Jung Shinjae POVAku meremas gusar ujung pakaianku. Ya aku terdiam disini, tepat dibawah guyuran shower super deras. Aku menekuk tubuhku. Tak kurasakan hawa dingin merasuk tubuhku lagi. Aku terlalu larut dalam keterpurukan.
Aku menangis.
Aku meronta.
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa semuanya harus seperti ini? Sudah terlalu lama semua ini kurasakan. Aku sungguh tidak tahan lagi. Aku ingin melarikan diri dari dunia ini. Tapi kemana? Haruskah aku mati terlebih dulu? Setidaknya bukankah jika aku mati aku bisa bertemu dengan orangtuaku disurga?
Tok
Tok
TokDapat kudengar ketukan pintu begitu kuat mendobrak brutal pintu kamarku. Ya aku tau siapa itu. Dia manusia yang sudah merusak seluruh tubuhku dengan hawa nafsunya. Dia manusia kejam yang pernah kutemui di dunia ini.
"YAAKK JUNG SHINJAE KELUAR? AKU TAU KAU DIDALAM. KELUAR." teriakannya benar-benar sudah memekakkan telinga ku. Tapi aku tetap tak bergeming. Aku masih tetap pada posisiku. Aku ingin terhindar dari nafsu bejat nya. Ya nafsu bejat saudaraku sendiri.
Flashback on
"Terima kasih sudah mengantarku pulang Mark-ie." aku tersenyum simpul dihadapan seorang namja yang tentu saja satu sekolah denganku. Terlihat bukan seragam yang kami pakai sama. Ah oke lupakan.
"Kau terlalu berlebihan Shinjae-ya. Bukankah aku sudah biasa seperti ini mengantarmu sampai rumahmu?." jawabnya. Aku hanya kembali tersenyum simpul. Ya Tuhan seandainya namja itu tau perasaanku saat ini. Ah tapi sudahlah itu hanya omong kosong. Aku dan Mark Lee tidak akan pernah ditakdirkan bersatu. Tidak akan.
"Kalau begitu aku pulang. Titip salam pada oppamu" sebagai jawaban aku mengangguk. Titip salam? sungguh aku tidak ingin mengatakan itu Mark maaf.
Aku menatap kepergian Mark yang semakin menjauh dari jangkauanku dengan motor sportnya. Menatap rumah besar di depanku. Dimana setelah aku masuk, aku harus bersiap dengan konsekuensi yang akan kudapat.
"Aku pulang." ucapku masuk kedalam rumah. Tak ada sahutan dari dalam rumah. Yang kulihat hanyalah dia tengah duduk diam sembari mengamati koran ditangannya. Ya dia adalah Jung Jaehyun saudara seayah namun berbeda ibu.
"Kau sudah pulang?." aku tersentak. Terdiam sejenak tanpa berani menatapnya yang kini sudah menyeringai tipis menatapku. Ya Tuhan aku sangat takut.
Tap
Tap
TapDia berjalan perlahan. Aku hanya bisa diam membatu. Aku mencoba tak menghiraukan laju detak jantungku. Tapi justru sebaliknya, semakin aku merasakan gugup, semakin menjadi pula retakan jantungku bergejolak.
"Jam 8 malam nanti aku ada janji dengan clien. Tapi sebelum itu aku ingin bermain dulu denganmu." sudah kuduga pasti itu yang dia inginkan. Bagaimana caranya aku bisa terhindar darinya ya tuhan?
"Oppa..a-aku..a-aku..."
"Bukankah aku sudah mengatakan aku tidak menerima bantahan." potongnya. Dan aku apa yang kulakukan? Aku kembali terdiam.
"Kalau kau ingin aman dirumah ini, turuti perintahku dan jangan membantah. Apa kau ingat." aku hanya menunduk. Aku ingin melawannya. Tapi itu tidak mungkin karna bagaimanapun dia adalah saudaraku, saudara kandungku?
"Segera ganti bajumu. Aku tunggu kau disini."
"Di-disini?." Kagetku. Dia terlihat mengangguk. Astaga apa yang dipikirkannya
"Ya disini.." ucapnya santai. "Wae? Apa kau ingin bermain ditempat lain?." Bisiknya. Dapat kurasakan hembusan nafasnya menjurus tepat ditelingaku. Membuat tengkukku sedikit merasakan frekuensi yang berbeda.
