Apresiasi tulisan ini dengan memberikan vote dan komen setidaknya beberapa biji. Yang bacanya offline langsung vote aja, ya! Vote kalian bakalan masuk setelah data nyala kok! Jadi kalian gak perlu bolak-balik nyalain data!!💜💜
_______________________________
Ridwan menyisihkan ikan mujair—yang tadi sudah dibersihkan sisiknya di piring. Matanya menyisir ke segala penjuru, di mana semua orang tengah sibuk dengan masakannya. Di sisi kiri, ada Belfan dan Pelita. Dua remaja itu tampak khidmat memasam kentang balado. Oh, ralat! Sebenarnya hanya Pelita saja yang kerja, Belfan hanya diam menonton dan sesekali melirik ke arah Ribi.
Di sisi kanan, ada Charlie dan Ribi. Pasutri itu sangat berisik sekali. Mulut keduanya terus melontarkan cacian satu sama lain. Sesekali Ribi menggebuk punggung Charlie dengan sangat keras, membuatnya meringis sakit. Memang gadis yang tangguh!
Matanya menoleh ke samping, lalu menghela napasnya panjang. Di ruangan ini, hanya ada satu gadis yang tampak bodo amat dengan pekerjaan yang diberikan oleh Ratih. Gadis itu hanya duduk di atas kursi kayu seraya memainkan ponselnya, membuatnya geram sekali.
Ridwan dan Salsa mendapat jatah untuk memasak ikan balado. Namun sepertinya hanya Ridwan yang niat melakukan tugas ini, sedangkan gadis itu malah enak-enakan. Ridwan menghampiri Salsa.
“Heh putri malas! Apakah kau tidak ada niatan untuk membantu kakanda Ridwan hah?”
Dua ibu jari milik Salsa yang sedang mengetikkan kata di atas keyboard terhenti. Kepalanya menengadah begitu mendengar seruan itu. “Bisa gak sih kakanda Ridwan gak usah bacot?”
Gadis berkepang satu itu menunjuk layar hpnya. “Gue itu lagi bikin caption buat endors produk kecantikan! Lo aja lah yang masak.” Ia kembali mengetikkan kata di sana.
Ridwan berdecak gusar. Darahnya mendidih karena termakan emosi. “Bikin caption bisa kapan aja. Seenggaknya lo bantuin gue ngeracik bumbu atau apa kek?! Gak guna banget lo di sini!”
Salsa memejamkan matanya, berusaha sabar menghadapi kakak kelas bawel di depannya ini. “Lo kalau mau minta bantuin bisa gak sih minta baik-baik? Gak usah tuh mulut bilang gue gak guna! Sakit tahu!”
Ridwan membuang muka. Sepertinya ia terlalu berlebihan. Ada sedikit rasa menyesal karena mengeluarkan kata-kata tajam tadi. “Apanya yang sakit?”
Salsa menunjukkan lubang hidungnya tepat di depan wajah Ridwan. “Ini yang sakit! Pakek nanya lagi! Hati gue lah yang sakit! Gue cewek dan gue sensitif.”
“Baguslah.”
“Bagus maksud lo?!”
“Ya kalau lo positif berarti hamil, 'kan?”
“GUE SENSITIF BUKAN NEGATIF RIDWAN!”
PUK
“Gak lucu bego!” Charlie menyahut sembari melempar segenggam beras pada Ridwan, membuatnya berdecak sebal.
Niat hati ingin mencairkan suasana, tapi malah terkena imbasnya juga! Kalau sudah tahu begini, tadi ia tak usah repot-repot untuk melawak! Mana lawakannya garing plus malu juga.
“Udah, udah. Mana yang bisa gue bantuin?” Akhirnya Salsa menaruh benda pipih itu di atas meja dan memilih untuk membantu Ridwan.
“Lo goreng ikan aja.”
“Gak mau!”
“Gimana, sih?!” Lama-lama rumah Ratih ini akan terbakar juga oleh emosi Ridwan yang semakin berapi-api. Emang paling enak menjomblo sih daripada punya cewek, apalagi ceweknya sejenis Salsa. Bisa punya riwayat darah tinggi pasti, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua RiBu | Hiatus
Teen Fiction⚠️ 𝐀𝐩𝐫𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐯𝐨𝐭𝐞 + 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐩𝐚𝐫𝐭 ⚠️ [ Cover by Pinterest ] Menceritakan tentang kisah cinta keempat remaja yang begitu liku-liku. Mereka memilih untuk...