51 | Cravings

4.2K 385 24
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca:)

.       .       .       .       .

Memasuki bulan ketiga kehamilannya, Rosé tidak lagi bekerja. Selain karena Jimin yang melarangnya, ia juga merasakan kalau dirinya menjadi lebih mudah lelah. Kesehariannya hanya berada di rumah, melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti apa yang dilakukan para istri pada umumnya.

Sebenarnya Jimin sudah melarangnya untuk melakukan semua pekerjaan rumah, namun Rosé tidak menurutinya.

Merasa sangat bosan tidak melakukan hal apapun dirumah, membuatnya memaksa ingin membantu Bibi Hwang yang setiap harinya bertugas untuk membersihkan rumah itu dibantu beberapa asisten rumah tangga yang lainnya.

Mendengar pintu rumahnya terbuka, sang wanita segera menuju pintu utama itu. Sudah dipastikan yang membuka pintu adalah suaminya yang baru saja pulang dari bekerja.

"Selamat datang, sayang.."

Jimin tersenyum begitu melihat Rosé yang menyambut dirinya. Pria itu meraih pinggang wanitanya lalu memeluk tubuhnya. Rindu akan kehadiran Rosé yang biasanya selalu bersamanya di kantor.

"Aku merindukanmu." Jimin mengeratkan pelukannya, menyerukkan wajahnya pada perpotongan leher Rose. Rosé tertawa kecil.

"Kau sungguh berlebihan."

Cukup lama berpelukan, Jimin melepas pelukan itu kemudian sedikit membungkukkan badannya, dengan begitu wajahnya berhadapan langsung dengan perut sang istri yang sudah mulai membuncit.

Mengecupnya sekilas disana lalu mengusapnya. "Bagaimana kabar kalian, hm? Merindukan Appa?" Rosé tersenyum atas rutinitas yang kerap Jimin lakukan setiap pria itu kembali dari pekerjaannya di kantor.

Setelah mengoceh sesaat menyapa calon anaknya itu, Jimin menegakkan tubuhnya lalu mencium bibir wanitanya. Hanya disertai lumatan-lumatan kecil lalu ciuman itu terlepas.

Rosé membantu Jimin untuk melepas jas yang dipakainya, serta mengambil alih tas yang berisi dokumen-dokumen penting di dalamnya. "Mau mandi dulu atau makan malam dulu, sayang?"

"Hmm, kau sudah mandi?"

"Tentu saja sudah."

Jimin mendesah kecewa atas jawaban itu. Rosé mengernyit tak mengerti. "Kenapa kau menghela begitu?".

"Kalau belum, aku ingin mandi bersamamu." Begitu Jimin menjawab pertanyaan, Rosé pun membolakan matanya disertai dengan wajahnya yang memerah. "Ya Byuntae!"

Mendapat pukulan di lengannya, Jimin hanya terbahak tidak peduli dengan pukulan yang tidak terasa sakit sama sekali. "Yasudah, aku akan membersihkan tubuhku dulu."

Rosé mengangguk, ikut memasuki kamar mereka untuk menyiapkan pakaian yang akan dipakai suaminya setelah ia selesai mandi nantinya. Kemudian juga menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Begitu ia selesai dengan tataan meja makan yang diatasnya terhidang beberapa jenis makanan, Rosé meletakkan kedua tangannya pada pinggangnya. Merasa sedikit pegal pada  pinggangnya, dan kedua kakinya yang juga benar-benar terasa lelah.

Sangat berbeda dengan sebelum ia mengandung, semuanya terasa sangat ringan ia lakukan. Jujur, mengandung itu memang merepotkan namun juga membahagiakan di lain sisi.

Rosé tidak mengapa kalau dirinya harus merasakan pegal setiap harinya, asalkan janin yang berada di dalam kandungannya ini tetap sehat dan lahir dengan selamat ke dunia beberapa bulan kedepan.

Sebuah lengan melingkari sekitaran perutnya, disertai dengan kecupan pada tengkuknya yang cukup membuat dirinya mengetahui siapa yang melakukan itu. Memang siapa lagi kalau bukan Park Jimin, sang suami?

Run Away from Them [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang