"dimana?"
"aduh mas aku lagi di kelas neh!"
"NABILA!" suara dosen yang menggelegar membuat mbiil kaget setengah mati.
"iya pak"
"kamu saya liat sedari tadi tidak memperhatikan saya kalau kamu tidak mau masuk kelas saya silahkan pintu terbuka buat kamu!"
"ma..maaf pak saya tadi.."
terdengar suara rendi dari ponsel yang sedari tadi mbiil pegang mbiil lupa untuk mematikan dulu ponselnya.
"sayang..sayang siapa yang berani memarahi kamu hah!" mbiil tak menjawab pertanyaan rendi dia malah buru² mematikan panggilan dari rendi.
"maaf pak saya ingin mengikuti kelas bapak sekali lagi saya minta maaf" sambil menunduk antara takut dan malu.
"saya kasih kamu kesempatan kalau saya liat lagi kamu pegang² ponsel tidak segan² saya akan mengeluarkanmu dari kelas saya!"
"makasih pak"
baru saja mbiil akan duduk kembali ponselnya berdering kembali membuat dosen langsung menatap tajam mbiil.
mbiil hanya bisa meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"keluar" suara datar dosen itu membuat mbiil takut
"tapi pak.."
"SAYA BILANG KELUAR DARI KELAS SAYA!" mbiil langsung berjingkat kaget mendengar bentakan dari dosen tersebut.
mbiil langsung berlari keluar dengan air mata yang ingin keluar dari pelupuk matanya.
ponsel mbiil masih berdering terus entah siapa yang menghubunginya terus mungkin rendi karena tadi pagi rendi sudah wanti² bila mbiil ingin kuliah lagi harus memberi kabar minimal 1jam sekali.
ah seposesif itukah rendi sampai mau kuliah saja harus memberi kabar 1jam sekali belum mata² rendi dimana mana yang mengamati gerak gerik mbiil.
mbiil tak tau lari kemana dadanya sesak merasakan malu di hadapan teman²ny, harus di bentak² seperti itu.
setelah lelah berlari mbill duduk di taman yang sepi dan menangis "rendi dasar kenapa sih harus telepon² terus gw malu tau di bentak² sama dosen killer itu hiks hiks" mbiil bermonolog sendiri.
di rumah sakit rendi kalang kabut mendengar mbiil yang sedang menangis rendi langsung pergi menuju kampus mbiil.
"grep"rendi langsung memeluk mbii "kenapa nangis sayang?"
mbiil yang kaget langsung ingin melepas pelukan rendi tapi tidak bisa rendi semakin memeluk mbiil erat.
"lepas mas!"
"engga bilang sama aku kamu kenapa?"
mbiil hanya diam entahlah hatinya begitu sakit dan malu padahal dulu mbiil orangnya cuek dan masa bodoan tapi sekarang apa² pakai hati.
rendi melepas pelukannya dan berjongkok di hadapan mbiil "aku udah bilang air matanya jangan keluar lagi tapi apa sekarang kamu mengeluarkannya lagi kenapa bilang sama aku" rendi mengusap air mata mbiil dengan penuh sayang dan kekecewaan.
mbiil hanya menggelengkan kepalanya tapi tetap air mata mbiil tak bisa di tahan kenapa begitu sesak dadanya padahal hanya di bentak begitu saja.
"pulang yah sama aku yuk kita di rumah aja ngobrolnya supaya enak"
mbiil hanya diam dan tak lama rendi menggendong mbiil,mbiil hanya menelusupkan wajahnya di dada rendi karena malu dengan tatapan mahasiswa dan mahasiswi disini.
di perjalanan mbiil tak berbicara sepatah kata pun mbiil hanya melihat ke arah jendela saja.
setibanya di mansion rendi menggendong kembali mbiil sampai kamar mereka "tunggu di sini jangan kemana mana dan jangan turun dari kasur!" peringat rendi.
rendi berlari ke dapur dan membuatkan susu hangat untuk mbiil bisa saja rendi menyuruh maid tapi kali ini rendi ingin sendiri yang membuatnya.
setelah selesai rendi bergegas kembali ke kamarnya "minum dulu mungpung anget biar kamu tenang"
mbiil hanya diam "engga mau mas pengen yang dingin² boleh?"
"engga kamu tuh habis nangis kalau minum air dingin bisa pilek ayo minum susu hangat ini aja dulu aku loh yang buatin!"
mbiil hanya menggeleng "males" jawab mbiil dan berniat ingin pergi tapi tangan kekar rendi menahannya.
"mau kemana hm?"
"dapur"
"mau apa biar aku ambilin kamu di sini aja yah"
"ish kayak aku engga bisa jalan aja apa² engga boleh!"
"bukan kayak gitu sayang aku engga mau kamu capek nanti kamu sakit tadi kamu nangis² sekarang kamu marah²"
"terserah aku!"
rendi menarik napas dalam² mengahadapi mbiil yang seperti cewek pms harus dengan kesabaran extra.
"nurut sama aku atau mau aku hukum hm?" akhirnya rendi mengeluarkan jurus jitunya tapi nihil.
"bodo!" mbiil memaksan pergi ke dapur hanya ingin meminum segelas air dingin yang menurutnya begitu menyegarkan.
baru saja beberapa langkah berjalan belum sampai pintu rendi sudah berbicara "kamu berani keluar tanpa izin aku kamu bakal aku hukum!"
"ish"mbiil langsung membalikan badannya dan menghampiri rendi "puas!"
rendi langsung mendudukan mbiil di kasur dan menyuruh mbiil minum susunya.
dengan kesal mbiil mengambil gelas yang berisikan susu itu dan meneguknya habis "abis tuh udahkan!"
rendi mengambil gelasnya menyimpannya di atas nakas "istri pinter sekarang cerita tadi kenapa hm? bisa nangis gitu?"
"engga tau ah males ceritanya kesel"
rendi hanya tersenyum "kamu lagi datang bulankah perasaan,kamu marah² terus?" tanya rendi
"tau ah belum datang² sih mungkin telat" jawab mbiil sambil marah
tunggu² telat apa mungkin mbiil? ah tidak mungkin mana mungkin secepat itu! pikir rendi.
"ya udah kalau engga dateng bulan terus kamu kenapa sebentar nangis sebentar marah hm?"
"engga tau mas kamu kan yang dokter bukan aku ko nanya ke aku sih,aku aja yang punya badan engga tau udah ah aku pengen tiduran"
"kamu sakit? perasaan kamu sekarang sering banget tiduran sama badan kamu lemes gitu?"
"entahlah akhir² ini aku tuh pengennya tiduran lemes banget"
"aku periksa yah mau yah?"
"NO!"
"sayang ayo dong nanti kalau kamu kenapa² gimana aku engga tau"
"BODO AWAS AKU MAU TIDUR!"
rendi tak bisa berkata apa² lagi selain sabar menunggu mbiil tidak marah lagi.
aq up masih adakah yang menunggu aq up 😁 ayo vote sama comen goyangkan jempolmu😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Rendi
Teen Fictionsequel dari posesif overprotective doctor! "kamu seutuhnya milikku jangan sampai ada yang menyentuhmu walaupun sedikit karna akan ada hukuman menanti bukan cuma buat laki2 itu tapi buat kamu juga sayang!!" "aku suamimu aku berhak mengatur semua kehi...