Hampir sudah dua belas jam Lesty masih belum sadarkan diri. Bahkan hari sudah berganti. Dan tepatnya hari ini adalah hari ulang tahun Lesty.
Seharusnya. Malam ini mereka habiskan dengan perasaan bahagia, bercampur canda tawa di hotel yang telah disiapkan, yang dekorasi dengan seindah mungkin. Namun takdir berkata lain. Malam ini mereka menghabiskannya dengan perasaan duka di rumah sakit.
Fildan meminta izin pada dokter, untuk bisa menemani sang istri di ruang ICU. Karena hanya satu orang yang di perbolehkan, membuat keluarga yang lainnya tidak bisa masuk.
Di luar ruang ICU. Jodan menunggu Lesty yang belum sadarkan diri. Matanya sedari tadi susah untuk di pejamkan. Padahal malam sudah sangat larut. Menunduk, meminta pertolongan pada-Nya agar sang kakak bisa cepat sadarkan diri.
Lita dan Zilva, kedua wanita tersebut oleh Fildan di suruh pulang. Belum ada kerabat lain yang tahu keadaan Lesty. Hanya mereka.
Di dalam ruang ICU. Fildan tidak henti-hentinya memohon kesembuhan untuk sang istri.
"Happy Birthday, Sayang. Selamat ya bentar lagi kamu jadi ibu" lirih Fildan saat hari pergantian. Kata selamat yang awalnya Fildan kira akan terucap dengan lembut penuh senyum, namun malah terucap dengan lirih penuh ketakutan.
"Maafkan Mas, selama ini belum bisa buat kamu bahagia" di genggamnya tangan Lesty yang tidak di infus. Tangan Lesty terasa dingin ketika bersentuhan dengan kulit Fildan.
Fildan tidak kuat lagi. Untuk kesekian kalinya, Fildan meneteskan air matanya.
"Kamu bangun, Sayang. Emang kamu mau anak kita di ambil" jika sudah mengingat dan menyangkut perihal tentang anak, rasa perih dan takut seakan menghanyutkan hati Fildan.
Fildan ikhlas jika anaknya memang harus kembali pada sang Kuasa. Asalkan istrinya kembali, dan bisa memulai hal yang baru. Katakan jika dirinya egois. Karena akan lebih tidak ikhlasnya lagi, jika Fildan harus kehilangan istrinya.
Tapi tetap saja. Dalam lubuk hatinya, Fildan menginginkan anaknya. Dirinya ingin ada malaikat kecil yang memanggilnya 'Ayah'.
Bimbang. Satu kata yang menggambarkan perasaan Fildan jika menyangkut anaknya.
Tangan yang satunya terulur untuk mengusap pelan perut sang istri. Disana--dalam perut Lesty ada kehidupan yang penuh luka dan ketakutan.
"Yang kuat, Sayang. Ayah ingin kamu bisa melihat indahnya dunia" harap Fildan.
🍀🍀🍀
Namun nyatanya harapannya tidak sesuai. Lesty masih belum sadarkan diri dari komanya, selama dua puluh jam lamanya.
Dengan tangan gemetar. Keraguan dan ketakutan yang mengiringi Fildan menandatangani surat persetujuan operasi.
Ya. Lesty akan di operasi pengangkatan janin. Karena kondisi Lesty yang semakin melemah, membuat dokter mengambil tindakan ini. Janinnya benar-benar tidak akan selamat jika Lesty masih dalam kondisi seperti ini. Dan akan lebih membahayakan Lesty, jika kita benar-benar mempertahankan janinnya dalam kondisi Lesty seperti ini.
"DOKTER DOKTER" teriak suster berlari masuk kedalam ruangan dokter. Membuat Fildan dan dokter yang di bernama Yaya terkejut.
Dokter Yaya adalah dokter yang menangani Lesty, dan sekarang beliau sedang menyampaikan tentang kondisi Lesty di dalam ruangan serta memberikan surat persetujuan operasi pada Fildan.
"Maaf ganggu dokter. Tapi Nyonya Lesty sudah sadarkan diri" ucapan seorang suster membuat pulpen beserta kertas yang ada di tangan Fildan jatuh.
Fildan langsung menoleh pada suster tersebut, lalu beralih pada dokter Yaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta MENGAPA gengsi (Completed)
Genel KurguJudul awal "MENGAPA" "Mengapa harus dia yang aku cintai?" "Mengapa aku bertemu dengan lelaki seperti dia?" --- Pertemuan yang terjadi pada dua insan yang berbeda sifat. Perbedaan itulah, yang membuat mereka merasa saling membutuhkan. Lelaki dengan...