Bagian 23 || Ketahuan

4 8 0
                                    



_____________________________





"WOY RIBi!! BUKA PINTUNYA!"

Ribi berdecak sebal. Jenna tak pernah berubah. Gadis itu selalu tak sabaran. Bisa-bisa pintu kostannya rusak gara-gara dia.

Setelah memutar kenop pintu, Ribi bisa melihat Jenna yang telah siap dengan seragam karatenya. Tak lupa juga tas ransel polos yang menempel di punggungnya.

Jenna membuang nafasnya lega. Ia melirik tangannya yang sedikit memerah akibat dipaksa untuk menggedor pintu besi kos ini. "Lo sengaja banget bikin gue nunggu, Bi?!" Ia berdecak setelah menyadari bahwa gadis bermata sipit itu hanya diam menatapnya.

"Gue baru selesai beres-beres rumah." Ribi berjalan masuk terlebih dahulu tanpa memerintah temannya untuk masuk ke dalam. Emang biadab ini Ribi! Tidak tahu saja bahwa Jenna sedang menahan emosinya.

"Tadi gue denger suara cewek lain di sini. Siapa dia?" tanyanya penasaran.

"Itu suara gue."

Jenna menggeleng cepat. "Gak percaya. Suara lo masa cempreng banget?"

Ribi membuang mukanya. "Gue lagi latihan paduan suara," jawabnya asal.

Meski tak percaya, namun tak urung Jenna akhirnya mengangguk, memilih untuk tidak membahas hal yang tidak penting. Ia duduk di single sofa, menatap setiap inci kos yang ditempati temannnya ini. Matanya berhenti pada dua buah gelas yang sama-sama berisi sirup jeruk. "Bukannya lo gak terlalu suka sama jeruk? Kok minum sirup dua gelas?"

"Banyak tanya lo. Mending bantuin gue siapin botol minum."

Sementara di dalam bilik kecil, Salsa tengah menahan tangisnya. Di sampingnya ada kecoa yang tengah merayap ke dinding toilet, dan di depannya ada tikus kecil yang berkeliaran bebas.

"Hus hus!! Jangan mendekat hewan jelek!" seru Salsa setengah berbisik--setelah melihat kecoa di sampingnya yang hendak mengepakkan sayangnya ke udara. "jangan ke sini!!" Dengan cepat ia meraup air dari kolam, kemudian menyipratnya pada kecoa tersebut yang langsung pergi terbang melalui ventilasi udara

"Huh akhirnya keluar juga tuh kecoa! Bahaya kalau gue kena kencingnya. Bisa-bisa muka gue yang mulus ini jadi kurapan!" Salsa menyeka dahinya yang sedikit berkeringat. Berada di bilik kecil ini membuatnya pengap. Ia juga teringat dengan Rahayu--asistennya yang tiba-tiba pupil matanya bengak di pagi. Saat ditanya, dia menjawab seperti ini.

"Tadi malem saya mimpi ada bayi yang lagi pipis di depan wajah saya, Non. Tapi pas saya buka mata, eh ternyata kecoa jelek yang lagi pipisin matanya saya. Saya sedih banget non waktu ngaca tadi. Muka saya yang kinclong jadi kurapan gini."

"Makannya non Salsa jangan deket-deket sama kecoa, nanti dipipisin bahaya non!"

Salsa bergidik ngeri. Jangan sampai wajah cantiknya ternodai oleh kencing hewan berwarna coklat itu nanti bisa-bisa tidak ada yang meliriknya lagi.

Tiba-tiba senyumnya mengembang karena senang bisa berteman dengan Ribi sampai sekarang, ya walaupun belum lama. Namun senyumnya tak berangsur lama karena seekor tikus kecil kembali memunculkan batang hidungnya secara tiba-tiba. Tikus kecil itu berlari mendekat ke arahnya, membuat Salsa melotot kaget.

"AAAAAHHH RIBI!! ADA TIKUS JELEK DI RUMAH LO!!! AAAH TOLONGIN GUE!! MAMA!!" Salsa langsung keluar dari bilik kecil, beringsut mendekat ke arah Ribi yang membelalak geram.

"Ribi! Ada tikus di kamar mandi lo! Jijik banget!! Gue gak mau masuk ke sana lagi!" racaunya tanpa sadar membuat Jenna yang awalnya duduk akhirnya berdiri karena menyadari ada seorang perempuan tak asing di pandangannya.

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang