Bagian 8 || Salah paham

36 23 4
                                    

Jika suka, silakan vote ya bestie😌
Jika cinta berikan komentar setidaknya satu biji:)) banyak lebih baik sih:v

Hargai pemikiran penulis. Aku yakin kalian tahu caranya menghargai karya orang lain.

Bukankah vote gratis?

Nghoookey langsung aja!

************

Diam itu memiliki banyak arti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam itu memiliki banyak arti. Salah satunya adalah diam karena menghargai dan diam karena malas menanggapi.

Now playing || Agnes Monica - Teruskanlah

_______________________

Ceklek

Belfan yang tengah terdiam menatap Omanya menoleh begitu mendengar decitan pintu, tersenyum kecil saat melihat siapa yang baru saja datang. Tangan yang semula menggenggam jemari Ratih sekarang digunakan untuk menepuk kursi di sampingnya, mengintruksikan agar sang tamu duduk.

"Duduk, El."

Ribi mengangguk, menelisik ruangan yang membuatnya nyaman sekaligus muak secara bersamaan. Dan menelan salivanya tatkala suasana di ruangan menjadi canggung. "Oma udah makan, Fan?"

Belfan mengangguk. Mata sendunya melirik Ratih yang masih terbaring lemah di atas brankar. "Udah kok."

"Buat Oma. Semoga cepat sembuh," ucap Ribi disertai sodoran kresek hitam yang tadi dibawanya.

Belfan menatap kresek pemberian Ribi tanpa ekspresi lalu, menatapnya intens. "Dapat uang dari mana lo?"

Ribi berdecak sebal. Boleh ia tonjok muka sok angkuh itu sekarang juga? Pertanyaan itu sangatlah menjengkelkan.

"Nggak usah kepo bisa? Lo pikir gue semiskin itu sampe nggak bisa beli makanan?" kesalnya sambil menarik kursi di samping Belfan.

"Bentar lagi lo harus bayar kosan, 'kan? Jadi nggak usah sok bawa makanan gitu deh kalo uang masih kurang."

Ribi tak menghiraukan perkataan Belfan. Lagipula niatnya baik. Tak ada salahnya, 'kan jika dia menyisakan uangnya untuk membelikan makanan pada orang yang sedang sakit?

Matanya sibuk menatap tubuh Ratih yang masih terbaring lemah dengan bantuan alat ventrikel di dadanya. Mata yang terpejam, seakan telah menemukan kedamaian, membuat Ribi menghela nafasnya. Merasa bersalah juga.

Perhatiannya teralihkan kala tangan kekar menyentuh pundaknya lembut.

"Yuk ke kantin! Lo juga perlu sarapan, El."

💰💰💰

Charlie menyugar rambutnya ke belakang, menatap satu persatu siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor, juga bersiul kala melihat siswi bening nan mulus.

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang