Bagian 5 || Membual

47 24 28
                                    

Itu yang cuma baca doang apa nggak ada niatan vote gitu? Hahahaha

_______________________

ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 𝕣𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 𝕣𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘

Setelah kejadian memalukan itu, Ribi dan Pelita sedikit akrab. Dalam artian ada kemajuan, dari yang tidak kenal sama sekali, hingga yang sekarang mulai bercerita tentang pahitnya kehidupan.

Yang paling menonjol dari Pelita sendiri. Gadis cantik itu tak segan-segan mencurahkan isi hatinya kepada Ribi, menceritakan aktivitasnya yang sekarang luyaman padat, jam tidur siang yang tersita dan antek-anteknya. Sedangkan Ribi hanya merespon dan menjawab sekenanya saja.

Bagi Ribi, membicarakan tentang permasalahan pribadi kepada orang lain bukanlah suatu hal yang wajib, apalagi mengutarakannya pada orang yang baru dikenal. Setiap seseorang mempunyai privasi. Mungkin Pelita adalah tipikal gadis yang tak mau menyimpan keluh kesahnya sendiri, gadis itu cenderung suka menarik seseorang agar seseorang itu seolah-olah mengalami situasi yang tengah Pelita alami.

Tapi kebetulan Ribi mempunyai privasi tingkat akut, jadi gadis itu lebih memilih diam daripada membicarakan kehidupannya pada orang lain.

Kini keduanya sedang berada di kantin sekolah. Oh ralat! Bukan berdua, melainkan berlima.

Sebelum bel istirahat dibunyikan, ternyata Pelita, Belfan, Si cowok sinting dan satu cowok tengil yang tak dikenalnya telah menunggu Ribi tepat di depan kelasnya. Jangan tanyakan reaksi Ribi! Gadis mungil itupun terheran-heran karena kedatangan mereka.

Pelita meletakkan makanan pesanannya, Charlie dan Ridwan di atas meja, sementara Ribi membawa semangkuk soto miliknya juga mie ayam milik Belfan.

"Sering-sering gini dong. Berasa jadi raja nih gue," celetuk Ridwan seenak jidat.

Pelita menyorot cowok tengil itu tak suka. Geplakan pun ia berikan untuk cowok itu. "Enak aja lo!"

Ridwan terkekeh kecil. Ia melirik cewek yang ada di samping Belfan, tepatnya Ribi. Namun langsung melengos kala mata gadis itu mendelik tajam, walaupun tidak terlihat melotot karena matanya Ribi yang agak sipit.

"Dia Ribi, anak kelas sepuluh," ucap Pelita tiba-tiba, seolah tahu apa isi kepala Ridwan. "Dia juga temen Belfan dari kecil," lanjutnya berusaha menjelaskan.

Ridwan mengangguk paham. Ia beralih menatap Belfan yang sedang asik dengan mie ayamnya. "Ema...."

"Kalo makan nggak boleh ngomong," pungkas Belfan terlihat kejam.

Ridwan berdecak sebal. "Terus tadi itu lo ngapain? Disko?!"

"Bisa diem nggak, sih? Kesedak mampus lo." Charlie menimpali.

Mendengar itu Ridwan hanya mampu diam, tak ada gunanya dia berbicara lagi. Lebih baik mengalah daripada terus dipermalukan.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ada sodoran kotak ungu di hadapan Belfan. Pelakunya adalah Pelita. Dari situ juga muncul pertanyaan di kepala Ribi. Mengapa seniornya ini suka sekali memberikan kotak makanan untuk Belfan layaknya seorang ibu yang tak pernah ketinggalan untuk membawa makanan setiap hari kepada anaknya.

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang