Happy Reading
***
"Ayo sini ambil! Nah ambil."
Bryan menggelengkan kepalanya merasa pusing melihat kegaduhan dikelasnya akibat ulah Devan dan Aksa.
Masih pagi sudah berulah.
Seperti biasa saat penagihan kas pasti gaduh, sang bendahara sudah kewalahan saat disuruh menagih dua curut itu.
"Devan! Aksa! Lo berdua niat bayar kas gak sih."
"Gak!" Kompak keduanya.
Fara sang bendahara pagi-pagi sudah dibuat keringatan oleh Devan dan Aksa. Aksa yang tidak berhenti berlari mengelilingi meja dan kursi, lain dengan Devan yang malah berjoget-joget diatas meja.
"Pliss deh gue capek bayar lima ribu aja susahnya minta ampun!" Fara sudah putus asa, ia tidak tau gimana lagi menagih uang lima ribu dari Devan dan Aksa.
"Bokap gue kerja pagi pulang pagi banting tulang buat dapetin duit, lah lo cuma modal teriak doang minta duit, enak bener idup lo. Ya gak, Sa?" ujar Devan yang disetujui Aksa.
"Bener banget tuh, Dev. Sini lo kalo mau duit!" Saat Fara ingin menghampiri Aksa, Lelaki itu kembali berlari menghindari Fara. Begitupun dengan Devan.
"Sini, Far. Naik kalo mau duit." Devan masih berjoget-joget diatas meja membuat seisi kelas tertawa melihat ulah usil mereka.
"Devan, Aksa, pliss deh gue capek. Buruan bayar ntar gue dimarahin."
"Bodo!"
Disini bukan perihal jumlah uangnya, Devan dan Aksa bisa saja membayar lima kali lipat dari jumlah uang kas mereka hanya saja mereka ingin membuat sang bendahara sedikit ada usaha ketika meminta uang pada mereka. Setelah puas mengerjai Fara barulah mereka membayar uang kasnya. Mampuss dah tuh lama-lama jadi bendahara.
"Gak bolos lagi lo?" tanya Adrian melihat Bryan duduk disebelahnya.
"Gak."
"Tumben."
"Gue juga mau pinter."
"Lu gak belajar aja udah pinter, mau pinter gimana lagi lu?!"
Bryan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, menengadahkan kepalanya keatas sembari memejamkan matanya dengan lengan menumpu di dahinya.
"Woiii, Bos! Udah disini aja lo, kapan dateng?" tanya Devan dengan wajah songongnya.
"Dari tadi." jawab Bryan tanpa mengubah posisi duduknya.
"Woii, nyet! Lu pada liat BangKai kagak?" Kini Aksa ikut nimbrung.
"Ada dirumah gue tapi udah dibuang sama Papi," jawab Devan.
"Itu bangke, njirr!"
"Lah, lu tadi nyariin bangkai kan?"
"Maksud gue Kaivan, geblek!"
"Sejak kapan Kaivan jadi bangke?"
"Au ahh gelap!"
"Kagak, ah, terang gini dibilang gelap."
"Ujian bener dah punya temen kayak lu!" Aksa pergi keluar kelas mencari Kaivan.
"Lah, salah gua apa, ya?" tanya Devan pada Adrian sembari menunjuk dirinya sendiri.
Adrian hanya mengendikkan bahunya tidak mengerti. Punya teman rada gak waras memang membutuhkan kesabaran yang ekstra.
"Eh, Bry, liat." Devan menunjukkan sebuah gambar di ponselnya. "Pasti ajaran lo nih suka bolos," tuding Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi)
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU YA SUPAYA BERKAH] Remake ulang beberapa part di unpublish *** Sejauh mana ldr yang pernah kalian rasain? Beda kota? Beda negara? Beda pulau? Beda dunia? Atau beda tuhan? Ketika tasbih di jemari harus bersanding dengan salib di leher, b...