Bagian 6 || Monyet!

33 24 4
                                    

_________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________________

ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 𝕣𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘

Vespa piaggio berwarna silver yang ditunggangi oleh sepasang remaja itu membelah kota Jakarta Selatan, menghunus jalanan yang sedikit ramai oleh kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Melewati polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan itu sendiri, juga melewati gang sempit guna mencegah kemacetan.

Ribi mengeryit bingung kala Vespa Charlie berbelok ke arah kompleks perumahan. "Lho? Katanya mau tlaktir gue eskrim? Kok malah belok ke kompleks, sih? Lo kibulin gue, ya?" tanyanya sedikit khawatir.

Charlie menoleh ke arah spion dan mendapati mulut Ribi yang tampak mengerucut. "Gue, kan bilang ntar sore! Ini mah masih siang. Mungkin dua atau tiga jam lagi bukanya. Sambil nunggu jam tiga sore, gue mau ajak lo ke rumah gue dulu."

"Jangan macem-macem, ya, lo!" Ribi mulai was-was.

Charlie tidak menyahut. Cowok itu memberhentikan vespa piaggo-nya di depan rumah besar yang berlantai tiga.

Ribi mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Menatap tak percaya pada kompleks yang sedang ia tempati. Kompleks ini berisikan rumah-rumah besar nan megah. Sudah dipastikan bahwa pemilik kompleks ini adalah orang yang berada.

"Lo kok bawa gue ke sini?" Ribi beralih meneliti rumah di hadapannya, merasa takjub sekaligus takut jika cowok sinting itu akan berbuat yang di luar nalar. "Tujuan lo ajak gue ke rumah segede ini buat apa, sih?" tanyanya masih penasaran.

Charlie membuka pengait helmetnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Ribi. "Mau minta sumbangan! Sekalian ngemis di sini!" jawabnya sungguh-sungguh.

Ribi merotasikan bola matanya. Aish, benar kata Pelita, bahwa cowok gendeng ini memang tidak bisa diajak serius. "Nggak mungkin lah ini rumah lo."

"Kenapa nggak mungkin?"

Ribi tak menyahut. Matanya menatap penampilan Charlie dari atas hingga bawah. Tidak ada yang menyakinkan bahwa Charlie pemilik rumah ini.

Charlie yang menyadari tatapan Ribi yang tak biasa itu bersuara. "Kenapa?"

"Lo beneran mau ngajak gue minta sumbangan gitu?" Ribi memicingkan matanya takut.

Charlie menghela nafasnya. "Ini beneran rumah gue!" sarkasnya mulai jengkel.

"Abang!"

Seruan gadis kecil itu menghentikan mulut Ribi yang nyaris bersuara lagi. Bocah itu mendekat lalu merengek meminta gendong pada Charlie.

"Dek jangan mau digendong sama orang yang nggak kenal! Banyak penculikan!" peringkatnya pada gadis kecil itu.

"Ini, kan abang aku!"

Ribi menoleh cepat ke arah Charlie yang sedang menahan tawanya, membuat Ribi semakin bingung saja. "Ini ... beneran adik lo?" tanyanya memastikan.

Charlie mengangguk tanpa ragu.

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang