Bagian 39 || Malam yang pilu

5 5 2
                                    

Ini sampai 3k lebih wordnya. Bacanya pelan-pelan biar menghayati 😂 jangan gumoh wkwk.

Happy reading<3

***

Play now || Untuk mencintaimu—Seventeen

_____________________________




“Lo beneran mau beli ini semua? Nggak sekalian tuh lo beli topi ulang tahun?” Berulang kali Ribi protes dengan barang yang diambil Charlie. Ia greget sendiri melihat cowok itu mengambil barang-barang yang biasa digunakan untuk acara ulang tahun bocah cilik.

Dikeranjang terdapat lilin biasa dan lilin LED, juga ada kertas krep, balon huruf, serta pernak-pernik lainnya.

Ribi terkekeh pelan. “Lo dapat konsep kayak gini darimana coba? Kebanyakan lilin ini. Lo mau sesembahan sama babi?”

Charlie menoleh setelah selesai dengan aktivitasnya, sama sekali tak mendengarkan protes Ribi. Ia malah menjinjing keranjang belanja yang telah penuh dengan barang-barang, lalu menunjukkannya pada gadis itu. “Beli apa lagi, ya?”

“Otak! Otak lo perlu dibongkar!” Ribi melangkah cepat untuk menuju kasir, membiarkan Charlie terbahak lantaran gemas dengan tingkahnya.

Seuisai membayar belanjaan di kasir mereka berjalan keluar. Mata mereka sama-sama menyisir area parkir, mencari vespa milik Charlie di antara kendaraan bermotor lainnya.

Ribi memandang belanjaan mereka dan Vespa Piaggio di depannya secara bergantian. Ia memejamkan matanya sejenak, berusaha sabar menghadapi ini semua.

“Kenapa lo nggak bawa mobil aja tadi?! Barang-barang ini mau ditaruh di mana lol?” tanyanya terlampau sewot.

Charlie menampilkan giginya. “Kok gue nggak kepikiran bawa mobil, ya?” tanyanya pada diri sendiri.

Ribi melenguh panjang. “Udah bilangin beli otak malah nggak beli juga,” lirihnya pasrah.

▪▪▪▪▪▪ ○○○》《°》《○○○ ▪▪▪▪▪▪

Malam telah tiba, tanpa bintang yang menghiasi cakrawala. Bulan bersembunyi di balik gumpalan awan hitam. Cahayanya seolah menjadi temaram. Entah bagaimana jadinya jika penduduk bumi tidak menerangi tiap-tiap rumah dan jalanan menggunakan lampu pijar. Kemungkinan akan menjadi malam yang suram.

Rasanya Charlie sangat berat untuk melangkah keluar. Untuk sekedar mengirup udara malam pun seperti itu. Sesak sekali. Tidak ada pancaran aura kebahagiaan di matanya. Karena Charlie tahu, sebanyak apapun dia berusaha pasti akan berujung dengan kegagalan. Dia tahu ini akan menjadi malam yang memilukan untuknya.

Namun ini adalah pilihan terakhir. Dia harus mengutarakan isi hati serta unek-unek yang bersarang di benaknya selama ini, walau kemungkinan besar tindakan tersebut akan menyakitinya.

Charlie menyalakan mobilnya, namun sebelum itu dia melongok ke belakang. Di mana terdapat barang-barang yang akan dia berikan kepada Pelita.

Apakah dia bisa menerima kenyataan pahit nantinya? Yang jelas dia harus menyiapkan segalanya, batinnya berusaha menyakinkan.

Setelah itu ia melakukan mobilnya untuk menuju ke indekos Ribi. Setidaknya gadis itu akan menjadi temannya yang menguatkan dan mengembalikan kepercayaan dirinya yang telah raib malam ini.

▪▪▪▪▪▪ ○○○》《°》《○○○ ▪▪▪▪▪▪



Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang