Vote dulu yuk sebelum baca:)
. . . . .
Setelah sebulan lebih lamanya Jimin mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit itu, Dokter Lee mengatakan kalau Jimin sudah diperbolehkan pulang hari ini. Namun, pria itu masih belum diperbolehkan pergi bekerja hingga satu minggu kedepan dan harus beristirahat agar kondisinya bisa secepatnya kembali pulih.
Empat orang itu memasuki mansion milik Jimin, Rosé membantu langkah Jimin hingga pria itu duduk diatas sofa ruang tengah. Begitupun dengan Haejin dan In Na, keduanya menyempatkan diri untuk mengantar putranya kembali ke rumah setelah sebulan lebih lamanya berada dirumah sakit.
Rosé dan In Na mulai berbincang-bincang, sedangkan Haejin membawa Jimin untuk berbicara empat mata diruang tamu. "Kenapa Appa?"
"Kau tidak ada niatan untuk melamar Rosé?" Jimin mendengus kesal, lagi-lagi Appa-nya kembali membahas masalah ini.
Baru saja ia keluar dari rumah sakit, tapi Appa-nya langsung memberinya pertanyaan yang membuatnya kesal. Padahal saat itu Jimin dan Haejin sudah sepakat untuk tidak membahasnya lagi, sampai Jimin benar-benar siap melamar kekasihnya.
"Appa, kita kan sudah sepakat tidak membahas itu lagi." Haejin menghela nafasnya. "Memangnya kau tidak mau memberi cucu untuk Appa dan Eomma? Mau sampai kapan, hm? Kalau sampai bulan depan kau belum juga melamarnya, Appa putuskan akan menjodohkanmu—"
"Appa sudah ya, jangan memulai lagi. Walaupun Appa memaksaku untuk menikah dengan wanita pilihan Appa itu, aku tidak akan menerimanya. Karena aku hanya mencintai Rosé dan aku hanya ingin menikahinya." Jelas Jimin, Lagi-lagi aura menegangkan itu menyelimuti anak dan ayah tersebut.
Sampai In Na datang mencairkan suasana itu. "Sayang, kita pulang yuk. Jimin masih butuh banyak istirahat, jangan menganggunya." Mendengar itu Haejin mengangguk, lalu keduanya berpamitan pada Jimin dan juga Rosé.
Setelah kedua orangtua Jimin meninggalkan mansion, Rosé yang menyadari Jimin masih dengan raut kesalnya bertanya. "Ada apa, sayang? Apakah kau berdebat lagi dengan Appa mu?" Tangannya bergerak mengusap bahu Jimin dengan lembut.
Pria itu kembali menghela nafasnya. "Iya, Appa ku masih menanyakan hal yang sama seperti saat itu." Gadis itu terdiam. Kalau masalah ini, Rosé masih belum bisa memberi solusi karena permasalahannya juga ada pada dirinya. Ia belum siap untuk menikah, itulah masalahnya.
"Sekarang waktunya kau istirahat." Tidak ingin memperpanjang masalah itu, Rosé menarik tangan Jimin menuju kamar milik pria itu. Namun Jimin menahan langkahnya, masih terdiam ditempatnya. "Aku bosan istirahat terus."
"Tapi kata Dokter Lee kau harus banyak istirahat."
Pria itu menggelengkan kepalanya. "Pokoknya tidak mau." Jimin mempoutkan bibirnya lucu. Untuk yang kesekian kalinya, Rosé dibuat gemas dengan tingkah lucu prianya.
"Lalu? Sekarang kau mau apa, hm?"
"Aku ingin bekerja."
Rosé cepat-cepat menggeleng, tidak setuju dengan permintaan Jimin. "Ya kau baru saja keluar dari rumah sakit. Tidak boleh bekerja dulu." Rosé melepas genggaman tangannya, lalu bersidekap didepan dada.
"Tapi aku sangat rindu bekerja." Gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.
"Tidak boleh." Ujarnya dengan penuh penekanan. Jimin memajukan bibirnya, kesal karena Rosé yang tidak mengizinkannya bekerja. Ia pun ikut menyidekapkan tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/216397356-288-k264896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away from Them [✔]
RomanceTiada hari tanpa perdebatan keduanya, setiap harinya terus saja bertengkar tak ada hentinya. Namun, hal itu juga yang menjadi salah satunya faktor dari tumbuhnya perasaan yang tidak keduanya duga. Seiring berjalannya waktu bisa saja perasaan itu had...