itu. Renald menyingkirkan rambut Rere, lalu meniup-niup leher gadis itu.
Rere terkekeh geli, tapi ia tetap diam saja. Membiarkan Renald mengipas-ngipasinya seperti itu.
"Kamu tahu kenapa saya larang gitu?" Rere menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Tiba-tiba Renald tersenyum miring. "Leher kamu. Menggoda."
Rere langsung menjauhkan dirinya dari Renald. Ia mencebikkan bibirnya kesal, melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap tajam pada Renald.
"Dasar mesum!"
Rere berbalik badan dan hendak melangkah pergi, tapi dengan gesit Renald menarik lengan tangannya. Sekali tarikan mampu membuat Rere menabrak dada bidang Renald.
Senyum Renald mengembang lebar. Tangannya menuntun tangan Rere agar melingkar di pinggangnya. Lalu tangan kanannya memeluk pinggang Rere, dan tangan kirinya mengelus lembut rambut Rere.
"Kamu itu cantik, sangat cantik." Renald kembali tersenyum sembari mengusap pipi Rere dengan ibu jarinya. "Wajar saya cemburu kalau kamu dilirik cowok lain. Boleh kan saya cemburu?"
Rere kembali terbius oleh Renald. Sial! Detak jantungnya terus saja menggila. Bahkan sekarang dadanya bisa merasakan detak jantung Renald.
Sial! Sial! Sial!
Rere merasakan pipinya memanas sekarang, ia yakin sekarang ia sudah blushing.
"Kalian ngapain?"
Suara bariton itu, membuat Rere langsung menjauhkan tubuhnya dari Renald. Rere gelapan ketika melihat Bagas sedang berdiri menatapnya. Rere menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari tersenyum canggung.
"Bukan urusan lo," sahut Renald. Renald lantas menarik tangan Rer dengan lembut. Renald melangkahkan kakinya bersama Rere, sebelum itu ia berbisik sinis pada Bagas. "Amanin nyawa lo dari gue. Jauhin cewek ini caranya."
Renald tersenyum miring, lalu kembali menggandeng Rere untuk pergi dari sana. Rere juga tidak tahu harus bersikap bagaimana ini.
"Kamu ngapain sih?" gerutu Renald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaldy[Selesai]
Ficção Adolescente"Sekali percaya, maka enggak akan main-main. Dan sekali dikecewakan, jangan harap kepercayaan dariku lagi." -Renata Jofaline. ••• Namanya Renaldy Angkasa. Dia tampan, kaya, ketua geng motor, dan pintar. Hatinya berkata bahwa ia mencint...