Part 36 - Terbiasa

202 44 5
                                    

Bintangnya jangan lupa di klik ya guys! Komennya juga boleh untuk lebih membangun cerita ini. Terima kasih..
.
.
.
.
.

Argani Devrilais Baureksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Argani Devrilais Baureksa

Happy Reading
♥♥♥


Sina tiada hentinya menggerutu dengan Zahra yang semakin malas menggerakkan tubuhnya.

Terhitung sudah lima bulan tiga minggu usia kandungan Zahra namun bobot perutnya seakan ingin segera melahirkan.

"Hentikan Za, lihat tubuhmu. Sudah seperti batu sungai itu, bulat, padat, dan berat," cibir Sina.

Zahra mendengus, "Ibu, lihat nih Mbak Sina mulutnya lebih pedas dari cabe itu," ujar Zahra memakan singkongnya sambil menunjuk cabe yang tengah dirawat Zivara.

Zivara tertawa tanpa menoleh kearah mereka. Zahra dan Sina selalu bertengkar jika sedang sadar dan saat tidur mereka justru berpelukan seakan tidak rela berjauhan.

Kehadiran Zahra dan Sina dapat menghidupakan warna yang sudah lama tidak menghiasi harinya.

"Bu sudah waktunya menangkap ikan kan? Ayuk lah, Sina sudah selesai," ujar Sina sudah menyelesaikan.urusan dapur.

"Za ikut," rengek Zahra.

"Tidak usah, Za disini saja," sahut Zivara.

Zahra memasang puppy eyesnya yang terlihat sangat menggemaskan dengan pipinya yang bertambah besar membuat Zivara dan Sina saling pandang iba.

"Yasudah baiklah ayo," ajak Zivara membuat Zahra memekik senang.

"Pelan-pelan Za, ingat perutmu," ujar Sina menggeleng geli melihat Zahra yang berjalan dengan senangnya.

Mereka berjalan menuju sungai untuk menangkap ikan seperti biasanya. Terkadang mereka bisa mendapatkan ikan yang cukup atau justru hanya mendapatkan satu.

Mereka sehari-harinya hanya akan makan singkong beserta sayuran yang mereka tanam sendiri jika tidak mendapatkan ikan.

Tidak pernah memakan nasi, mengingat mereka tinggal ditengah hutan yang jauh dari pemukiman.

Mereka butuh setengah hari untuk mencapai pemukiman dan menjual hasil tani Zivara untuk dapat membeli setidaknya bahan makanan yang mereka butuhkan atau mungkin bibit untuk kembali bertani.

"Mbak cucuk Mbak cucuk," pekik Zahra antusias menunggu Sina menombak ikannya.

"Dengan kekuatan datang bulan, Sina akan menangkapmu. HIYAAAAA," ujar Sina menombak ikannya dan mengenai sasaran.

Stuck With You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang