Bagian 2 || Cowok tak beretika

65 32 54
                                    

Dahulukan vote sebelum membaca💜
Aku yakin, kalian pasti tahu caranya menghargai karya orang lain 😌

Now playing ||  BIBI - NAAN





*****

Senyap adalah duniaku. Risih jika didekati adalah sikapku. Jika keberatan, silakan menjauh dariku!
Ribi Elisa~~

____________

ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 𝕣𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘!







Alunan melodi yang tampak merdu menemani Ribi saat berjalan di koridor yang lumayan ramai. Sesekali gadis itu ikut bernyanyi lirih, mengikuti setiap lirik yang tersaji. Alunan yang membuatnya nyaman mampu membangkitkan naluri Ribi untuk menggerakkan tubuhnya, mengikuti irama musik. Sangat damai dan nyaman.

Langkahnya terhenti ketika melihat papan nama ruang akrilik yang bertuliskan X IPS 4. Nah, tepat! Ini yang dia cari.

Buru-buru Ribi masuk dan mencari bangku kosong yang terletak di barisan paling belakang.

Setelah mendudukkan tubuhnya, Ribi langsung membuka tas ranselnya dan dilanjut mengeluarkan buku catatannya. Namun sebelum itu, Ribi memilih menyibukkan diri dengan berkaca terlebih dahulu untuk membenarkan penampilannya.

"Selamat pagi!" sapa seorang guru laki-laki dengan tubuh yang tampak kurus, namun tak mengurangi aura menyeramkan yang melekat padanya.

"Perkenalkan nama saya Aji Retu. Saya yang akan mengajar kalian selama setahun ini. Ya, bisa dibilang saya adalah wali kelas kalian. Saya rasa hanya perkenalan nama sudah cukup. Saya yakin diantara kalian tidak mau bertanya.”

Semua penghuni kelas terperangah. Guru yang akan mengajar di kelas mereka tampak berbeda dengan guru lain yang memperkenalkan diri dengan kata pembuka “tak kenal maka tak sayang dan diakhiri dengan ucapan, “ada yang ingin ditanyakan?.

Guru tersebut membuka zipper bag-nya dan mengeluarkan selembar kertas putih yang berisi peraturan kelas.

"Setelah ini tolong tempelkan kertas-kertas ini di mading kelas karena saya akan mulai menulis jadwal serta memberikan pelajaran pemula untuk kalian," titahnya.

Semuanya kian dibuat melongo tak percaya pada apa yang didengarnya. Pandangan buruk mereka mengenai guru baru yang akan mengajar satu tahun ke depan mulai menari-nari di dalam otak, sehingga tanpa sadar mereka telah menerapkan sikap was-was dalam diri, kecuali dengan gadis berambut sebahu yang malah membenamkan wajahnya di antara kedua tangan yang melipat di atas meja. Dia tidak terlihat tertarik dengan guru di depannya.

"Denger-denger, guru itu galak banget. Dia sering bentak-bentak anak muridnya. Bahkan, dulu juga pernah ada anak murid baru kelas sepuluh kena hukum sama dia. Padahal murid itu, kan baru masuk di sekolah ini."

"Ih serem juga. Tapi masa guru cungkring kek dia punya kepribadian begitu, sih?"

"Hust! Jangan salah. Kecil-kecil kayak gitu kalau kasih hukuman gak main-main. Jangan sampe deh kita kena hukum sama guru itu."

Ribi yang sedari tadi menelungkupkan kepala langsung mengangkatnya, merasa terganggu dengan ocehan dua perempuan yang ada di depannya.

"Bisa diam gak?" sarkasnya tajam.

Dua perempuan itu menoleh kemudian berdecak sebal sembari menatap sinis padanya. Terlihat satu perempuan yang bersandar di tembok membisiki telinga teman sebangkunya.

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang