Typo👉👉abaikan
Read👉vote👉coment
Kepala mendongak keatas. Menatap apapun yang berada dilangit. Awan putih, langit biru, burung-burung dan apapun yang terbang disana. Kim Eunrim gadis berumur 20 tahun, dengan kehidupan percintaannya yang begitu miris. Disaat mungkin teman-teman seusianya sudah merasakan seperti apa rasanya jatuh cinta dan pernikahan. Justru dia diharuskan berurusan dengan kehidupannya yang sedari dulu tidak pernah merasakan seperyi apa berpacaran itu. Sekedar menyukai saja mungkin pernah dan sering ia alami. Tapi untuk mempunyai seorang pacar, atau berkencan sama sekali tidak pernah dirasakannya. Memang siapa yang mau dengannya? Gadis berkacamata. Yang terkenal dengan kutu bukunya. Ya mungkin bisa dibilang ia dianggap gadis culun oleh teman sekampusnya. Iri, itulah yang ia rasakan jika melihat temannya bergandengan mesra dengan lawan jenisnya. Bahkan ada yang berciuman ria. Bukankah itu membuat nya semakin frustasi?
"Ya tuhan tunjukkan aku seseorang yang bisa menerimaku apa adanya" doa gadis bermarga Kim tersebut dengan mata masih senantiasa menatap apapun diatas sana. Berharap seseorang, mungkin saja seorang pangeran jatuh dari langit.
"Kim Eunrim, segera turun dan makanlah. Eomma sudah menyiapkan makan siang untukmu" Eunrim memutar tubuhnya. Mendengar kata demi kata teriakan sang ibu dari luar kamarnya. Kembali lagi menatap langit cerah dari jendela kamarnya. Ibunya memang selalu mengganggu dirinya. Tapi, ia juga tidak mau di cap sebagai anak durhaka. Setidaknya ia harus cepat bergegas keluar kamarnya, sebelum sang ibu meluapkan kekesalan pada dirinya nanti.
Cahaya putih bersinar dari atas langit. Terlihat seperti benda langit yang bersiap jatuh kebumi. Benda langit jatuh kebumi disiang hari, dengan panas matahari yang mendentang seperti itu? Bukankah itu hal yang mustahil? Dekat, semakin dekat. Ya sinar itu semakin mendekat. Dengan arah tujuan menuju rumah keluarga Kim dimans beberapa menit yang lalu seorang wanita melangsungkan sebuah permohonan.
Cahaya putih itu turun tak menimbulkan suara yang memekakkan telinga. Namun mungkin akan merusakkan mata bagi siapa saja yang melihat cahayanya. Tapi, syukurlah tak satupun orang yang melihat cahaya itu jatuh kebumi. Tubuh tegap dengan sayap putih bak alaikat berdiri tepat dibalik pohon rindang yang terdapat didepan rumah mungil itu. Sayap yang begitu sangat besar. Senyuman tipis. Kulit putih bersinar. Wajah tampan , itulah yang menjadi ciri khas dari sosok pria bersayap itu. Siapa dia? Apakah dia seorang pangeran? Dan untuk apa dia datang kerumah itu?
"Waaahh, eomma ini...kenapa banyak sekali makanan eoh? Apa eomma baru mendapatkan bonus dikantor?" Sang ibu Jung Hyera hanya tersenyum. Mungkin bisa dibilang seperti itu. Sebuah bonus yang ia dapat dari kantor tempatnya bekerja. Dan itu hasil usahanys sendiri karna berhasil menjual produk kecantikan yang diproduksi dari kantornya. Dan sekarang alhasil ia mendapatkan bonus itu. Setidaknya, ia ingin membahagiakan putrinya. Makan makanan yang enak. Eunrim melahap beberapa makanan yang dibuat oleh ibunya. Sungguh, dari sekian banyak koki didunia, hanya masakan ibunya yang terlezat menurutnya. Mungkin terlalu berlebihan. Tapi setidaknya itu kenyataan. "Omo!! Eomma ini adalah masakan terlezat yang pernah kucicipi"
"Kau memuji, tapi kenapa aku beranggapan seolah-olah kau sedang mengejek masakanku eoh?" Eunrim bersungut. Seakan-akan ia kaget setelah ibunya mengatakan pertanyaan itu padanya. Toh bukankah ia mengatakan sesuai kenyataan. Karna baginya hanya masakan sang ibu yang paling terlezat. Bahkan mungkin melebihi chef-chef terkenal didunia.
"Untuk apa aku berbohong" ucap Eunrim dengan mulut masih menumpuk oleh makanan. Terlihat kedua pipinya menggembung bak balon yang sebentar lagi akan meletus. "Masakan eomma begitu sangat lezat. Aku berani bertaruh, jika kita membuka sebuah restoran usaha kita pasti akan terkenal" Hyera tersenyum mendengar ocehan Eunrim. Angan-angan yang sangat tinggi. Mendapatkan uang untuk makan saja, ia sudah bisa bersyukur. Karna baginya, pendidikan putrinya lah yang paling utama. Ia bekerja banting tulang juga untuk putri semata wayangnya Kim Eunrim.