33 | Married?

3.8K 354 9
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca :)

.   .   .   .   .

Tok tok tok

"Masuk." Perintah si pria surai abu yang tengah mendudukkan dirinya pada kursi kebesarannya.

Seseorang membuka pintu, ia adalah anak buah Jimin yang beberapa hari lalu mencari identitas pria yang menguntit kekasihnya, Kim Yugyeom.

"Ini seluruh identitas pria bernama Goo Junhoe, Tuan." Ujar Yugyeom sembari memberikan sebuah map pada atasannya. Jimin menerima map itu, lalu dibukanya.

"Kau tahu dimana keberadaan Junhoe saat ini?" Tanya Jimin tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas berisikan identitas pria yang tadinya dijodohkan oleh kekasihnya sendiri.

"Saat ini Junhoe juga sedang berada di Korea, Tuan." Jawaban itu membuat Jimin mengeraskan rahangnya, benar dugaannya tentang Junhoe yang mengikuti kemana Rosé pergi.

"Kau tahu persis dimana keberadaannya di Korea sekarang?" Yugyeom mengangguk, dan memberitahu dimana Junhoe menetap selama di Korea ini.

"Baiklah, kalau begitu selalu awasi dia." Sekali lagi Yugyeom mengangguk paham atas perintah dari Jimin. "Baik." Lalu pria Kim itu keluar dari ruangan setelah membungkuk kan badannya hormat pada Jimin.

Sepeninggal Yugyeom, Rosé pun memasuki ruangan dengan secangkir teh ditangannya. Langkah kakinya berhenti didepan meja sang kekasih yang masih belum menyadari kehadirannya lantaran terlalu fokus pada kertas yang sedang dibacanya.

Rosé meletakkan cangkir teh itupun Jimin masih belum menyadarinya, sampai saat gadis itu menyentuh bahu si pria dengan lembut, barulah Jimin tersadar.

Melihat kehadiran sang kekasih disampingnya, pria itu segera menutup map yang tengah dibacanya. Tidak membiarkan Rosé mengetahuinya.

"Apa yang kau baca sih, sampai tidak sadar aku datang?" Pertanyaan itu dijawab si pria Park dengan gelengan.

"Bukan apa-apa, hanya dokumen biasa." Dengan polosnya Rosé mengangguk paham, tidak ingin mencari tahu lebih lanjut apa isinya.

Si pria meraih cangkir berisi teh itu, lalu menyesapnya dengan perlahan. "Teh buatanmu sangat enak." Ucapnya.

Rosé terkekeh pelan. "Kau terlalu berlebihan, itu kan hanya teh biasa."

"Aku serius sayang, teh buatanmu lebih enak daripada buatan orang yang seringkali membuatkan ku teh." Jawaban itu membuat Rosé kembali terkikik.

"Terserahmu sajalah." Gadis itu melangkah ingin kembali ke mejanya, tetapi tiba-tiba pergelangannya ditarik beserta tubuhnya yang jatuh diatas pangkuan pria-nya.

Tangan Jimin pun bergerak melingkari pinggang ramping Rosé, mengusak wajahnya pada leher gadisnya. Rosé tersenyum lembut, jarinya mengusap sembari memainkan rambut Jimin. Mengerti akan sifat manja sang kekasih yang sedang dalam mode on.

Waktu berlangsung cukup lama, tapi Jimin tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melepas pelukan itu. "Kau ini kenapa, hm?"

"Aku merindukanmu."

Rosé terlihat bingung dengan perkataan prianya, ada apa dengan pria ini? Bukan kah setiap hari bahkan setiap jam keduanya selalu bersama? Tapi kenapa ia berkata kalau dirinya merindukan Rosé?

Menyadari raut kebingungan diwajah Rosé, Jimin berucap. "Aku hanya rindu padamu, Rosié. Memangnya tidak boleh ya?"

Gadis itu pun mengangguk, mengeratkan pelukan keduanya. "Tentu saja boleh, Jiminie."

Run Away from Them [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang