53 | Born

3.9K 369 32
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca

.       .       .       .       .

Jimin membuka matanya perlahan kala merasakan seseorang yang tengah meremat kuat bahunya disertai dengan suara rintihan kesakitan yang langsung saja membuatnya membuka matanya lebar-lebar.

"Aargghh Jimin.."

Rintihan itu kembali datang dari belah bibir Rosé yang masih dalam posisi berbaringnya sembari memegangi perut buncitnya yang memang usia kehamilannya sudah memasuki bulan kesembilan.

Jimin buru-buru mendudukkan dirinya, mengusap kepala wanita itu berusaha menenangkannya dengan tangannya yang menggenggam salah satu tangan Rosé. "A-aku rasa ini sudah saatnya, Jimin-ah.." Rosé berkata dengan susah payah sebab menahan rasa sakit pada perutnya.

Tanpa menunggu lagi, Jimin segera menggendong tubuh itu ala bridal memasuki mobilnya, mengendarai mobilnya dengan cepat agar ia dapat segera sampai pada tujuan utamanya saat ini, Rumah sakit.

Ia tidak lagi memikirkan bagaimana penampilan keduanya sekarang, hanya dengan menggunakan kaos beserta celana pendek tanpa berpikiran untuk menggantinya. Sekarang yang terpenting adalah keselamatan Rosé dan bayi yang berada di dalam kandungannya itu.

Selama perjalanan, Rosé terus saja merintih kesakitan akibat rasa sakit yang amat luar biasa itu, ia menggenggam erat tangan Jimin dengan pria itu yang balas menggenggamnya tak kalah erat.

Dirumah sakit tersebut, Rosé segera dibawa memasuki ruangan bersalin, sedangkan Jimin belum diperbolehkan untuk ikut memasuki ruangan itu. Pria itu menghubungi orangtua mereka dan memberi kabar bahwa sebentar lagi sang istri akan melahirkan.

Jimin mendudukkan dirinya pada salah satu kursi tunggu yang berada didepan ruangan itu, mengusap rambut dan wajahnya berkali-kali karena ia yang sangat mengkhawatirkan bagaimana kondisi Rosé didalam sana. Ingin sekali rasanya ia menemani wanita itu berjuang didalam sana namun Dokter belum memperbolehkannya.

"Jimin-ah!" Panggilan itu membuat sang pemilik nama mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk, menatap pada ibunya yang datang bersama ayahnya dan juga kedua mertuanya.

.

.

.

Rosé mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha menyesuaikannya dengan cahaya yang menyilaukan matanya. Disampingnya, Jimin yang melihatnya telah sadar dari pingsannya mengulas sebuah senyuman manis.

Tadi selepas Rosé berhasil melahirkan bayi mereka dengan ditemani Jimin yang ikut membantu dan terus berusaha menyalurkan ketenangan juga tenaganya dalam proses melahirkan itu, mendadak ia kehilangan kesadarannya karena terlalu lelah setelah melahirkan yang dimana proses itu dapat menghabiskan seluruh tenaganya.

Jimin kontan dibuat panik saat melihatnya, namun Dokter mengatakan kalau wanita itu hanyalah kelelahan dan membutuhkan istirahat yang cukup agar kondisinya cepat pulih.

"Jimin."

"Ya, sayang?"

"Bayi-bayi kita, dimana?"

Jimin mengarahkan pandangannya pada dua buah box bayi yang berada tidak jauh dari keduanya, ya dua bayi. Karena sengaja tidak ingin mengecek apa jenis kelamin bayi mereka, keduanya juga tidak mengetahui kalau sebenarnya Rosé mengandung dua bayi kembar perempuan dan laki-laki.

Run Away from Them [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang