Prolog

2.8K 70 3
                                    

Rani turun dari mobil alphard putih miliknya, lalu berjalan memasuki gerbang sekolah barunya. Ia baru saja diterima di SMA Kertajaya yang notabene-nya banyak siswa dan siswi kaya.

Arani Sharilla Mahajaya atau yang biasa dipanggil Rani adalah gadis berusia enam belas tahun, ia adalah anak tunggal dari keluarga Mahajaya. Papa dan mamanya terkenal memiliki bisnis yang banyak, Rani lahir di keluarga kaya yang tidak habis tujuh turunan.

"Akhirnya lo datang juga, Ran," ucap Emil dengan menatap Rani yang sedang ribet membawa barang bawaannya.

"Iya nih, tadi Pak Joko lama banget. Eh iya, sepulang sekolah nanti kita jadi shopping, kan?" tanya Rani lalu menatap ketiga temannya. Rani mengangguk cepat, ia paling senang dengan berbelanja.

"Eh kita lihat kelas yuk," ajak Insha lalu berjalan menuju papan mading sekolah.

Papan mading sekolah sangat ramai dipenuhi siswa-siswi tetapi saat Rani dan teman-temannya datang, semua seolah memberikan tempat untuk mereka mencari kelas.

"Gila, cantik-cantik banget," ucap salah satu siswa yang berada tak jauh dari papan mading.

Rani tersenyum simpul, ia tahu bahwa dirinya memiliki kecantikan yang diatas rata-rata. Kulitnya putih dan tubuhnya porposional, ia juga memiliki rambut hitam lebat sepanjang bahu.

Teman-temannya sedang mencari kelas, sementara Rani hanya duduk diam sembari mengipasi rambutnya yang keringatan, ia tidak biasa dengan suasana panas seperti ini.

"Kita sekelas kok, di 10 MIPA 8," ucap Insha lalu mengajak teman-temannya berjalan menuju kelas.

Rani duduk sebangku dengan Fina, sedangkan Emil bersama Insha. Rani menatap sekitarnya, kelas ini masih terasa panas padahal sudah ada pendingin udara 2 biji. Rani mengelap mejanya dengan tisu basah, ia ingin memastikan jika tidak ada kuman yang menempel.

"Udahlah, udah bersih kok," ucap Fina dengan menatap Rani.

"Iya tahu, gue cuma memastikan aja. Gue nggak mau kulit gue yang putih ini kena kuman yang jelek itu," jawab Rani sembari terus mengelap mejanya itu.

Hari pertama sekolah hanya perkenalan saja, kini sudah waktunya untuk jam istirahat. Rani dan teman-temannya memilih untuk makan bekal mereka di rooftop. Mereka sudah sampai di tempat, Rani duduk membentuk lingkaran bersama teman-temannya.

Rooftop adalah tempat rahasia di SMA Kertajaya, tidak semua murid bisa pergi kesana. Hanya murid yang sudah kenal dengan guru dan kepala sekolah yang bisa mengakses rooftop ini.

"Enak ya suasana disini, adem. Nggak kayak di kelas tadi," ucap Insha dengan menghirup udara dalam-dalam.

"Iya, gimana kalau tempat ini kita jadiin tempat rahasia aja? Soalnya kan cuma kita yang tahu tentang tempat ini, secara kita adalah donatur tertinggi di sekolah ini," jawab Rani lalu dibalas anggukan kepala oleh teman-temannya.

Semua pelajaran hari ini telah usai, Rani mengemasi barang-barang lalu memasukkan ke dalam tasnya. Ia tidak sabar untuk berbelanja dengan teman-temannya, ini adalah kegiatan rutin yang diadakan sebulan sekali oleh Rani dan teman-temannya.

"Gue nggak sabar deh, pasti di Gucci banyak barang baru," ucap Rani dengan semangat.

"Sama, gue nggak sabar lihat produk terbaru mereka. Pasti kalap deh," sahut Emil tak kalah semangatnya dengan Rani. Mereka masuk ke dalam toko dan mulai mencari barang-barang keluaran terbaru.

Sementara itu, di sekolah masih sangat ramai. Banyak siswa dan siswi yang sedang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, salah satunya Bian. Biantara Langit Angkasa atau yang biasa disapa Bian adalah murid yang duduk di kelas 11 MIPA 1, Bian merupakan kapten tim basket SMA Kertajaya.

Bian memiliki sahabat yang bernama Dafa,  Gandi, dan Farel. Mereka tergabung dalam tim basket dan sahabat baik Bian, mereka selalu ada disaat Bian dalam keadaan apapun.

"Tumben nggak semangat, lo kenapa Bi?" tanya Gandi yang melihat performa permainan Bian menurun.

"Nggak tau, gue capek mungkin," jawab Bian.

"Istirahat aja dulu, sebulan lagi kita ada turnamen. Lo nggak lupa, kan?" sahut Dafa lalu dijawab gelengan kepala oleh Bian. Turnamen ini adalah hal yang penting bagi SMA Kertajaya, ini merupakan pembuktian jika Kertajaya bisa juara.

Starlight sudah menghabiskan waktu selama dua jam untuk berlatih, kini jam menunjukkan pukul lima sore. Bian mengganti jersey dengan seragam sekolahnya, lalu memasukkan ke dalam tasnya.

"Nanti malam ngopi, skuy," ajak Farel dengan menatap ketiga temannya.

"Duh, tugas matematika gue belum selesai," jawab Dafa dengan wajah memelas. Besok adalah hari terberat, mereka harus menikmati pelajaran matematika selama tiga jam.

"Kalau lo gimana, Bi?" tanya Gandi.

"Gue lihat situasi aja sih, tapi kayaknya nggak bisa. Soalnya ibu sama ayah gue pulang dari Maroko," jawab Bian dengan membawa tasnya.

"Oleh-oleh jangan lupa ya," ucap Dafa lalu Bian mengangguk mengerti.

Bian mengendarai motor bebeknya untuk sampai di rumah, perasannya sangat bahagia ketika mendengar orang tuanya akan pulang ke Indonesia. Bian sudah tidak bertemu orang tuanya selama tiga bulan lamanya, ia sangat merindukan kasih sayang kedua orang tuanya.

Rani sudah sampai di rumah, ia capek karena membawa barang belanjaannya yang super duper banyak. Rani menghabiskan uang tiga puluh juta untuk sekali belanja, ia tidak bisa menahan untuk tidak membeli barang-barang Gucci yang bagus.

"Papa, saldo ATM aku tinggal lima juta. Papa tambahin ya?" rengek Rani sembari memeluk papanya itu.

"Kamu buat apa saja?" tanya papa Rani.

"Tadi Rani habis belanja di Gucci, banyak barang baru. Jadinya kalap deh, papa nggak marah kan?"

"Nggak kok, nanti papa transfer ke kamu ya," jawab papa Rani dengan mengelus rambut putri semata wayangnya itu. Semua akan dilakukan demi Rani bisa hidup bahagia.

Malam telah tiba, Rani mencoba semua barang yang telah dibelinya hari ini. Barang-barang itu tampak cocok di tubuh Rani, ia tersenyum ketika melihat cermin berukuran besar yang ada di kamarnya.

Rani berjalan menuju meja belajar, ia ingin membaca materi yang akan disampaikan guru esok hari. Baru lima belas menit membaca, mata Rani suntuk dan ia mengambil ponsel lalu memainkannya hingga lupa waktu.

"Enaknya hidup jadi anak orang kaya, nggak perlu belajar juga pasti nilai gue A," ucap Rani lalu berbaring di kasur king size miliknya.



Haloo, ini cerita baruku :') gimana sama prolognya? Udah ketebak alurnya belum? Belum ya? Haha tunggu aja update part 1 nya.

Kalau pengen update cepat, share cerita ini ke teman-teman kalian lalu vote dan komen yang banyak biar aku semangat updatenya ❤

Bantu cerita ini 100 pembaca ya 🌈

--Happy Reading 🌻--

BIANTARA [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang