Bagian 19 || Ambisi

25 10 2
                                    

__________________________

Ponsel milik Ribi tak henti-hentinya mengeluarkan suara notifikasi pesan grub yang menampilkan deretan kalimat panjang. Ribi yang sedang berkeramas di kamar mandi pun hanya bisa menghela nafas lelah. Tak biasanya handphone itu mengeluarkan notifikasi pesan yang sangat panjang di hari sebelumnya.

Karena suara notifikasi yang terus berbunyi tanpa henti, Ribi dengan cepat mengambil benda tersebut walau masih dalam keadaan rambut yang basah. Tak lupa juga ia menutupi tubuhnya menggunakan handuk besar.

KARATE REMAJA XIEVER 🤼 (103 message)
Rika Arsintya: Semoga menang! @Ribi Elisa @Gerry Afrian😄
Nana Fajrina: Jangan ngecewain pak Sam!
Jonathan Aldiansyah: @Nana Fajrina iri ya lo?

Ribi mengerutkan keningnya bingung setelah melihat percakapan pada nontifikasi pesan grub di depan layar ponselnya. Sedetik kemudian, tangan kanannya langsung membuka lock screen guna melihat lebih banyak percakapan tersebut.

Namun pergerakan melambat saat mendapati chat dari Jenna, teman sesama anak karate yang lumayan akrab dengannya. Buru-buru ia membuka chat tersebut.

Jenna💃

Woi Bi!
Kebiasaan nih anak suka nabung notif!
Mau lo tunggu sampai 1000 biar dapet sabun colek hah?!
Buka grub karate woy!
▪️Read 02.57PM


Apa Jen?
▪️Read 02.58 PM


Apa?! Kita ketemu di tempat biasa!
Gue tunggu jam set 8 malam!
Titik! Gue tunggu lo! Awas aja kalo nggak dateng!
▪️Read 03.00 PM

💰💰💰

Sesuai permintaan Jenna, tepat pukul setengah delapan malam, Ribi langsung bergegas mengunci pintu kosnya dan tak lupa ia juga menitipkan kunci tersebut pada mamikos.

"Jangan kelewat dari jam sepuluh. Saya akan menyita kunci ini kalau kamu melanggar," peringat Yuli, mamikosnya yang sangat galak dan pelit.

Ribi hanya mengangguk sebagai respon. Ia tak mau membuang waktu lagi. Pasti Jenna sudah stay di sana tujuh menit sebelumnya. Sangat disiplin. Dan ketika Ribi terlambat pada waktu yang telah ditentukan, dengan terpaksa Ribi harus mendengarkan ceramah dadakan yang dibuat oleh Jenna.

Seperti saat ini. Jenna memandang sinis Ribi yang baru saja turun dari ojol. Ia menghela nafas panjang. Sudah biasa ia melihat gadis bermata sipit itu datang terlambat, namun rasa kesalnya masih terasa walau itu sudah menjadi kebiasaan untuknya.

Jenna melirik arlojinya. "Telat delapan menit." Matanya melirik sebal. "Bi, bisa nggak sih lo itu tepat waktu. Jam setengah delapan teng udah sampai sini. Minum gue sampe hampir habis nih."

"Tinggal pesen lagi," jawab Ribi tanpa beban.

"Untung gue lagi nggak mood ceramah."

Daripada berseteru dengan gadis di hadapannya, Jenna memilih untuk memesan dessert dan segelas coffe latte lagi untuk Ribi dan dirinya.

Ribi tersenyum samar. "Gue cuma bawa uang lima--" Perkataannya terhenti ketika Jenna mengangkat tangannya di udara.

"Ssst! Udah gue bayarin ah! Tenang aja. Duit gue nggak bakal habis kok kalau cuma tlaktir lo makanan."

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang