____________________________
"Jangan kaget sih kalau Ribi suka ngomong pedes. Ribi gak seburuk yang lo kira. Lain di mulut, lain di hati. Itu penggambaran seorang Ribi. Mulutnya bilang kalau dia gak peduli, tapi aslinya dia diam-diam peduli." Gerry menoleh pada Salsa yang tengah memperhatikan Ribi berlatih beberapa gerakan tambahan untuk persiapan perlombaan karate seminggu kemudian.
Gerry mengulas senyum tipis. "Asal lo tahu ... orang yang sejenis Ribi itu biasanya setia kawan. Jangan heran kalau dia pilih-pilih teman. Ya karena orang yang sejenis Ribi itu gak mau menghabiskan waktu sama orang-orang munafik. Dia selektif banget kalau masalah memilih kawan. Butuh waktu lama buat dia percaya kalau teman yang saat ini di sampingnya fake atau enggak." Ia terkekeh, "gue aja pernah kena bogem mentah pas sok akrab dengan cara nyentuh pundaknya."
Salsa terkesiap mendengar cerita Gerry. "Buas banget si Ribi. Gue jadi inget pas dia jepret muka temen gue pakai gelang karet. Sakit banget pasti." Salsa terkekeh kecil saat menceritakannya.
Gerry terkekeh lagi. "Dia gak suka penindasan. Apalagi kalau drama-drama kehidupan. Muak katanya. Gue juga jadi inget pas tuh cewek lempar sendal ke arah tv Jenna. Waktu itu Jenna lagi nonton film drama suami yang selingkuh. Dan Ribi bilang gini, 'apa-apaan nih sinetron! Banyak drama lo! Gantilah Jen! Berkualitas dikit kek nontonya. Contohnya kayak Frozen gitu'" Gerry mempraktekkan gaya bicara Ribi sembari menahan tawa. Kilas balik kejadian itu terputar di otaknya.
PUK
Sandal jepit milik Ribi melayang pada televisi yang sedang ditonton oleh Jenna.
"Apa-apaan nih sinetron! Banyak drama lo! Gantilah Jen! Berkualitas dikit kek nontonya. Contohnya kayak Frozen gitu," omelnya sembari mengunyah kue kering yang sedari tadi dirangkulnya.
"Gila lo, Bi! Tv gak salah lo sakitin! Lagipula kartun kesayangan gue lagi gak tayang! Adanya ini! Cuma channel ini yang cerah, lainnya rintik-rintik soalnya antena tv gue lagi rusak. Lagian sebenernya gue juga ogah nonton sinetron macam gitu."
Ribi kembali melempar sendalnya. Kali ini ke arah Jenna yang masih bersungut-sungut. "Alah! Ogah nonton apanya?! Elo melototin tv sampai mangap gitu mulut lo!"
Jenna meringis sakit. "Sadis lo!"
Gerry mengenyahkan ingatan itu. Ia menoleh pada Salsa lagi. "Udahlah. Gue mau ke kantin."
"Ikut!!" Salsa berlari mengejar langkah tunangannya. Dalam hati dia bersorak senang. Hari ini dua orang cuek di sekitarnya berbicara panjang. Ribi dan Gerry mengajarkannya akan satu hal. Jangan menyimpulkan watak seseorang dari kasat mata karena yang terlihat dari mata belum tentu benar apa adanya, apalagi menyimpulkan watak seseorang dari mulut orang lain.
💰💰💰
Setelah netranya melihat kedatangan Ribi yang hendak menuju kantin, Salsa langsung melesat pergi untuk menyusulnya. Ia meringis kecil tatkala melihat tangan gadis itu lecet.
"Lo tadi latihan karate apa baku hantam, sih? Kok sampe lecet gitu?"
Ribi tak menjawab, ia malah memberikan kipas portabel pada Salsa yang langsung menerima walau bingung. "Gak usah banyak tanya. Kipasin gue! Gerah banget ini."
Salsa berdecak sebal, namun tak urung ia juga melakukan perintahnya. "Jadi babu lagi," ucapnya tak bersemangat.
Gerry tertawa setelah melihat tunangan crewetnya yang tengah dibabu oleh temannya. Gadis itu benar-benar bodoh. Yang jelas ia tahu bahwa Ribi hanya bercanda memerintah, tapi dengan kadar kebodohan Salsa dan rasa takut jika Ribi kembali marah padanya, Salsa menerima saja diperintah ini itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua RiBu | Hiatus
Teen Fiction⚠️ 𝐀𝐩𝐫𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐯𝐨𝐭𝐞 + 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐩𝐚𝐫𝐭 ⚠️ [ Cover by Pinterest ] Menceritakan tentang kisah cinta keempat remaja yang begitu liku-liku. Mereka memilih untuk...