PROLOG

38.2K 1K 10
                                    

Mata Anne mulai berair ketika ia melakukannya. Terduduk lemas di dalam toilet saat menghitungi detikan jam dengan sangat hati-hati. Kini matanya terpejam, ia benar-benar tidak berani melihat benda putih berukuran sepuluh senti meter itu yang kini berada dalam genggamannya.

"Pasti negatif, pasti negatif." Bahkan sampai saat ini, Anne masih berusaha menenangkan hatinya. Jadwal bulanannya terlambat lebih dari sepuluh hari, dan Anne, masih berharap semua akan baik-baik saja. Lagi pula, Anne baru menjalani kegiatan ospek satu minggu yang lalu, dan Anne benar-benar tidak mungkin bisa melanjutkan hidup jika tanda yang dimunculkan oleh benda itu bergaris dua.

Tidak. Anne yakin kalau hasilnya negatif. Seingatnya, jadwal bulanannya memang kadang tidak teratur. Kadang maju, dan kadang mundur tidak sesuai dengan tanggalnya. Dan Anne berharap, bahwa untuk kali ini saja dia juga mengalami hal seperti itu.

Dan sekarang, akhirnya Anne berani membuka mata. Keringat dingin mulai bercucuran bersamaan dengan tangannya yang bergetar. Anne kemudian menunduk, matanya langsung menyala lebar ketika menatap benda putih itu.

"T-tidak. Ini tidak mungkin!"

Syok. Anne benar-benar syok. Detik itu juga wajah Anne memucat saat melihat dua garis terpampang jelas dari benda putih itu. Secepat kilat benda itu terlempar begitu saja. Tangannya bergetar bersamaan dengan bibirnya yang membiru saking pasinya.

Tidak mungkin...!

"Aku tidak mungkin hamil!"

Mata hitam itu kini berair dengan sangat deras. Wajah syok, kecewa, marah dan sedih kini bercampur menjadi satu hingga membuatnya benar-benar frustrasi.

Ya Tuhan, aku baru berumur delapan belas tahun dan aku tidak mungkin hamil.

Anne mulai mengutuk dirinya sendiri. Ini benar-benar sebuah kesalahan besar. Bagaimana letak tanggung jawabnya kepada Ibu asuhnya selama ini? Yang dulu dengan berat hati melepaskan Anne untuk kuliah di Jakarta. Yang dulu sempat menasehati Anne untuk tetap berada di Bandung.

Dan detik itu juga, Anne membuang semua kepercayaan itu. Anne ingat betul ketika dulu Anne bersusah payah untuk membujuk Bunda Airin. Dan ketika kesempatan telah didapat, Anne malah membuangnya begitu saja.

Tangan Anne kembali bergetar. Rasa takut, sedih marah mulai menyerangnya secara bersamaan. Seharusnya ia tidak menuruti semua perkataan teman-temannya satu bulan yang lalu. Rasa sesal kini menggerogoti seluruh jiwanya, teringat akan kejadian satu bulan yang lalu ketika Anne terbangun telanjang di sebuah kamar bersama dengan pria itu.

"Laki-laki itu." Hal yang langsung Anne ingat adalah wajah dari laki-laki itu. Laki-laki yang bahkan belum Anne ketahui siapa namanya. Laki-laki yang telah membuatnya hamil seperti ini.

Aku... harus mencari laki-laki itu. Isaknya dalam hati.

***

Hallo, ini cerita baru... Jangan lupa vote dan komennya ya...

Btw, mampir juga ke karyaku Hasrat Tuan Alexander

HAVING HIS BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang