23. MELANGKAH MENYAMBANGI MASA LALU

4.7K 511 64
                                    

Pagi, Dears! ^^

Kaget ya Hara update pagi?

Sebenarnya, Hara mau update semalam. Cuma belum selesai ngetik sudah ketiduran. So, sorry! ❤️

Bab ini full Aira sama Evan, ya. Ardinya besok aja. Biar disingkirin sebentar jadi figuran. Whahhaha...

Jangan lupa vote sebelum baca,
Dan komentar di akhir cerita.

Typo, bilang!

So, here we are ...

Happy reading!

***

"Apa maksud kamu? Kenapa kamu begitu yakin? Apa ada sesuatu yang sudah terjadi dan Mas tidak tahu, Evan?" Haikal mencecar Evan dengan berbagai pertanyaan dengan kadar penasaran mencapai ubun-ubun. Pasalnya, dia yakin kalau adik sepupunya itu tengah menyembunyikan hal besar. Terlihat jelas dari ketenangan yang Evan kukuhkan serta nada kemenangan yang begitu keras digaungkan.

Evan tersenyum sumir. Bahunya mengendik selaras dengan sebelah alisnya yang terangkat naik. "Aku-" Dia mendadak urung menjawab karena mendengar suara Kak Dania dari arah ruang tamu.

Dia memilih menjahit bibirnya dan memberikan kode pada Haikal untuk tak membahas apa pun terkait Aira di depan Dania. Namun, gendang telinganya ternyata lebih peka saat menangkap suara lain yang sedang ikut berbincang di sana. Sontak dia berdiri dan bergegas untuk mengeceknya sendiri.

"Kamu naik taksi sendirian ke sini. Memangnya Ardi ke mana?" tanya Dania heran saat mendapati Aira berdiri tertegun di depan rak buku ruang tamu.

Dania yang baru pulang dari minimarket di depan kompleks, kontan memanggil heboh sekaligus senang dengan kunjungan adiknya itu. Dia bahkan tidak peduli dengan kantung belanjaan yang dia letakkan begitu saja di ambang pintu.

Aira yang tak ingin ketahuan menguping, langsung memutar otak untuk mencari alasan selogis mungkin.

"Mmm ... Mas Ardi ada shift, Mbak. Tadi aku sempat ke rumah sakit buat antar kue kok sebelum ke sini," jawabnya sembari menjalin jari-jemarinya untuk menghilangkan gugup.

"Sudah lama di sini?"

Damn! Pertanyaan yang Aira khawatirkan akhirnya keluar juga. Ingin menjawab jujur, dia akan ketahuan. Ingin berbohong, Dania sempat melihatnya merapatkan diri di rak buku bak orang bodoh.

"Ba-baru kok, Kak." Aira mengutuk kemampuan linguanya yang mendadak gagu. "Oh, iya! Kakak belanja apa?" tanyanya, berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Astaga! Kakak sampai lupa sama belanjaan Kakak. Bentar, ya!" Dania langsung berbalik dan mengambil seribu langkah untuk meraih kantung belanjaannya yang sempat terabaikan.

Saat Dania sibuk mengecek kantung belanjaannya, Aira mengembuskan napas lega seraya menoleh ke sisi kiri. Namun, tubuh Aira seketika menegang kala melihat Evan sedang berdiri seraya memerhatikannya lamat. Pria itu hanya bergeming dengan menyembunyikan kedua tangannya dalam saku celana. Tidak ada yang aneh andai Aira tak menantang netra Evan. Lewat tatapan sekilas, Aira pun langsung tahu kalau kebohongannya telah terendus.

Detik pertama Dania memutar tubuh, dia merasakan ketegangan dari adu pandang Aira dan Evan. "Kamu ke sini mau main sama Hamas? Dia lagi tidur di kamar. Yuk, kalau mau lihat Hamas," ajak Dania, memutus perang mata antara mantan sepasang kekasih itu. Dia menggamit lengan atas Aira untuk mengikutinya.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✓ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang