Ekstrapart || BUNGA TIDUR

1.5K 89 11
                                    

...

Sebentar lagi Lesty akan di operasi, selagi dokter menyiapkan alat-alatnya, Fildan terus menemani Lesty di dalam ruangan, sedangkan yang lainnya menunggu di luar.

"Tuan" panggil Dokter Yaya.

Fildan menoleh, tanpa melepas genggaman tangannya pada Lesty.

Dokter Yaya menyerahkan sebuah map yang berisi surat persetujuan.

"Maksudnya?" tanya Fildan datar. Raut wajahnya saat ini sulit di tebak.

"Tuan harus memilih salah satunya. Kemungkinannya sangat kecil untuk menyelamatkan keduanya"

"Tidak! Selamatkan keduanya!" marah Fildan. Tentu Fildan marah, suami mana yang rela kehilangan istrinya atau ayah mana yang rela kehilangan anaknya? Yang bahkan belum melihat dunia.

Rahang Fildan mengeras. Dia mengepalkan tangannya yang bebas. Namun seketika tangan yang di gunakan untuk menggenggam tangan Lesty mendapatkan balasan.

Pandangan Fildan teralih. Hatinya terasa lega ketika mata indah istrinya menatapnya.

"Aku ingin Mas janji" pinta Lesty di sela-sela menahan rasa sakit yang kembali menerpanya.

Fildan menggeleng, tidak ingin berjanji apapun.

"Mas berjanjilah apapun yang terjadi jangan menyalahkan siapapun, termasuk anak kita, nantinya" lirih Lesty dengan air mata yang terus mengalir. Lesty menahan semua rasa sakitnya demi bisa mengeluarkan suaranya.

Tubuh Fildan menegang, jantungnya semakin berdebar. Fildan tidak ingin dalam posisi yang menakutkan seperti ini.

"Tandatangani surat persetujuan itu. Aku akan lebih tenang, jika Mas memilih anak kita" pinta Lesty menggenggam tangan suaminya. Seakan memberi keyakinan pada Fildan.

"Gak. Kamu akan selamat. Kita akan mengurus anak kita sama-sama" lirih Fildan dengan kening yang di satukan dengan kening Lesty.

Lesty merasakan tetesan air jatuh pada pipinya. Itu bukan air matanya, tapi air mata lelaki yang berdiri di sampingnya. Laki-laki yang kini terlihat rapuh.

"Mas cinta kamu, Sayang. Sangat cinta. Jangan tinggalin Mas" lirih Fildan tidak kuasa menahan air matanya. Ungkapan cinta yang selama ini hanya bisa di utarakan dalam bentuk tindakan, kini terlontar lirih dari mulut Fildan. Saat-saat seperti ini Ego dan gengsi sudah tidak bersama Fildan lagi.

Berhadapan dengan Lesty, membuat Fildan mudah cepat nangis.

Sedangkan Lesty tersenyum bahagia. Ucapan cinta yang selalu di tunggunya, kini terdengar. Akan Lesty jadikan semangat untuknya berjuang saat-saat proses perasi.

"Aku juga cinta kamu, Mas--Argh!" ujar Lesty yang selanjutnya terdengar rintihan Lesty.

"Tuan" panggil dokter Yaya. Dokter Yaya merasa iba pada pasangan di depannya.

"Mas" panggil Lesty dengar suara lemahnya. Kini matanya hampir terpejam kembali.

"Berjanjilah untuk bertahan demi Mas dan demi anak kita" selanjutnya Fildan menandatangani surat persetujuan.

cinta MENGAPA gengsi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang