Setelah penyambutan selesai, semuanya kembali. Giya beserta temannya kembali ke kantor, karena hanya izin setengah hari saja. Banyak tugas kantor yang tidak bisa mereka tinggalkan. Begitu juga dengan Mimi dan Jodan-berhubungan tidak kesekolah-mereka kembali ke restoran. Ah, tidak hanya Mimi dan Jodan yang ikut pergi, ternyata Zilva juga ingin ikut dengan alasan ingin mengetahui cara mengelola restoran.
Kini di kediam Fazsha hanya tersisa Bunda, Fildan dan Lesty. Mereka tengah mengobrol-ngobrol dengan Lita yang memberikan wejangan untuk pengganti baru.
"Jadi kalian mau tinggal di mana?" Lita menatap putra dan menantunya secara bergantian.
Lita mengharapkan mereka akan tinggal di rumahnya, namun itu kembali lagi pada mereka.
"Kita udah sepakat mau tinggal di rumah Lesty, Bun. Kasihan Jodan nantinya kalau harus tinggal sendirian" ujar Lesty. Lagipula rumahnya tidak terlalu kecil, masih bisa menerima satu orang untuk tinggal bersama.
"Kami akan pindah ketika Jodan menikah" Fildan menambahinya. Tentu saja, Fildan sebagai pemimpin keluarga kecilnya, ingin memiliki rumah sendiri dengan hasil jerih payahnya.
"Yaudah, Bunda dukung keputusan kalian" Lita tersenyum hanya pada putra dan menantunya.
"Oh ya! Kalian mau honeymoon kemana?" pertanyaan Lita membuat keduanya tersedak karena kebutuhan mereka tengah minum.
Uhuk. Uhuk.
Sedangkan Fildan masih bisa mengontrolnya, Lesty tidak bisa. Lesty berbatuk-batuk merasa sakit dengan tenggorokannya.
"Hati-hati, Sayang"
"Hati-hati, Les"
Ucap Lita dan Fildan berbarengan. Lesty merasa canggung sendiri jika di hadapannya dengan situasi seperti ini.
"Jadi kalian akan honeymoon kemana?" Lita mengulang pertanyaan.
"Belum kepikiran, Bunda. Nanti kita akan diskusikan bersama, iyakan Les?"
"Iya, Pak" Lesty menjawab seadanya, karen jika membahas masalah honeymoon Lesty malu sendiri. Apalagi mereka juga belum melaksanakan kewajiban suami istri.
"Ish! Kok kamu masih panggil 'Pak' sih? Gak enak di dengernya, ini bukan kantor, kaliankan sudah nikah, jangan terlalu formal" tegur Lita yang di angguki oleh keduanya. Mereka meski sudah menikah masih canggung.
"Kita ke kamar dulu ya, Bun. Mau nata barang-barang" pamit Fildan sebelum Bundanya memberikan wejangan lainnya.
"Ayok, Les" Lesty beranjak dari duduknya, lalu berjalan bersama Fildan ke kemar lelaki itu.
Ini kali pertamanya Lesty akan melihat kamar Fildan.
"Iya, Bunda juga mau keluar dulu"
...
"Rapi juga Pak kamarnya" kalimat yang pertama keluar saat Lesty memasuki kamar Fildan yang barang-barang tertata rapi.
"Emang rapi" jawaban Fildan membuat Lesty mendengus, merasa menyesal telah memujinya.
"Pak, saya harus panggil Bapak apa emangnya?" tanya Lesty ketika mengingat pembicaraan tadi dengan Lita.
Fildan yang tengah menaruh koper pun mengalihkan pandangannya pada Lesty.
"Jangan di pikirin, senyamannya kamu aja" kata Fildan lalu ikut duduk di sofa samping Lesty.
"Hm. Gak boleh gitu, Pak. Tetap aja harus di pikirin. Bener kata Bunda kita jangan terlalu formal" ujar Lesty tanpa memandang ke arah Fildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta MENGAPA gengsi (Completed)
General FictionJudul awal "MENGAPA" "Mengapa harus dia yang aku cintai?" "Mengapa aku bertemu dengan lelaki seperti dia?" --- Pertemuan yang terjadi pada dua insan yang berbeda sifat. Perbedaan itulah, yang membuat mereka merasa saling membutuhkan. Lelaki dengan...