♡Yoon Vella POV♡
Namaku -Yoon Vella-. Mungkin bisa dibilang, kehidupan sehari-hariku dipenuhi dengan kemewahan. Kenapa? Karna aku terlahir dari keluarga yang cukup terpamdang dikota ini. Ayahku -Yoon Shi Yoon- adalah pemilik perusahaan brand ambassador produk sepatu terkenal yang sudah merajai pasar dunia. Sementara ibuku -Ning Yizhao-merupakan pengusaha Weeding Organizer terkenal dengan karya dekorasinya selalu dipakai oleh artis-artis dan juga pejabat.
Sementara aku? Ya aku hanya hidup seperti biasa saja. Aku memiliki usaha kecil-kecilan yaitu menjual berbagai macam cake. Memang kuakui, dari tempat dan modal awal ayah dan ibuku ikut membantuku, tapi seterusnya, aku bisa menghidupi diriku sendiri, tanpa harus meminta pada orangtuaku.
Aku juga seorang guru disalah satu sekolah menengah atas. Aku mengajar dalam ilmu tata boga. Ya mungkin sangat jarang ada sekolah yang menerapkan ilmu kuliner. Tapi aku mencoba meyakinkan pihak sekolah untuk menerapkan ilmu memasak pada para siswa. Siapa tau kedepannya mereka bisa mengembangkan ilmu mereka dibidang kuliner bukan?
"Gimana? Apa kamu udah nentuin keputusanmu?" astaga kenapa lagi-lagi harus membahas hal itu. Bukankah aku sudah mengatakan aku tidak menyukai perjodohan.
"Vella, ayolah, ini juga untuk kehidupanmu" what kehidupan? Apa aku tidak salah dengar. Kehidupan seperti apa yang dimaksudkan ayahku dengan sebuah perjodohan? Yang ada justru hidupku tak akan bahagia.
"Vella, apa kamu tidak ingin bahagia?" Aku hanya bisa mendesah kasar. Karna kali ini ibuku lah yang sudah bersuara.
Bahagia? Ya aku bahagia, dan itu dengan kehidupanku yang sekarang. Kenapa harus mempertanyakannya.
"Vella.."
"Pa, aku gak mau dijodohin" cetusku dengan sedikit penekanan pada kata-kataku. Berharap kali ini aku bisa mendapatkan jawaban yang pas.
"Tapi kenapa? Apa kamu lupa, dulu kamu pernah bilang sama papa kalo kami bebas memilih pasangan untukmu. Terus sekarang, papa udah nemuin calon yang cocok untukmu, tapi kenapa kamu malah nolak sih?" Ya tuhan apa yang harus kulakukan. Tsskk..semua ini karna omonganku itu, seharusnya aku memikirkan kedepannya sebelum berucap.
"Ya tapikan itu..."
"Apa? Kamu mau bilang waktu itu kamu khilaf, atau salah ngomong gitu?" Ck..kenapa papa bisa tau isi pikiranku.
"Pokoknya gak ada kata salah ngomong. Papa udahjanji sama temen relasi papa untuk menjodohkan kamu dengan putranya. Jangan bikin papa malu dong" aku cuma bisa diam. Kenapa nasibku harus seperti ini. Gimana lagi cara ngeyakinkan papa untuk gak ngejodohin aku dengan anak temannya itu?
___________
Seperti biasa bangun pagi sudah menjadi rutinitasku. Bahkan saat orangtuaku masih bergelud dialam mimpi, aku justru sudah berkeliaran didapur menyiapkan sarapan untuk orangtuaku. Walaupun sebenarnya ibuku kerap sering melarangku untuk tidak menyiapkan itu semua. Tapi itulah, aku sudah terbiasa dengan semua hal itu.
"Yoon Vella.."
"Ah, papa mama kalian udah bangun? Cepetan aku udah nyiapin sarapan untuk kita" ucapku sembari merapikan meja makan dengan beberapa hidangan yang kusajikan.
"Vella, kan mama udah bilang, kamu gak perlu..."
"Iya aku tau" potongku. Ya sudah kuduga pasti akan jadi seperti ini. "Anggep aja aku ngelakuin ini untuk yang terakhir kali" ucapku dengan suara sedikit melemah. Dapat kupastikan kedua orangtuaku tengah menatapku heran.
"Apa maksudmu terakhir kali? Kamu mau pergi ninggalin mama sama papa?" Aku cuma diam sejenak. Desahin nafas kasar sebelum aku kembali menyuarakan ucapanku,
![](https://img.wattpad.com/cover/185250456-288-k863912.jpg)