Bagian 44 || Bukan orang gila

2 4 0
                                    




_______________________________





Dengan hand protector dan pelindung badan, Ribi dikatakan sudah siap bergulat di atas matras biru yang terbentang di hadapannya. Netranya menatap sang lawan yang telah bersiap di atas matras sembari peregangan otot. Jantungnya berdegup kencang. Ini tidak seperti Ribi. Dia biasanya selalu bersemangat penuh sebelum bertarung, namun kini malah rasa takut yang menyerangnya.

“Ribi! Ayo maju! Kenapa bengong? Fokus!” seru pak Sam sembari menepuk bahunya kencang.

Saat kakinya menginjak matras, jantungnya kian berdebar sakit. Rasanya seperti tidak nyaman. Ia ingin mual dan ingin menangis.

Ribi menggeleng, berusaha mengenyahkan perasaan itu. Apapun kondisinya, dia harus berjuang kali ini.

Sementara di bangku penonton, Charlie terdiam melihat raut tidak siap dari Ribi. Gadis itu seolah ketakutan kala melihat lawannya yang tampak bersemangat.

Charlie terkesiap begitu mengingat bahwa gadis itu baru saja sembuh dari kaki yang terkilir dua hari lalu.

“Kenapa dia jadi ikut pertandingan ini? Sementara kakinya baru sembuh?” tanyanya pada Salsa.

“Apaan, sih lo kak! Ribi itu udah berlatih sampai setengah mampus! Masa dibatalkan gitu aja? Lagian dia bilang udah sembuh kok,” jawab Salsa tampak kesal.

Charlie berdecak. “Lo nggak lihat wajah ketakutan itu? Mata lo sedeng?”

Salsa tampak tak peduli dengan perkataannya, membuat Charlie semakin khawatir. Kepalanya menoleh ke kiri, menatap Belfan yang juga tengah menatap Ribi dengan was-was, terlihat dari rautnya yang tegang. Cowok itu seperti tengah menahan sesuatu, namun seolah tubuhnya terikat, tak bisa melakukan apa-apa.

“Gue yakin lo tahu apa yang lagi dialamin Ribi di sana. Apa lo nggak ada niatan cegah dia?”

“Dia pasti bisa,” jawab Belfan tanpa menoleh pada Charlie. Tentu saja jawabannya bohong. Sebenarnya dia juga sedang khawatir dengan keadaan sahabatnya itu, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.

“WOOO!!! LO KEREN BANGET, BI!! HAJAR TERUS!!” Salsa berseru heboh kala Ribi berhasil meraih dua poin langsung karena menumbangkan sang lawan. “Lihat kak? Ribi pasti bisa!”

Charlie melihat scoring board dan benar saja, di sana tertera nama Xiever yang meraih dua point pada babak awal. Namun alih-alih merasa lega, Charlie semakin merasa tak tenang. Entah mengapa ia sangat yakin bahwa babak selanjutnya sang lawan pasti akan membalas dengan serangan yang lebih mematikan.

Waktu terus bergulir. Kedua gadis yang tengah bertarung di atas matras masih berusaha mencari kelemahan satu sama lain.

BRUK

Charlie membulatkan mata begitu melihat Ribi terjatuh tak sadarkan diri setelah tubuhnya dibanting dengan mudah oleh lawannya. Segera ia ayunkan kaki menuju ke tengah lapangan indoor itu. Charlie menyenggol siapa saja yang menghalangi jalannya. Sesekali dia terjatuh lantaran tersandung kaki orang lain, namun dia sama sekali tak peduli.

Melihat itu Pelita terperangah, tak menyangka bila Charlie bisa sebegitu khawatirnya dengan Ribi. Pun dengan Salsa yang terkesima dengan tingkah aerobik cowok dengan poni pinggir itu yang berlari kesetanan, tapi Salsa langsung berlari menyusul Charlie setelah sadar bahwa ini bukan saatnya dia takjub. Sementara Belfan hanya bisa mengepalkan tangan dengan erat sembari menahan gejolak amarah di dalam dada.

Pelita yang hendak menyusul Charlie dan Salsa terhenti kala lengannya dicekal oleh Belfan.

“Dia udah banyak yang nolongin. Lo mau apa?”

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang