Bagian 21 || Khawatir?

15 8 2
                                    








______________________________





Salsa tersenyum cerah. Kakinya ia ayunkan ke depan dan ke belakang. Sesekali Salsa juga bernyanyi lirih mengikuti irama musik yang tengah berputar di ponsel miliknya. Saat ini, ia tengah menunggu kehadiran Ribi. Ia mempunyai sebuah hadiah untuk gadis itu.

Mata Salsa melirik kotak kecil yang digenggamnya. Senyumnya tak pernah luntur. Ah, rasanya ia sangat bahagia sekali setelah mengenal Ribi yang terkenal dengan gadis arogan. Nyatanya, Ribi tak sama dengan cibiran orang. Ya walaupun sifatnya memang agak menyebalkan sih.

"Salsa ...."

Salsa menoleh kaget pada Misca yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Tatapan mata Misca sendu, air matanya pun menumpuk di pupilnya.

"Misca lo kenapa?"

Tiba-tiba saja Misca mengguncang tangannya begitu kencang, membuat Salsa semakin bingung. "Misca, tenang! Lo kenapa sih?"

"Bawa gue keluar, please ...." Misca menghentikan aktivitasnya, "gue udah nggak tahan, Sal. Bantu gue, Sal."

Salsa terdiam. Ia tahu arah pembicaraan Misca. Iya, mengenai pertemanan mereka. Pertemanan yang baru terjalin beberapa bulan, tetapi telah merugikan ia dan Misca. Pertemanan mereka ... sudah tidak sehat.

"Misca! Lo kemana aja, sih?!"

Keduanya tersentak kala mendengar pekikan dari mulut Vema. Gadis itu berkacak pinggang sembari memandang tajam pada Misca, lalu dengan tidak manusiawinya, Vema menarik kencang tangan Misca hingga tubuh gadis itu berdiri sempurna.

Salsa menggeram marah. Ia sudah tidak tahan dengan semua ini. "Vema! Apa-apaan sih lo?!"

Vema melirik Salsa sinis, lalu mendesis tajam. "Masih kenal gue lo? Temen baru lo mana?"

"Lepasin tangan Misca! Itu sakit, Vema!" Salsa tak mengindahkan pertanyaan Vema, ia fokus dengan cekalan Vema yang begitu erat sehingga menyebabkan kuku panjangnya menggores pergelangan milik Misca.

Vema berdecih meremehkan. "Bukan urusan lo gadis manja! Urusin tuh temen bisu lo!"

Salsa menggeleng mendengar seruan itu. Lagi-lagi Vema mengatai bahwa Ribi bisu. "Lo tuli? Ribi cuma irit ngomong, bukan bisu!"

"Sama aja. BISU!"

Emosi Salsa semakin dibuat membludak karena Vema. Tanpa ba-bi-bu, tangan Salsa langsung menjambak rambut panjang milik Vema dengan sangat kencang, membuat sang empunya merintih kesakitan.

Vema tak terima. Ia balas menjambak rambut Salsa tak kalah kencang. Kedua gadis itu saling beradu kekuatan. Rambut panjang milik Vema terlihat rontok di tangan Salsa, namun Salsa tak peduli, ia malah mengencangkan jambakannya.

Di tengah-tengah aktivitas jambak-menjambak, Vema tersentak kaget tatkala jepitan rambut milik Salsa tak sengaja menjepit tangannya. "Akh! Jepitan sialan!"

Salsa melepas jambakannya setelah mendengar rintihan itu. Ia terkekeh kecil. Tak sia-sia ia menggunakan jepit rambut pemberian Rahayu tadi. "Rasain lo! Lagian sok mau jambak balik rambut gue! Udah tahu rambut gue banyak alat siaganya!"

Dada Vema naik-turun. Ia mengepalkan tangannya erat. Gara-gara gadis manja di hadapannya ini, ia harus menanggung malu.  Orang-orang telah mengerumuninya. Ia juga mendengar orang-orang menertawai dirinya.

Vema mengangkat tangannya di udara, bersiap-siap untuk menampar pipi gadis manja di hadapannya.

CTARR

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang