___________________________
Tangan mungil yang semula bertengger di saku seragam sekarang telah terangkat ke atas guna melepas earphone yang sedari tadi mengalun merdu di gendang telinganya. Tangan tersebut kembali terangkat untuk membuka pagar besi yang sudah agak berkarat karena seringkali beradu dengan air hujan.
Langkah demi langkah ia isi dengan dengusan kecil. Ribi sangat lelah, terbukti dari keringat yang merembes di wajahnya. Karena harus membayar kosan dengan tepat waktu, Ribi harus bisa berhemat agar pundi-pundi uangnya tak habis dengan percuma. Jadilah dia terpaksa pulang berjalan kaki.
PRANG
CRAK
Langkah kecilnya terhenti setelah mendengar suara gaduh di dalam kosannya. Ribi menghela nafas panjang. Tanpa sadar kedua tangannya kian mengepal erat sampai kuku-kukunya menjadi putih. Ribi tahu. Dia tahu siapa yang membuat keributan di dalam kosannya. Itu pasti ibunya, pikirnya.
Ia melanjutkan langkah kecilnya dengan tergesa. Nafasnya memburu, menandakan ketidaksukaan terhadap apa yang telah terjadi. Ribi hanya ingin beristirahat dengan tenang tanpa gangguan manusia yang membuat keributan, apalagi melihat ibunya yang selalu memecahkan barang ketika datang menemui. Rasanya kepalanya akan pecah bila mengingat itu.
"Mama kenapa--" Perkataannya terhenti begitu menyadari bahwa yang berada di dalam kos bukan ibunya, melainkan dua bocah ingusan yang tengah beradu mulut.
"Aku tuh mau main sama kakak cantik, Bendi!"
"Namaku bukan Bendi! Namaku Beni! Dasar bocah nggak jelas!"
"Kamu juga masih bocah!"
Ribi mengacak-acak rambutnya. Ia menatap heran pada dua bocah itu. Mengapa dua ingusan ini ada di dalam kosnya?
"Kenapa kalian ada di sini?" Ingin sekali dia memarahi keduanya, namun ia tak tega dengan tatapan keduanya yang menyiratkan kesedihan.
Zaskia langsung menyerbu tangan mungil Ribi lantas menggoyangnya. "Kakia mau main sama kakak cantik. Kakia bosen di rumah terus."
"Kamu ke sini sama siapa, Kia?" Ribi tak habis pikir mengapa Zaskia, adik Charlie bisa ada di sini.
"Aku sama abang. Abang lagi beli ketoprak di depan." Zaskia menunduk lesu. Dadanya naik-turun, seperti tengah menahan isakan. "Kalo main sama abang, Kia selalu diajakin main kartu remi! Kan Kia nggak tahu! Terus kalo kalah hukumannya dicubit, jadi tangan Kia merah-merah nih." Bocah itu menunjuk pergelangan tangannya yang sedikit merah.
"Kalo sama nenek ... masa Kia cuma disuruh main ayunan doang? Udah gitu nenek malah pergi mau kasih makan lele di empang." Zaskia kembali memberunggut sebal. "Pasti nenek selalu bilang 'Kia main sama Si Joko aja, ya! Kasian lele nenek belum dikasi makan, nanti mati' gitu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua RiBu | Hiatus
Teen Fiction⚠️ 𝐀𝐩𝐫𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐯𝐨𝐭𝐞 + 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐩𝐚𝐫𝐭 ⚠️ [ Cover by Pinterest ] Menceritakan tentang kisah cinta keempat remaja yang begitu liku-liku. Mereka memilih untuk...