19. KALA MENGINGINKAN SURGA DENGAN CARA YANG SALAH

5.4K 435 32
                                    

Malam, Dears! ^^

Seneng enggak ketemu Hara lagi malam ini?

Bab 19 ini panjang, ya ...
Updatenya juga malam biar langsung bobok abis nge-vote sama komentar nanti.
Inget, langsung bobok lho, ya!

Jangan lupa vote sebelum membaca, lalu komentar di akhir cerita.

Share juga cerita ini ke teman kalian ya, Dears! Biar kita bisa senang-senang bareng Aira yang minta digetok palanya. Hahahhaa

So, here we are ...

Happy reading!

***

"Apa?" Ardi membeliak tak percaya. Sejauh yang dia tahu, dia tak memiliki penyakit pendengaran apa pun. Namun, dia patut menanyakan kembali apa yang baru saja menyambangi gendang telinganya.

"Bercintalah denganku, Mas," ulang Aira dengan nada bergetar. Bukan karena takut dan tak yakin, dia hanya sedang berada di titik lelah hidupnya yang tak menemukan solusi apa pun untuk setiap masalah yang kian membelit.

Pengulangan yang Aira ucapkan, membuat Ardi sontak melepaskan pelukan. Pria itu berdiri dan merasakan pening seketika. Tangan kirinya bertengger di pinggang, sementara tangan kanannya memijat pangkal alis. Dia bahkan tak sadar telah memutar tungkai, membelakangi Aira.

"Kamu istirahat dulu saja di sini. Mandilah biar kepalamu dingin. Aku akan minta Bibi untuk menyiapkan makan malam. Setelah itu, aku antar kamu pulang," putus Ardi sesaat sebelum menggerak tungkai.

Baru beranjak tiga langkah, langkah keempatnya digagalkan dengan belitan tangan Aira di perutnya. Dia bergeming, menunggu Aira untuk melepaskan.

"Kamu tak menginginkanku? Kenapa? Apa karena aku pernah menjadi pasienmu, Mas? Apa aku tidak pantas? Karena selama ini kamu selalu saja seperti ini. Selalu meninggalkanku saat aku menginginkanmu," rancau Aira. Pipinya bersandar pada punggung Ardi, hampir mencapai bagian tengkuk.

"Jangan ngomong sembarangan!" hardik Ardi tegas seraya berusaha melepas lilitan tangan Aira. Dia tak suka mendengar tuduhan tak berdasar Aira yang seolah-olah meragukan ketulusannya.

Aira tak membiarkan Ardi melepas belitan tangannya. Dia malah semakin erat mendekap pria itu tanpa peduli wajah Ardi yang telah memerah karena kesal bercampur marah.

"Lepas, Aira!" pinta Ardi kembali, masih dengan nada tegas yang tak berkurang sedikitpun.

"Please, Mas. Bercintalah denganku." Suara Aira mulai melemah. Jujur, dia sudah mulai hilang arah. Dia tidak tahu lagi bagaimana cara agar Ardi mengetahui segalanya, sedangkan dia sama sekali tak bisa mengolah kata.

Dalam satu kali gerakan, Ardi menyentak tangan Aira. Sedari tadi dia menahan diri agar emosinya tak membuncah. Namun, sepertinya Aira memang sedang gigih membuatnya marah. Apakah gadis itu tidak tahu bagaimana kerasnya usaha Ardi memuliakannya selama ini? Ardi memang bukan laki-laki suci yang murni tak menyentuh Aira barang sejengkal pun. Namun, dia tetap tahu batas.

Tawaran Aira itu memang mengusik kelelakiannya. Siapa yang tidak akan tergoda dengan hal semacam itu terlebih Ardi pria dewasa. Layaknya singa yang disuguhi daging segar, pasti menggelitik kelenjar ludah dan timbul hasrat ingin segera menerkam. Akan tetapi, tidak! Melakukan apa yang Aira pinta di luar pernikahan bukanlah sesuatu yang dibenarkan sekalipun dengan alasan cinta sekalipun.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✓ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang