Typo kasih tau ya.
......
Realistis tak semanis ekspetasi.
-Pandu Lisyen-Happy Reading
Hari ini adalah hari kepulangan Fildan. Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini Fildan dibolehkan pulang.
Tangan kanannya juga sudah tidak terlalu sakit, meski masih belum bisa digerakan seperti biasanya.
Semuanya butuh proses.
Selama sakit sikap Fildan berubah. Yang awalnya cuek, sekarang menjadi manja dan terlihat menyebalkan di mata Lesty.
"Dingin" ucap Fildan yang malam ini sudah berbaring di ranjang kamar mereka-Fildan dan Lesty-.
"AC-nya ke dinginan? Perasaan biasa aja" ujar Lesty lalu mengatur suhu AC kamarnya. Sedangkan Fildan mendengus melihat kelakuan istrinya yang kurang peka.
"Dah. Anggetkan?" setelah selesai mengatur suhu AC, Lesty menatap suaminya yang berbaring dengan selimut yang menutupi sampai dada.
"Panas, Les" jika memukul suami di halalkan, rasanya Lesty ingin melempar remot AC pada suaminya.
"Tadi dingin, sekarang panas. Yang benar yang mana sih?" gerutu Lesty, lalu mengembalikan suhu awal.
Bodo amat jika suaminya ke dinginan.
"Kemana?" baru juga Lesty akan membuka pintu kamar, suara Fildan menginstruksinya.
"Dapur" jawab Lesty seraya membuka pintu kamar tanpa menoleh pada Fildan.
"Ck. Ck. Suaminya lagi sakit malah di tinggalin" dumel Fildan yang tidak Lesty dengar. Tentu saja Lesty tidak mendengarnya, karena Lesty sudah melangkahkan kakinya menuju dapur.
Ceklek.
Ketika suara pintu terdengar Fildan buru-buru memejamkan matanya. Ingin tahu hal apa yang akan istrinya lalukan padanya.
Lesty masuk kedalam kamar dengan tangan yang membawa gelas berisi air putih. Tadi ke dapur Lesty hanya mengambil air minum untuknya dan untuk suaminya yang harus minum obat.
"Bangun. Jangan pura-pura tidur" kata Lesty seraya menarik selimut yang di kenakan Fildan.
"Jangan tidur dulu! Obatnya minum nih" kata Lesty lagi yang sekarang menarik hidung suaminya agar tidak lagi berpura-pura tidur.
Lesty duduk di pinggiran kasur.
Mata Fildan sontak melotot. Dirinya hampir tidak bisa nafas, dan hidungnya terasa sakit.
"Sakit, ih" dumel Fildan seraya mengusap-usap ujung hidung yang di tarik Lesty.
"Jangan lebay deh, gitu aja sakit" cibir Lesty, lalu menyerah obat yang harus di minum oleh Fildan.
"Gak ada yang pake sendok! Langsung telen aja" ujar Lesty ketika Fildan hanya diam menatap tidak minat pada obat yang ada di telapak tangannya.
Fildan mendengus. Fildan sedikit susah jika harus menelan obat. Selama tiga hari di rumah sakit, Fildan selalu meminta sendok ketika akan meminum obat. Dan apa yang yang terjadi? Ternyata obat tersebut di taruh kedalam sendok lalu di campur air putih.
Kekanakan sekali bukan?
"Nyangkut nanti"
"Jangan banyak alasan. Nantikan minum air" ujar Lesty lalu menyodorkan butiran obat pada mulut Fildan.
Mulut Fildan masih tertutup rapat, enggan menerima obat yang utuh.
Ini hal yang baru Lesty ketahui. Suaminya yang cuek, gengsian, ternyata tidak bisa menelan obat. Hancur sudah image-nya di depan para karyawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta MENGAPA gengsi (Completed)
Ficción GeneralJudul awal "MENGAPA" "Mengapa harus dia yang aku cintai?" "Mengapa aku bertemu dengan lelaki seperti dia?" --- Pertemuan yang terjadi pada dua insan yang berbeda sifat. Perbedaan itulah, yang membuat mereka merasa saling membutuhkan. Lelaki dengan...