part 35

14.3K 713 67
                                    

sedari pagi mbiil sudah uring uringan karena rendi berhasil membuat moodnya hancur.

kemarin karena mbiil menangis membuat gempar semua orang rendi memeberikan hukuman pada mbiil hukumannya yaitu cek kandungannya mbiil ke rumah sakit.

tempat yang paling keramat buat mbiil tempat yang paling mbiil benci sekaligus tempat dimana suami tercintanya menafkahinya.

dan sekarang mbiil dan rendi sedang menuju di dalam mobil menuju rumah sakit.

"sayang udah dong jangan marah² engga baik loh marah² gitu kasian twin babynya"

mbiil tak menjawab dia hanya memalingkan wajahnya ke kaca jendela mobil.

"sayang emang lebih gantengan kaca mobil yah sama aku,aku jadi sedih deh" rendi sengaja menggoda mbiil supaya mbiil tak marah lagi.

tapi ternyata cuitan receh rendi tak berhasil membuat mbiil berpaling dari kaca mobil.

"sayang aku engga suka yah kamu tidak memperhatikan aku kala aku bicara!" suara rendi menjadi memberat kala mbiil tak memperhatikannya.

tapi yang namanya mbiil tetap saja bodo amat dia malah tak melihat sedikitpun ke arah rendi dan membuat rendi geram dengan sikap mbiil.

"mau aku tambah hukumannya!"

sontak mbiil langsung menoleh apaan di tambah di bawa ke rumah sakit aja udah takutnya setengah mati ini mau di tambah apa lagi.

"jahat" tiba² mata mbiil sudah berair menandakan akan menangis.

melihat itu rendi langsung memeluk mbiil "sayang jangan nangis maafin aku"

mbiil malah menangis sesegukan di dalam pelukan rendi "pu..lang..hiks hiks"

rendi mengecup pucuk kepala mbiil "kan kita mau ke rumah sakit sekarang jadwal cek up kamu kasian twin babynya loh harus di periksa" rendi memberikan pengertian lagi pada mbiil.

"pulang aku takut mas"

"engga boleh dong malahan kita udah nyampe tuh liat keluar yuk masuk kan ada aku"

"mas..." rendi tak mengindahkan lagi rengekan mbiil rendi keluar dari mobil berlari kecil ke arah pintu mbiil.

"silahkan nyonya rendi" rendi mengulurkan tangannya.

mbiil diam tak menanggapi rendi "sayang ayo yuk masuk ini aku udah siapin kursi roda buat kamu"

"aku engga lumpuh aku hamil!"

"iya aku tau tapi takutnya kamu capek"

mbiil hanya memanyunkan bibirnya dan akhirnya keluar dari mobil setelah paksaan dari rendi.

rendi mendorong kursi rodanya sendiri padahal sedari tadi mbiil keluar dari mobil sudah berjejer suster dan perawat yang akan membantu rendi dan mbiil tapi rendi menolaknya.

biarlah rendi sendiri yang memastikan mbiil selamat sampai tujuan dan mendapatkan yang terbaik.

pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang dokter perempuan yang sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk pemeriksaan mbiil.

"silahkan masuk"

"terima kasih" ucap rendi

"baiklah kita mulai pemeriksaannya mari bu,berbaring dulu di kasur kita periksa twin babynya"

mbiil berdiri dari kursi roda di bantu oleh rendi dan membaringkannya di atas kasur.

salah satu suster di sana langsung membuka baju mbiil memperlihatkan perut mbiil yang membesar.

setelah perut mbiil di berikan gel dan alat untuk memeriksa mbiil pun sudah mondar mandir di atas perut mbiil.

"kehamilan ibu sudah menginjak 29 minggu semua baik lihat ini kepala,ini kaki dan ini tangan mereka"

mbiil dan rendi sedari tadi pemperhatikan layar monitor yang memperlihatkan kedua calon bayi mereka.

"mas mereka lucu"

rendi hanya tersenyum melihat mata  mbiil yang sudah berkaca kaca.

"apakah bapak dan ibu ingin mengetahui jenis kelamin twin baby?" tanya dokter itu.

"engga!" jawab mereka berbarengan.

"ah baiklah"

"kami tidak ingin mengetahuinya biarlah ini menjadi surprise buat kami nanti" ucap mbiil.

"baiklah sekarang ibu boleh duduk tapi sebelumnya ibu belum suntik TT untuk ibu hamil kan?"

seketika wajah mbiil memucat apa katanya suntik ah ini yang tidak di harapkan mbiil hamil aja ada suntik² segala.

"engg usah dok saya mau pulang saja!" ucap mbiil sambil berdiri dan mau berjalan ke luar tapi rendi tak kalah cepat dengan mbiil.

rendi langsung mengahadang mbiil sebelum mbiil berjalan ke luar ruangan "diam dan duduk!"

"mas engga mau mau pulang kan janjinya juga engga ada suntik²an ayolah aq engga mau"

"ingat ini demi kebaikan twin baby"

"kamu hanya mikirin bayinya terus tanpa memikirkan aku"

rendi menangkup wajah mbiil "hey siapa yang engga mikirin kamu hm?"aku selalu mikirin kalian sekarang kamu engga boleh egois ingat kamu bakal jadi ibu kamu harus mikirin juga calon bayi kita ingat itu!"

"tapi mas.."

rendi menutup mulut mbiil dengan telunjuknya "sttttss..udah jangan banyak bicara ok tenang aku yang akan menyuntikan nya ok"

mbiil hanya bisa pasrah mau mengelak susah mau lari apa lagi hanya bisa diam melihat rendi dengan telatennya menggulung baju mbiil dan mengolesakan alkohol.

"tahan yah aku mulai yah"

"akhhh sakit.."jerit mbiil padahal rendi belum saja memasukan jarum suntiknya.

"belum sayang belum di suntik ko kamu parnoan ah.."goda rendi

"aku takut mas takut banget ayo pulang aku engga mau di sini ayo mas"

"iya udah ko kita pulang yah"

mbiil langsung melongo "emang engga jadi di suntiknya?"

"engga" padahal tadi sewaktu mbiil merengek ingin pulang rendi menancabkan jarum suntiknya mungkin mbiil tidak terlalu merasakannya karena fokus ingin pulang.

"bener ayo pulang yuk tapi aku mau es krim dulu please" dengan mata berbinar binar ingin sekali rendi mengiyakan kemauannya.

"emm dok boleh engga bumil manja satu ini makan es krim" goda rendi

"maaf bu kehamilan ibu sudah besar jadi di sarankan ibu tidak terlalu makan yang manis²" ucap dokter kandungan itu yang malah sengaja menggoda mbiil juga.

sontak mbiil langsung memanyunkan bibirnya dan ingin pergi dari ruangan laknat ini tapi namanya rendi selalu sigap dan cepat.

"mau kemana hm?"

"pulang awas ah"

"bumilnya marah² terus jangan marah² dong sayang"

"bodo" rendi menepuk bibir mbiil dengan pelan "engga boleh seperti itu dari tadi bicaranya seperti itu terus" ucap rendi sambil menatap tajam mbiil.

air mata mbiil langsung tak bisa di elak lagi meluncur bebas rendi yang melihat itu langsung memangku mbiil dan berpamitan tak mau orang lain melihat kegemesan istri tercintanya.

"dok saya peemisi dan terima kasih"

"sama dokter rendi hati² di jalan dok semoga semuanya bahagia dan sehat"

rendi hanya mengangguk dan berjalan sambil menggendong mbiil,mbiil sendiri pun tak melawan dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher rendi karena malu.

aq up neh dengan penuh perjuangan neh ayo vote dan comen maksih😘😘

Posessive Rendi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang